Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akhirnya terbukti tidak mampu
merealisasikan janjinya untuk merampingkan postur kabinet. Dia justru
malah menggabungkan beberapa kementerian yang berimplikasi negara harus
mengeluarkan anggaran yang besar.
"Janji untuk merampingkan postur kabinet tidak terbukti bahkan menambah
satu pos baru Menko Kemaritiman. Perubahan nomenklatur dan penggabungan
serta pemisahan kementerian membawa konsekuensi anggaran yang amat
besar," katanya pengamat kebijakan publik Univeritas Brawijaya (Unbraw),
Khairul Muluk, Minggu malam, 26 Oktober 2014.
Menurutnya, yang dilakukan Jokowi ini cenderung simbolis karena
sebenarnya dia bisa melakukan perubahan melalui pendekatan fungsi
kementerian.
Selain itu, kata dia, janji profesional sebenarnya juga tidak terpenuhi
dalam postur kabinet saat ini, Di dalam beberapa pos terasa benar nuansa
politisnya dalam penunjukan menteri.
Lebih lanjut Muluk menambahkan, dalam format kabinet Jokowi juga ada
perubahan konvensi yang selama ini Menteri Koordinator pada umumnya
adalah mantan menteri karena biasa dianggap sebagai menteri senior yang
mengkordinir kerja para menteri dibawahnya.
"Dari empat Menteri Koordinator, hanya satu saja yang pernah menjadi
menteri. Kabinet ini benar-benar diisi oleh orang-orang yang benar-benar
baru dari kabinet sebelumnya. Kecuali Lukman Hakim Saifuddin, semuanya
bukan menteri dalam kabinet sebelumnya. Ini benar-benar mengosongkan
orang-orang yang pernah membantu Presiden periode sebelumnya," tutupnya.
(fs)
*piyunganonline
Monday, 27 October 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment