SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Thursday, 27 August 2015

Berlomba Merawat Indonesia - 2 Habis


Penulis berbesar hati memberikan apresiasi yang tinggi kepada Panglima TNI yang mampu memotret permasalahan kebangsaan ini secara tepat dan memberikan solusi yang juga tepat. Dan, gayung pun bersambut, PKS memiliki cara pandang yang sama tentang kebangsaan Indonesia. Apa yang hilang dari bangsa ini adalah karakter Indonesia yang sejatinya termanifestasi secara baik dalam falsafah negara: Pancasila serta konstitusi: UUD 1945. Bersama semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan konsepsi NKRI sebagai platform kebangsaan ia teruji mampu menopang kebesaran Indonesia hingga hari ini.
Kita lupa (atau sengaja melupakan) bahwa kunci penyelesaian masalah kita ada pada konsepsi besar yang diwariskan oleh pendiri bangsa ini, yang pada intinya itulah cermin karakter dan kepribadian kita. Maka itu, dalam rangka Refleksi 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia ini, penulis mengajak kita semua untuk merevitalisasi kebanggaan, pemahaman, dan praktik kita atas platform kebangsaan kita agar terwujud Indonesia yang berkarakter, bermartabat, adil, dan sejahtera.
Indonesia berkarakter dan bermartabat adalah Indonesia yang punya jati diri atau kepribadian khas sebagai bangsa dalam berbagai bidang: ideologi, sosial budaya, ekonomi, politik, dan hankam. Kita kembalikan karakter asal kita sebagai bangsa yang religius, beradab, jujur, sopan santun, bertanggung jawab, penuh hikmat/ kebijaksanaan, kekeluargaan, gotong-royong.
Kita kembalikan karakter bangsa yang mandiri secara ekonomi, berdaulat secara politik, berkarakter dalam sosial budaya, bukan bangsa yang membebek/mengekor bangsa lain, atau dalam bangsa yang pasrah dalam pengaruh kultur bangsa lain yang menghegemoni, sebagaimana pernah disitir oleh Bung Karno dulu. Sementara Indonesia adil sejahtera adalah manifestasi tujuan kita bernegara sebagaimana termaktub dalam konstitusi.
Berlomba
Hari ini, jujur harus kita akui, betapa pun sebagai bangsa kita merayakan 70 tahun kemerdekaan, tapi realitasnya kita masih terkapling-kapling dan terkotak- kotak dalam kepentingan pribadi, kelompok, golongan, partai, dan seterusnya. Kadangkala kita terlalu bersemangat mengedepankan ego sehingga lupa bahwa kita berjuang untuk Indonesia yang sama. Sebagai bangsa yang mewarisi konsepsi kebangsaan yang demikian hebat sudah seharusnya kita kembali menapaki apa yang seharusnya untuk bangsa ini, dan jika ada seruan yang mewakili itu semua, ialah : mari kita berlomba merawat Indonesia.
Tentu seruan itu haruslah berangkat dari kecintaan kita kepada negeri ini, berangkat dari ketulusan hati untuk mengabdikan diri pada Indonesia yang kita cinta. Tanpa motif itu, ia akan kehilangan makna dan elan vital-nya. Ketika kita berangkat dari cara pandang yang sama, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mengklaim republik ini, mengklaim kelompoknya paling berjasa, mengklaim partainya paling nasionalis, sambil memandang rendah dan sebelah mata pihak/kelompok lainnya. Dengan semangat yang sama, tentu tidak akan ada saling tuduh, saling tuding, dan saling menyalahkan di antara anak bangsa. Sebaliknya, yang muncul adalah saling memuji, saling mendukung, dan saling menguatkan satu sama lain. Tentu bukan berarti tidak kritik sama sekali, tapi kritik disampaikan secara santun dan beradab.
Penulis merasakan inilah yang selama ini hilang dari bangsa kita, terutama setelah keran kebebasan (demokrasi) terbuka lebar pascareformasi. Pilihan di tangan kita, akankah kita bisa menjadi bangsa yang berkarakter dan bermartabat untuk Indonesia adil dan sejahtera? Jawabnya: harus!
Sebelumnya: Berlomba Merawat Indonesia -1

