SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Thursday, 22 December 2016

Ibu, Mata Air Generasi dan Peradaban

Siti Muntamah Oded MD (Istri Wakil Wali Kota Bandung)
Siti Muntamah Oded MD (Istri Wakil Wali Kota Bandung)


Oleh: Siti Muntamah Oded MD

Wakil Ketua I TPPKK Kota Bandung
Bagi masyarakat Indonesia, tanggal 22 Desember merupakan hari istimewa bagi para perempuan yang menjalankan tugas mulia sebagai ibu.  Berbagai ekspresi diungkapkan untuk memberikan atensi dan apresiasi peran-peran yang telah dilakukan sosok ibu. Ungkapan ini menunjukkan begitu pentingnya hadirnya ibu dalam kehidupan. Dan Peringatan hari ibu ini juga lahir dari salah satu goresan sejarah  kiprah mereka dalam mengambil andil untuk berpartisipasi bebaskan negeri tercinta Indonesia dari kungkungan penjajahan Belanda.
Sangat disadari peran dan kedudukan perempuan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, meskipun jumlah perempuan separoh dari masyarakat ternyata semua masyarakat ini lahir dari perempuan. Posisi dan peran inilah yang sangat menentukan warna sejarah dan perjalanan sebuah bangsa, tak ayal lagi jika kita mengatakan bahwa perempuan atau ibu merupakan pilar pondasi dari sebuah entitas yang bernama bangsa dan yang sangat dikenal dengan perempuan tiang negara.
Ibu mata air kehidupan
1.000 hari pertama kehidupan manusia sejak dia ada, menjadi perhatian negeri ini baik pemerintah dan masyarakat dalam upaya pembangunan SDM berkualitas. Masa ini disebut masa pondasi kehidupan dasar, sehingga berbagai upaya untuk menyelamatkan masa terpenting ini  agar generasi yang dilahirkan adalah generasi yang unggul  dari sisi fisik, psikis serta tumbuh kembang sosialnya.
Di sinilah peran terpenting ibu untuk menjaganya, mendidiknya dan mengasuhnya dengan penuh kasih sayang dan penuh kehangatan cinta dengan sadar bahwa menyelamatkannya akan menyelamatkan seluruh kehidupannya. Peran kehamilan, melahirkan dan menyusui serta edukasi nilai-nilai yang diberikan selama interaksi 1.000 hari pertama kehidupan ini adalah masa tak tergantikan oleh yang lain.
Menyiapkan dan menjaganya memiliki makna telah menyiapkan dan menjaga masa depannya, sehingga diperlukan hadirnya sosok ibu yang sadar  dan terampil akan peran besarnya ini dan tetap terjaga dalam benteng-benteng kokoh yang bernama keluarga.  Dan sangat benar sebuah pesan bahwa ibu adalah sekolah yang utama dan pertama bagi setiap anak manusia yang dilahirkannya.
Menyelamatkan 1.000 hari pertama kehidupannya telah memberikan keleluasaan berkembangnya otak manusia hingga mencapai 80 persen – 90 persen dengan sempurna, dengan interaksi stimulasi yang diberikan akan membangun semua kebutuhan yang diperlukan untuk menjadi manusia unggul dan memberikan manfaat kepada kehidupannya kelak.
Dengan anugerah kesabaran, kelembutan, penuh kasih dan cinta,  ketelitian, ketelatenan serta kemampuan menanggung beban yang diberikan oleh Allah SWT kepada sosok ibu,  menjadi tempat dan lingkungan terbaik untuk tumbuh dan berkembangnya anak-anak yang lahir. Dan anak-anak inilah merupakan generasi yang akan menentukan warna zaman.
Mengajarkan dan mendidik dengan menanamkan nilai-nilai dasar dalam kehidupan, dari nilai rasa kasih dan cinta, menghormati, empati , kejujuran serta kesungguhan merupakan tugas sepanjang sejarah seorang  ibu.
Ibu Cerdas Penjaga Peradaban