Sumber : http://www.pks.or.id

Berlomba Merawat Indonesia -1


Berlomba Merawat Indonesia oleh Jazuli Juwaini (Ketua Fraksi PKS DPR RI) dimuat di Koran SINDO 27 Agustus 2015
Apa sikap terbaik kita dalam memaknai 70 tahun kemerdekaan Indonesia? Jika pertanyaan itu ditanyakan kepada anak bangsa yang mencintai negeri ini, tentu saja jawabnya adalah syukur. Tidak ada negara sebesar Indonesia dalam kebinekaan (suku, budaya, adat, agama, bahasa, dan sebagainya). Tidak ada satu pun negara yang dapat menandingi kompleksitas kemajemukan Indonesia. Ajaibnya, negeri yang demikian majemuk (plural) ini memilih untuk bersatu dalam sebuah nation bernama Indonesia, padahal ada seribu satu alasan untuk kita tidak bersatu dan bercerai berai.
Untuk menyatukan potensi kebangsaan yang demikian besar, pastilah negeri ini memiliki konsepsi kebangsaan yang besar, konsepsi yang hanya bisa lahir dari tokoh-tokoh besar dengan kapasitas jiwa yang besar. Apa makna legacy itu bagi kita saat ini? Sebagai bangsa kita harus senantiasa berpikir dan berjiwa besar, selalu optimistis dan bergerak maju, bukan manusia yang pesimistis, kerdil, dan minder.
Meski demikian, kita tidak menutup mata bahwa bangsa besar ini hari-hari ini sedang didera banyak masalah di bidang ekonomi, sosial budaya, politik, keamanan, dan lain-lain. Sayangnya, bangsa ini belum menampakkan kapasitas potensialnya untuk menyelesaikan masalah dengan konsepsi besar yang kita miliki tersebut.
Menyambut Ajakan Panglima TNI
Secara sengaja Fraksi PKS mengundang Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam Seminar Kebangsaan Fraksi PKS DPR dengan tema ”Refleksi 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia,” Rabu (26/8) di Kompleks DPR RI Senayan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, khususnya kepada kami di PKS. Dalam seminar tersebut, Panglima TNI secara jernih mengulas anatomi masalah kebangsaan kita sekaligus menunjukkan modalitas yang dimiliki bangsa ini untuk menyelesaikannya.
Panglima mengajak hadirin untuk merefleksi betapa hari ini kita kehilangan karakter sebagai sebuah bangsa yang santun dan gotong- royong. Betapa sulit sesama anak bangsa saling memuji, sebaliknya betapa sering kita dengar saling menuduh dan menyalahkan. Bahkan di antara lembaga-lembaga negara—pernah satu masa—kehilangan kepercayaan (trust) merujuk konflik antara KPK vs Polri, Pemerintah vs DPR, yang pernah mencuat.
Panglima juga mengajak kita untuk menengok kembali nilai Pancasila yang sebenarnya memberikan alas yang kokoh bagi kebangsaan kita. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan bahwa apa pun agamanya bangsa ini adalah bangsa ber-Tuhan dengan Tuhannya masing-masing. Pun sila ini lahir dari konsensus dan kebesaran jiwa tokoh umat Islam yang mayoritas, yang mengalah untuk melepas kalimat ”dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya,” demi menghayati bahwa bangsa ini adalah bangsa yang majemuk.
Panglima juga memberi penekanan bahwa sila-sila Pancasila merupakan jalinan yang harus diamalkan sejak sila pertama hingga mampu mewujudkan sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (kesejahteraan). Beliau memberikan penekanan pada sila keempat, di mana demokrasi kita dibangun di atas asas musyawarah. Sayang sekali, tradisi permusyawaratan (musyawarah) itu kini mulai kikis—untuk tidak mengatakan hilang—termasuk di lembaga perwakilan (DPR).
Selanjutnya: Berlomba Merawat Indonesia - 2 Habis

Sumber : http://www.pks.or.id

Indonesia Miliki Modal Jadi Kekuatan Baru di Dunia


Jakarta (26/8) - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, Indonesia memiliki tiga modal untuk menjadi kekuatan baru di dunia, yaitu gotong royong, jumlah demografi, dan letak geografis.
Hal itu disampaikan Gatot saat menjadi pembicara Seminar Kebangsaan 'Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka', yang diselenggarakan oleh Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), di Gedung Nusantara 1, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/8).
"Kita punya modal bangsa yakni gotong-royong, demografi yang besar, dan geografis yang strategis. Sehingga, semestinya Indonesia bisa menjadi kekuatan baru di dunia," kata Gatot.
Terkait mengantisipasi adanya ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tambah Gatot, sudah seharusnya lembaga-lembaga negara di Indonesia bersatu, tidak saling menuding, bahkan saling menjatuhkan.
Gatot berharap, PKS melalui kadernya di DPR RI, bisa turut membantu menyelesaikan persoalan bangsa dalam menghadapi ancaman NKRI. "Fraksi PKS DPR RI, saya titipkan bagaimana menyelesaikan persoalan bangsa ini ke depannya menuju Indonesia Emas tahun 2045," imbuh Gatot.
Senada dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Presiden PKS M Sohibul Iman mengatakan ada tiga modal sosial yang membuat Indonesia tetap bisa bersatu di tengah segala kemajemukan. Pertama, modal sosial Sense of Belonging (rasa kepemilikan) sebagai bangsa.
"Semua harus merasa memiliki sebagai warga negara," ujar Sohibul Iman.
Kedua, lanjut Sohibul Iman, Sense of Togetherness (rasa kebersamaan) untuk bisa melakukan kerjasama tanpa memandang perbedaan suku, ras, agama, dan antar golongan. Ketiga, masih kata Sohibul Iman, Sense of Trustworthiness (rasa saling percaya), yaitu rasa percaya satu sama lain untuk menjaga agar tidak berkembang bibit radikalisme.
"Kami, PKS bertekad untuk menjadi terdepan dalam memelihara modal sosial bangsa Indonesia tersebut. Tidak perlu menunggu 2045 untuk mencapai Indonesia Emas, kita percepat 2035!" imbuh Wakil Ketua Komisi X DPR RI itu.
Turut hadir sebagai pembicara, yaitu Ketua Majelis Syuro PKS KH Salim Segaf Aljufri, Presiden PKS M. Sohibul Iman, Pakar Komunikasi Politik Tjipta Lesmana, Sejarawan Anhar Gonggong, serta Staf Ahli Badan Intelijen Negara (BIN) bidang Ideologi dan Politik, Kaharuddin Wahab.