Berbagai upaya dilakukan untuk menghadirkan perempuan  yang cerdas, dengan berbagai program baik skala regional, nasional dan dunia (MDGs-SDGs). Ukuran kebijakan   pembangunanpun tidak terlepas dari indeks pembangunan gender, menunjukkan perhatian dan  dorongan yang besar akan hadirnya masyarakat yang bermartabat dengan hadirnya para  ibu yang cerdas.
Namun ada beberapa catatan yang dirasakan kurang tepat, bahwa ukuran keberhasilan pembangunan kecerdasan perempuan dengan dilihat seberapa banyak kuantitas keterlibatan perempuan di ruang-ruang publik (ekonomi, social, politik) , tanpa diperhatikan sejauh mana keberhasilan dalam mendidik anak dalam keluarga. Karena hari ini kita dihadapkan persoalan serius terkait generasi yang lemah, dari sisi ideologi, perilaku, kesungguhan, keuletan sehingga telah berdampak pada persoalan sosial, ekonomi, hukum dan politik negeri ini. Diperlukan berbagai upaya pemerintah dan  masyarakat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut dengan inovasi yang tepat dalam pembangunan dan anggaran yang harus dikeluarkan.
Perlu adanya kemauan kuat untuk mengembalikan situasi menguatnya peran perempuan dalam keluarga, terutama menguatnya peran ibu. karenanya kesuksesan generasi yang dididiknya akan berdampak menguatnya kapasitas masyarakat menyikapi perkembangan situasi zaman. Jadi  bukan kemajuannya di sisi pendidikan formal saja yang dipantau dan di advokasi, namun kemampuan perempuan menyiapkan kematangan dirinya untuk kuat dan tangguh menjadi pelopor kebaikan  dalam keluarga harus juga disiapkan dan dibangun.
Kecerdasan spiritual, emosional, skill mengelola masalah dan tahu sumber-sumber kebaikan dan cara menyelesaikan masalah serta kemampuan menanggung beban merupakan kecerdasan yang harus dimiliki oleh ibu pelahir pahlawan peradaban, serta kesabaran dan istiqomah mengantarkan cita-cita mereka untuk menjadi pemimpin dan pahlawan negeri ini.
Peran Membangun Peradaban
Peradaban terbaik tertulis dengan tinta emas sejarah yang sampai hari ini dirasakan dampak pembangunannya adalah peradaban yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan Rasulullah SAW. Dan salah satu pelopor pembangunnya, yaitu  ibunda Hajar Ra istri nabi Ibrahim As ibunda dari nabi Ismail As dan Ibunda Khadijah Ra istri Rasulullah SAW ibunda dari  Fatimah Azzahra (pemimpin wanita di syurga), mereka menjadi inspirasi para ibu dalam menjalankan perannya sebagai penjaga dan pendidik putra dan putrinya dalam keluarga.
Peran kedua ibunda ini telah memberikan dampak kemakmuran yang panjang dalam peradaban perjalanan manusia sampai hari ini. Sehingga disadari kelemah lembutan ibu, hangat kasih dan cintanya, perhatian dan pengayomannya, kesungguhan dan keteladanannya, keteguhan dan kesabarannya telah mengantarkan lahirnya SDM berkualitas  untuk membangun keselamatan keluarga, masyaralat dan  negerinya menjadi negeri yang makmur penuh  berkah.
Era zaman teknologi lnformasi hari ini yang sangat pesat dan menekan,  tentu dituntut  peran ibu yang lebih besar dalam mendidik, membimbing, mendampingi, mengasuh, mengayomi serta memberikan keteladan untuk  memilih dan memilah informasi yang tepat untuk diakses  agar tetap memberikan pengaruh positif bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan dan kebaikan masyarakatnya. Dan ibu tetap menjadi sumber inspirasi dan keteladan bagi masa depan bangsa dan zaman.
Semoga dengannya terlahir pemimpin negeri ini yang dapat membawa bangsa dan peradabannya menuju peradaban yang penuh berkah, amin.
Sumber : republika.co.id