Sumber : http://www.pks.or.id

PKS Gelar Munas ke-4 September 2015


JAKARTA (26/8) – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) siap menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-4 pada 14 dan 15 September 2015 di Depok Jawa Barat. Munas PKS kali ini mengangkat tema "Berkhidmat untuk Rakyat".
Ketua Penyelenggara Munas ke-4 PKS Taufik Ridlo menyampaikan hal ini di sela-sela Seminar Kebangsaan 'Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka', yang diselenggarakan oleh Fraksi PKS DPR RI di Gedung Nusantara 1, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/8).
“Munas akan membahas hasil dari sidang Majelis Syuro yang diselenggarakan dua hari sebelumnya, yaitu 12-13 September 2015," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKS ini.
Salah satu pembahasan Munas adalah melengkapi struktur Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS masa khidmat 2015-2020.
Taufik Ridlo menyatakan ada sekitar 1100 orang kader PKS dari seluruh Indonesia berpartisipasi dalam Munas.
“Peserta Munas sesuai AD/ART partai, antara lain dari unsur Anggota Majelis Syuro (MS), unsur Majelis Pertimbangan Pusat (MPP), unsur Dewan Syariah Pusat (DSP), unsur Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pengurus Wilayah (DPW), serta Dewan Pengurus Daerah (DPD),” jelasnya.
Sedangkan perwakilan dari Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) PKS di luar negeri, lanjut Taufik Ridlo, juga turut hadir dalam Munas kali ini.
“Ada sekitar 20-25 orang perwakilan PIP PKS dari luar negeri juga akan hadir dalam Munas,” ujar dia.
Munas ke-4 PKS juga akan menyajikan 'Syukuran Rakyat' yang diperuntukkan bagi masyarakat umum, kader, dan simpatisan PKS. Syukuran rakyat akan menampilkan berbagai barang kebutuhan sehari-hari yang dapat dinikmati warga.
Keterangan Foto: Sekretaris Jenderal DPP PKS yang juga Ketua Penyelenggara Munas ke-4, Taufik Ridlo. (Gilang Ramadhan/Relawan PKS Foto)

Sumber : http://www.pks.or.id

Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS): 100 Hari, Semua akan Rujuk


Salim Segaf Al-Jufri
Ust. Salim Segaf Al-Jufri 
 
Salim Segaf Aljufri akhirnya terpilih sebagai ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masa khidmat 2015-2020. Salim bukan nama baru di PKS. Cucu ulama besar asal Sulawesi, KH Said Idrus Al Jufri, ini sudah bergelut di partai dakwah itu sejak era 1980-an ketika embrio partai ini masih berbentuk gerakan tarbiyah di kampus-kampus.

Salim menjadi salah satu tokoh yang merumuskan pendirian Partai Keadilan sebagai partai politik. Ketika partai itu dideklarasikan di Masjid Al Azhar, Jakarta, 10 Agustus 1998, Salim menjadi ketua dewan syariah pusat. Harapan baru sekitar satu juta kader PKS dibebankan ke pundak doktor lulusan Universitas Madinah itu. Dengan kepemimpinan baru, mereka menginginkan partai ini kembali menjadi partai bersih yang punya imunitas terhadap korupsi.

Tertangkapnya Luthfi Hasan Ishaaq pada 2013 oleh KPK, menghancurkan citra partai yang dikenal antikorupsi itu. Belum lama ini, Gubernur Sumatra Utara Gatot Pujo Nugroho yang diusung PKS pun menjadi tersangka kasus rasuah. Tak sedikit kader bahkan pendiri berpindah haluan. Beberapa mendirikan Forum Kader Peduli (FKP) sebagai respons kekecewaan terhadap para elite partai yang mulai genit terhadap kekuasaan.

Sebagai evaluasi, Salim pun mengaku akan berkonsolidasi internal dalam 100 hari awal kepemimpinannya. Kepada Republika, Kamis (13/8), Salim pun mengungkapkan akan memperkuat kaderisasi dan membawa partai lebih aktif untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah. Mantan menteri sosial ini pun mengaku akan mengembalikan citra PKS sebagai partai bersih, peduli, dan profesional. Berikut kutipan wawancaranya.

Bisa diceritakan kembali ketika pemilihan Anda sebagai ketua majelis syura?
Musyawarah itu sebagai sarana demokrasi di kita luar biasa. Yang ingin digarisbawahi adalah pergantian kepemimpinan mulai ketua majelis syura, presiden partai, semua sangat smooth. Yang luar biasanya adalah tidak terjadinya sesuatu yang terjadi seperti di partai-partai lain dan ormas lain. Membuktikan kedewasaan kader-kader PKS dalam membangun dan meraih masa depan partai untuk kejayaannya. Semua legawa dan merasa puas.

Waktu dipilih hanya ada tiga kandidat?
Dalam tatib PKS, kalau terjadi sekian banyak calon, diupayakan musyawarah mufakat. Kalau tak terjadi maka voting. Kenyataannya terjadi dan mampu kita menyelesaikannya dengan musyawarah mufakat. Alhamdulillah karena memang yang memiliki suara terbanyak Ustaz Hilmi (Hilmi Aminuddin), Hidayat (Hidayat Nur Wahid), dan saya sendiri.