Tiga Refleksi di Hari Ibu

thumbnail
Tanggal 22 Desember telah dinobatkan sebagai Hari Ibu Nasional. Hari tersebut begitu bersejarah bagi kaum perempuan di Indonesia. Sejak disahkannya Hari Ibu oleh Presiden Soekarno pada tahun 1953, sebagian besar masyarakat Indonesia ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS Wirianingsih berharap masyarakat dapat menjadikan momentum Hari Ibu sebagai momen refleksi diri bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sejarah Hari Ibu
Sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai Hari Ibu, alangkah baiknya jika kita mengenali sejarah hari Ibu terlebih dahulu. Hari Ibu pertama kali dirayakan pada tanggal 22 Desember 1953 melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1953. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia. Kongres Perempuan Indonesia pada saat itu merupakan salah satu perkumpulan yang sangat aktif berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Selain itu, kongres yang diikuti oleh organisasi wanita Aisyiah ini berhasil menempatkan peran perempuan tidak saja di dalam keluarga, tapi juga masyarakat dan negara.

Berangkat dari latar belakang sejarah tersebut, maka Hari Ibu tidak saja diperingati sebagai penghormatan kepada perempuan yang berperan sebagai Ibu. Namun, merupakan sebuah penghormatan kepada perempuan Indonesia, atas semua perjuangannya dalam membangun bangsa dan negara.
Refleksi Sebagai Seorang Anak
Pada beberapa masyarakat, Hari Ibu biasanya dimeriahkan dengan membebastugaskan seorang Ibu dari pekerjaan domestiknya. Adapula yang memberikan ucapan terima kasih dengan memberikan para Ibu hadiah, dan lain sebagainya. Namun, lebih dalam dari itu, Hari Ibu dapat menjadi sebuah perenungan kita sebagai seorang anak kepada Ibu atas semua bakti yang sudah kita berikan kepada mereka sebagai orang tua kita. Karena, agama mewajibkan kita untuk senantiasa ber-birull walidain kepada kedua orang tua kita. Bahkan, dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad sangat menekankan untuk menghormati Ibu.

Pada Hari Ibu ini, kita juga kembali diingatkan dengan semua perjuangan Ibu. Apapun kondisinya, kita harus senantiasa memberikan penghormatan kepada seorang Ibu. Mereka, rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk melahirkan kita ke dunia. Maka, coba kita kembali menakar apakah yang kita lakukan kepada Ibu kita selama ini sudah mampu mendatangkan ridha-Nya atau tidak. Karena, ridha Allah itu bertumpu pada ridha seorang Ibu.
Refleksi sebagai Seorang Ibu
Ibu merupakan sebuah peran yang sangat penting dan strategis untuk membangun sebuah peradaban. Karena, melalui tangannya lah akan terlahir anak-anak yang kuat dan siap untuk berjuang. Seorang Ibu juga akan menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam memaknai kehidupan. Itulah mengapa dalam agama disebutkan bahwa Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Peran seorang Ibu juga sangat diperlukan dalam mengendalikan sebuah tatanan sosial dalam masyarakat. Dalam sejarah Kongres Perempuan Indonesia, para Ibu kita di Aisyiahtelah memberikan teladan bahwa kekuatan seorang Ibu dapat memberikan dampak yang besar terhadap perbaikan sebuah bangsa dan negara. Mereka aktif bergerak dalam masyarakat dan politik, untuk memberikan kontribusi terbaiknya.

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bagi para kaum Ibu untuk senantiasa menambah pengetahuan dan kemampuannya dalam mendidik anak, mengelola keluarga, dan berkontribusi aktif di dalam masyarakat. Tidak bisa seorang Ibu hanya mengurung diri dalam rumah, tanpa terlibat di dalam masyarakat. Tidak bisa juga seorang Ibu aktif di luar rumah namun mengabaikan perannya di dalam rumah. Agar kedua peran tersebut berjalan seimbang, maka diperlukan pemahaman dan kemampuan yang baik dalam membagi perannya tersebut.
Refleksi sebagai Warga Negara
Peran seorang Ibu dapat dilihat melalui dua hal, pertama Ibu sebagai Objek dan Ibu sebagai Subjek. Jika berbicara kita sebagai warga negara dan pemerintah sebagai pemangku kebijakan, maka kita akan berbicara mengenai peran seorang Ibu sebagai Subjek. Bagaimana, seorang Ibu diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya, mengakselerasi kualitas dirinya, dipenuhi hak kesehatannya, diberikan hak politiknya. Melalui pembekalan-pembakalan tersebut, maka seorang Ibu dapat menjadi salah satu harapan kita untuk membangun bangsa yang semakin maju kedepan.