Hilmi Aminuddin suara terbanyak?
Calonnya banyak. Masing-masing menyebutkan tiga nama untuk masuk dalam tiga besar. Tapi, bukan voting. Diambil tiga nama dari seluruh nama yang ada untuk masuk tiga besar. Mereka layak untuk maju sebagai ketua majelis syura. Setelah itu, kita kumpul karena diputuskan Majelis Syura kita bertiga ini musyawarah siapa ketua dan siapa wakilnya.

Penunjukan Shohibul Iman sebagai presiden partai?
Kita mengusulkan untuk dibahas di majelis syura sendiri, untuk dibahas seperti presiden partai, majelis pertimbangan pusat, dan dewan syariah pusat. Kemudian, anggota-anggota yang lain sekjen dan bendahara.

Kalau aturan dan AD/ART, kita diusulkan untuk dibahas di majelis syura. Dibahas, kemudian ditetapkan untuk disetujui. Pasti kita juga melihat dari semua sisi. Pengalamannya bagaimana menjadi wakil ketua DPR. Kemudian, banyak jabatan cukup sukses. Kemudian, juga mempertimbangkan tampaknya dua kekuatan dari Timur Tengah. Saya sendiri kan mantan pendidikan di Madinah University. Kalau Shohibul Iman itu dari Jepang PhD-nya. Ini membuktikan kita ingin keberagaman dan tidak hanya dari Timur Tengah.

Ada anggapan terpilihnya Anda dan Shohibul Iman untuk mengakomodasi faksi keadilan dan sejahtera?
Sebenarnya yang membesar-besarkan kubu keadilan dan sejahtera dari luar, bukan kita. Kita sendiri adalah Partai Keadilan dan Sejahtera. Bukan terus kita membuat-buat kubu. Mungkin beberapa media membesar-besarkan.

Anda berjanji akan membawa PKS melaju di jalan tol?
Jadi, wartawan itu menanyakan apakah akan langsung melaju, saya katakan musyawarah kita di sini di pinggir jalan tol itu satu isyarat kita ingin melaju. Tapi, melaju tanpa melanggar aturan. Mengapa? Karena, memang kalau kita bisa berjalan dengan kecepatan 50 km atau 70 km, mengapa harus santai-santai?

Permasalahan bangsa ini kan sangat kompleks. Dengan jumlah penduduk yang signifikan, kita belum hadir untuk memberi peran di dunia internasional. Salah satu tujuan berdirinya NKRI untuk berkontribusi perdamaian dunia. Ini yang diinginkan pendiri bangsa kita.

Jadi, PKS akan lebih aktif untuk politik luar negeri?
Masing-masing sesuai porsi. Pasti PKS ingin untuk menyiapkan kader-kader ke depannya bukan hanya nasional, melainkan juga internasional. Kita punya populasi nomor empat terbesar di dunia. Di Timur Tengah, tidak semua masalah itu diselesaikan dengan peperangan. Bisa diselesaikan tanpa pertumpahan darah. Dan, kalau terjadi perang, pasti yang menjadi korban wanita dan anak-anak.

Bagaimana dengan pembenahan kaderisasi?
Pada dasarnya, PKS itu kan partai dakwah. Pastilah pemimpin-pemimpin PKS sebelumnya memiliki untuk memunculkan sekian banyak success story. Sekarang bukan meninggalkan semua itu, terus membuat sesuatu yang baru. Kita melanjutkan pemimpin-pemimpin PKS sebelumnya. Kita memberi keterikatan yang kuat PKS dan dakwah sendiri.

Politik perhatian serius. Kaderisasi tak kalah penting. Yang pasti, tanggung jawab kita semakin berat. Tanpa ada sumber daya manusia yang mumpuni, kita tidak mampu memberikan terbaik dari bangsa ini. Kita tidak ingin pemimpin-pemimpin muncul. Dakwah sebagai panglimanya. Bukan politik. Mengapa karena tanpa kekuatan dan fondasi yang bagus, muncullah politikus-politikus yang hanya merugikan masyarakat?

Maksudnya PKS akan menutup peluang nonkader untuk menjadi wakil rakyat?
Jadi, pada dasarnya, kalau seseorang mendirikan partai, harus mendirikan kader. Kalau tidak, yang muncul adalah partai jalanan. Parpol itu harus memberi persiapan sistem kaderisasi yang bagus. Kita menginginkan semua parpol menyiapkan kader-kader mampu untuk memimpin negeri ini.

Fenomena perpindahan kader ke manhaj lain?
Kita tidak bisa menafikan ada simpatisan atau kader yang merasa tidak nyaman. Pemberitaan media itu luar biasa yang terjadi terhadap kader-kader PKS yang mendapat ujian. Kita juga tak ingin mengatakan kita adalah kumpulan malaikat. Karena, jabatan itu ujian berat legislatif dan eksekutif. Sehingga, kalau terjadi mengundurkan diri dan seterusnya, sudah kita buat. Kemungkinan yang terjadi, kader berpindah, saya tak mengatakan. Ke depan, kita ingin meyakinkan bahwa kita tetap dalam visi misi kita tidak akan berubah jadi bersih, peduli, dan profesional.

Fokus Anda 100 hari pertama bekerja?
Ada yang pindah ke sana-sini, mungkin 100 hari mereka itu rujuk semuanya. Yang kita inginkan, jumlah kader makin hari semakin bertambah. Terakhir, sekitar satu juta. Tapi, bahwa saya yakin dari ke hari jumlahnya bertambah terus, tidak berkurang. Saya yakin ke depan pun jumlah kursi yang didapatkan bertambah.

Persiapan munas bagaimana?
Kita sekarang mempersiapkan renstra untuk munas. Rencana strategis itu merupakan titik awal kita. Munas sebulan ke depan. Kita putuskan renstra berikutnya mukernas. Setelah itu action. Tidak menunggu kalau dalam pemberitaan 100 hari insya Allah kita melakukan munas. Mudah-mudahan September, awal pertengahan atau akhir. Jadi, saat pilkada, tidak akan terganggu karena banyak kader PKS yang juga mencalonkan diri.

Bagaimana  mencegah terulangnya kasus LHI?
Sikap PKS jelas kalau seseorang itu tersangka atau inkracht itu harus mundur. LHI tidak menunggu sampai inkracht, tapi mundur. Itu bukti kader PKS siap maju dan siap mundur. Tapi, sebagai catatan, sangat tidak fair kalau ada yang tersangka, yang dihukum semuanya PKS. Kita lihat partai-partai lain itu juga banyak.

Saya bukannya hendak membela diri, tapi kita harus objektif. Namun, saya paham karena masyarakat karena cintanya kepada PKS diharap tidak ada yang salah. Itu sesuatu yang luar biasa.

Sebagai manusia yang perlu untuk didoakan semoga berhasil dalam membawa partai ini seperti yang diinginkan dan diidamkan. Saya sebagai MS (majelis syura), presiden, dan seluruh pimpinan yang memang diberikan amanah dalam berkhidmat pada 2015-2020. Simpatisan, kader saya selalu menantikan doanya.

Bagaimana Anda memandang KPK?

Kita lihat luar biasa dan banyak prestasi yang menjadi kebanggaan kita semua. Cuma perlu dari waktu ke waktu disiapkan. Jangan sampai tersangka di praperadilan kalah juga. Ini kan khawatir. Kepercayaan terhadap lembaga-lembaga ini jadi menurun. Bukan hanya KPK, melainkan juga kepolisian kejaksaan. Integritas itu dijaga dan dipertahankan.

Ada petinggi PKS yang ingin membubarkan KPK?