Jika, seorang Ibu memiliki pemahaman politik yang baik serta rasa memiliki NKRI yang tinggi. Maka, anak-anak yang akan terlahir kelak adalah anak-anak yang memiliki pemahaman demokrasi yang baik, serta issue makar dan perpecahan NKRI yang beberapa bulan ini hangat diperbincangkan akan mampu ditangkis dengan anak-anak yang lahir dari para ibu yang memiliki pemahaman yang baik.
Peran PKS
Pengembangan kualitas diri seorang Ibu, akan mempengaruhi pengembangan kualitas sebuah bangsa. Oleh karena itu, Bidang Perempuan dan Ketahan Keluarga (BPKK) DPP PKS telah melakukan beberapa pembekalan melalui training, seminar dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman seorang perempuan tentang peran penting seorang Ibu. Semua pembelakan tersebut terhimpun dalam Rumah Keluarga Indonesia (RKI).
Maka, berbicara mengenai Hari Ibu tidak saja berbicara mengenai perayaan Hari Ibu saja. Namun, bagaiman pada akhirnya kita dapat merefleksikan hari tersebut dalam diri kita. Sehingga memunculkan pemaknaan dan penghormatan akan peran penting seorang Ibu.


Sumber : pks.id

Krisis Aleppo, Momentum Perkuat Peran Kemanusiaan Dunia

Jazuli Juwaini
Jazuli Juwaini
Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini menilai sebaiknya perhatian negara-negara di dunia terkait konflik di Aleppo, Suriah, fokus pada penyelematan nyawa warga sipil. Menurut dia, semua negara, harusnya mengambil peran dan tanggungjawab kemanusian tersebut tak terkecuali Indonesia. 

Beberapa unjuk rasa keprihatinan pun telah tersebar di beberapa negara seperti di Jerman, Prancis, Turki, juga Indonesia. "Indonesia harus mengambil momentum untuk memperkuat peran dan tanggung jawab kemanusiaan dunia dalam krisis Aleppo dengan menunjukkan determinasi dalam langkah dan tindakan diplomasi," kata Jazuli di Jakarta, Senin (19/12).

Menurut Anggota Komisi I DPR ini, determinasi diplomasi kemanusiaan Indonesia sangat strategis untuk menunjukkan bahwa Indonesia berkepentingan dan peduli pada nasib kemanusiaan dunia, terutama terhadap penderitaan rakyat sipil di Aleppo. "Inilah harga diri (dignity) atau kebanggaan kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab serta untuk memenuhi amanat konstitusi dalam menjaga ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi," kata Jazuli.

Untuk itu, kata dia, Pemerintah Indonesia bisa melakukan diplomasi beragam cara dalam ikut menghentikan krisis kemanusiaan di Aleppo. Pertama, secara bilateral pemerintah melalui Menteri Luar Negeri bisa menyampaikan nota keprihatinan serius dan meminta penyelesaian krisis kemanusiaan secara beradab, baik melalui duta besar di Suriah maupun duta besar Suriah di Jakarta beserta negara-negara terkait konflik seperti Rusia dan Iran. Pernyataan sikap keprihatinan itu tentu saja mewakili perasaan dan solidaritas rakyat Indonesia terhadap krisis kemanusiaan yang sangat memilukan ini. 

Kedua, secara multilateral melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) khususnya melalui badan-badan terkait seperti Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan HAM, UNHCR, perwakilan Pemerintah RI bisa menginisiasi proposal yang dapat memaksa penghentian dan penyelesaian krisis kemanusiaan Aleppo oleh Suriah dan negara-negara terkait. Jazuli mengatakan piagam PBB yang dipedomani bersama seluruh anggotanya memberi banyak instrumen untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Aleppo. Mulai dari intervensi kemanusiaan, resolusi DK PBB, penetapan kejahatan perang dan/atau pelanggaran HAM serius, hingga pengiriman pasukan perdamaian. 

"Atas nama kemanusiaan dunia, Pemerintah Indonesia harus pro aktif mengajukan dan/atau mendukung proposal untuk mendapatkan dukungan negara-negara lain agar krisis Aleppo segera teratasi," ujarnya.