Saya yakin itu perlu diluruskan. Apa itu sikap PKS. Tidak pernah kita mengatakan hal yang demikian. Tidak ada KPK harus dihilangkan atau bahkan dari kader pun tidak yakin juga. Mungkin terjadi pelintiran di media atau salah dalam memahami dan seterusnya. Saya tidak yakin ada kader yang mengungkapkan seperti itu. Bersih, peduli, profesional.

Pesan Anda untuk kader dan simpatisan?

Pesan saya sederhana bahwa kemenangan itu tidak mungkin diraih kecuali kita memperkokoh saf kita sendiri sebagai kader PKS. Barisan harus diperkuat. Kalau tanpa itu, sulit kita ke depan untuk berbuat.

Kita inginkan partai ini miliki seluruh kader dan milik bangsa ini. Milik simpatisan milik semuanya. Kita tidak ingin ada yang melihat bahwa ini dimiliki kita sendiri.

Buktinya, ketika kita mendapatkan pos ke pemerintahan, kita adalah milik bangsa. Kalau sudah mendapatkan pos, bukan milik partai. Sekian banyak kelompok dan suku di negara ini. Sehingga, harus berlaku adil. Karena itu, harus bekerja dengan ikhlas, ithghan, ketaatan kepada Allah, dan rasulnya harus selalu dijaga. Dengan ini, kita akan melihat keajaiban dalam langkah-langkah kita.

Dua tiga tahun sampai dua tiga kali lipat. Fondasi itu kita lakukan. Sejarah itu sudah membuktikan. Banyak cerita ketika umat lebih mendekatkan dengan Allah begitu mudah. Allah akan memberkati dan melipatgandakan yang kita lakukan. n ed: andri saubani

Sumber : http://www.republika.co.id

PKS Optimistis Indonesia Emas Bisa Lebih Cepat


Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhammad Sohibul Iman.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhammad Sohibul JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) optimistis pencapaian Indonesia Emas dapat lebih cepat dari rencana semula pada 2045. Indonesia Emas adalah saat Indonesia mampu besar dan disegani di dunia.

Presiden PKS Mohammad Sohibul Iman mengatakan, Indonesia harus optimistis untuk menyongsong Indonesia Emas. Sebab, Indonesia memiliki modal yang sangat cukup mendorong tercapainya target itu.

Selain modal geografi dan bonus demografi, masih ada modal yang juga penting yang sudah dimiliki oleh rakyat Indonesia, yaitu, modal sosial sebagai bangsa.

Menurut Sohibul, modal sosial inilah yang membuat Indonesia sebagai bangsa paling majemuk di dunia mampu bertahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak merdeka 70 tahun lalu.

PKS, kata Sohibul, percaya Indonesia dapat menjadi besar dan disegani dalam waktu tidak terlalu lama. Tidak perlu menunggu hingga tahun 2045 sebagai masa emas Indonesia. Kalau semua pihak dapat memanfaatkan modal-modal yang sudah ada, Indonesia Emas dapat terjadi pada 2035.
“Jadi, 10 tahun lebih cepat dari Indonesia Emas,” kata dia saat memberi sambutan dalam seminar Kebangsaan “Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka” di kompleks parlemen Senayan, Rabu (26/8).

Sohibul menambahkan, hal itu karena modal sosial yang dimiliki Indonesia mengharuskan adanya proses interaksi. Dengan proses interaksi ini, tercipta kebaikan-kebaikan. Semakin proses interaksi ini digunakan untuk kebaikan, manfaatnya juga akan semakin besar.

Namun, ada beberapa syarat untuk membuat modal sosial ini berguna bagi bangsa dan negara. Pertama, adanya rasa memiliki bangsa Indonesia oleh seluruh rakyat. Kedua, adanya rasa kebersamaan di antara semua elemen. Lalu yang ketiga adalah sikap saling percaya diantara seluruh komponen bangsa.

Sumber : http://nasional.republika.co.id