Ketiga, secara regional atau melalui organisasi dunia lainnya seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI) atau Konferensi Asia Afrika (KAA), Indonesia bisa menggalang solidaritas kemanusiaan untuk Aleppo. Yakni dengan mengadakan sidang darurat guna merumuskan rekomendasi dan langkah-langkah diplomasi politik dan kemanusiaan khususnya kepada Suriah dan negara-negara terkait. Menurut JazulI, determinasi diplomasi Indonesia melalui tiga langkah tersebut akan berdampak besar bagi penyelesaian krisis kemanusian di Aleppo dan memperkuat tanggung jawab Indonesia pada masa depan kemanusiaan dunia.

Dia mengatakan sebagai negara Muslim terbesar dan didukung oleh mandat konstitusional yang kuat, serta solidaritas kemanusiaan rakyat Indonesia yang dahsyat, Indonesia bisa memainkan peran strategis bukan hanya bagi Aleppo, tapi juga masa depan kemanusiaan dunia. "Mudah-mudahan Presiden Jokowi menangkap dengan baik momentum peran dan tanggung jawab ini," ujar Jazuli.

Sumber : republika.co.id

PKS: Fatwa Haram Pakai Atribut Non-Muslim Jaga Kerukunan Umat

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang mengharamkan seorang muslim menggunakan atribut keagamaan non-muslim.
Hal itu dikeluarkan seiring banyaknya perusahaan di Indonesia yang mengharuskan para karyawannya untuk menggunakan atribut tersebut, khususnya jelang Perayaan Natal dan Tahun Baru.

"Prinsipnya tidak boleh ada pemaksaan terhadap keyakinan beragama bagi pemeluk agama lain. Karyawan muslim yang tidak mau menggunakan atribut agama lain, tidak boleh dipaksa, apalagi terkena sanksi. Demikian juga sebaliknya umat Islam juga tidak akan memaksakan keyakinannya kepada agama lain, termasuk dalam hal atribut keagamaan," jelas Jazuli dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (19/12/2016).Menanggapi itu, Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini menilai fatwa MUI tersebut secara esensi untuk memperkuat toleransi dan menjaga kerukunan antarumat beragama, yang dibuktikan melalui sikap penghormatan terhadap perbedaan keyakinan beragama di Indonesia.

Selain itu, Jazuli menilai fatwa tersebut lahir karena sudah menjadi tugas MUI untuk memberikan bimbingan kepada umat Islam dalam menjalankan ajaran agama, salah satunya melalui fatwa.
"Jadi, fatwa MUI termasuk fatwa tentang penggunaan atribut agama lain bagi seorang muslim, adalah sudah tepat tugas MUI sebagai bentuk tanggung jawab guna membimbing umat," ujar dia.
Justru dengan adanya pernghormatan dan penghargaan atas keyakinan beragama itulah, tambah Jazuli, yang mengokohkan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Oleh karena, hal itu dapat menghindarkan dari kesalahpahaman, konflik batin, atau bahkan potensi ketegangan akibat pemaksaan oleh perusahaan untuk menggunakan atribut perayaan agama yang tidak sesuai keyakinan agamanya.
"Untuk itu Fraksi PKS menyambut baik sikap aparat keamanan, seperti yang ditunjukkan Polres Metro Bekasi Kota, yang mengeluarkan edaran dengan konsideran fatwa MUI tersebut," kata dia.
Surat edaran itu, lanjut dia, berisi imbauan agar perusahaan tidak mewajibkan atau memaksa karyawannya menggunakan atribut yang tidak sesuai dengan keyakinannya.
"Saya kira imbauan tersebut positif dan konstruktif dalam menghindari kesalahpahaman di masyarakat," kata Jazuli.
Di sisi lain, sambung dia, dengan adanya fatwa haram dari MUI ini, dinilai juga tidak akan mengurangi kemeriahan perayaan hari besar setiap agama yang sejak bertahun-tahun selalu meriah dirayakan di Indonesia. Bahkan hari besar setiap agama di Indonesia ditetapkan sebagai hari libur nasional.
"Inilah wajah toleransi antar umat beragama Indonesia yang patut kita syukuri bersama," pungkas Jazuli.