Oleh Mawalu
Jokowi dan Prabowo, dua kekuatan dari kampiun yang berbeda. Laju kedua
sosok ini berkibar kencang laksana angin badai taufan dunia. Yang satu
mantan Jenderal, yang satunya mantan tukang kayu dari Solo.
Masing-masing punya kekuatan, masing-masing punya senjata pemusnah
massal yang mematikan dan tak tertandingi oleh siapapun saat ini.
Siapa yang tak kenal Jokowi, sosok yang melenting ke permukaan melesak
dasyat bagaikan meteor sejak isu mobil Asemka muncul ke permukaan. Derap
laju langkah kakinya pun tak tertahankan, dari Solo menuju Jakarta.
Kini dari Kebon Sirih menuju Istana Negara.
Sosok yang dekat dengan wong cilik, murah senyum, suka mlaku-mlaku
merono merene alias blusukan, senyum sumringah dan punya sense of humor
yang tinggi, tapi jangan ditanya dasyatnya kekuatan ketegasannya yang
terbalut dalam keramahannya dalam kultur Jawa yang santun.
Angle-nya unik. Cara bicaranya bertaburan pleonasme, membangun klimaks
dari alinea pertama ke alinea berikutnya dibalut filosofi dalam alunan
kalimat per kalimat setajam belati sebagai lambang bangkitnya wong cilik
dalam tarikan nafas sejanak sebelum mengambil ancang-ancang dan
bergerak semakin kencang sesuai dengan kadar intelektual, pengalaman
hidup dan kaidah yang diperjuangkannya dengan jujur dan tanpa pamrih.
Walaupun Jokowi enggak seganteng Prabowo, ibaratnya wajah ndeso tapi
dompet kota (minjem istilah Tukul Lele Arwana itu). Inilah daya pikat
Jokowi yang membius hampir jutaan orang yang tersebar di seluruh pelosok
negeri.
***
Lantas bagaimana dengan Prabowo? Jangan ditanya lagi sosok ini.
Seorang mantan Jenderal yang paling ditakuti Australia, dan paling
disegani oleh Amerika. Satu-satunya mantan Jenderal di negeri ini yang
diberi penghargaan sebagai pelatih perang terbaik dan warga negara
istimewa di Yordania.
Orang bilang pengalaman hidup lebih berharga dari emas dan permata,
lebih bernilai dari nilai mata uang. Sepak terjang sosok seorang Prabowo
telah membius alam bawah sadar jutaan rakyat di negeri ini dengan
sosoknya yang menunggani Kuda seharga 3 milyar dan baju perang putih ala
Soekarno dan Pablo Escobar.
Prabowo, mantan Jenderal yang pernah sukses membungkam sejumlah petinggi
militer di negeri ini termasuk Jenderal LB Moerdani itu, pernah hampir
baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur, Kolonel Inf Kiki
Sjahnakrie, di kantor Pangdam IX Udayana.
Prabowo, satu-satunya Jenderal di negeri ini yang mengarahkan ratusan
moncong senjata mengepung Istana Negara sehingga Habibie pun murka.
Prabowo, satu-satunya mantan Jenderal yang paling berani melengserkan
Benny Moerdani dari empuknya kursi Panglima ABRI.
Prabowo pula yang menggembleng Kopassus di Fort Benning, Amerika
Serikat, sehingga menjadi pasukan yang paling solid dan paling ditakuti
di dunia Internasional.
Prabowo, satu-satunya mantan Jenderal yang paling ditakuti para
pengusaha hitam di negeri ini. Mereka pernah merasakan kerasnya tamparan
tangan Prabowo yang membekas di pipi mereka yang putih bersih itu
selama berhari-hari.
Kini dengan barang dagangan Prabowo melalui konsep mengangkat harkat dan
martabat ekonomi kerakyatan telah membius jutaan rakyat sampai ke
pelosok negeri.
Bagi mereka yang sudah muak dengan ketidakpastian hankamnas di negeri
ini, bagi mereka yang sudah muak dengan kondisi bangsa yang penuh
rekayasa oleh kaum feodal, komprador, imperialisme dan ahli manipulasi
tanpa essensi, mereka meletakan asa yang membuncah dalam dada ke pundak
Prabowo.
Mungkin benar bahwa bangsa yang pluralisme ini memang belum saatnya
diberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Kalau orang Jawa bilang
dikasi hati, njalu rempelo, diberikan kebebasan dalam atmosphir demokrasi, malah tambah angkat ekor.
Mungkin saja bangsa ini butuh sosok seperti Prabowo untuk menghajar para
munafiqun di negeri ini. Bahkan prajurit tebaiknya, Basuki Tjahaja
Purnama, telah terdidik dengan aura militernya ala Prabowo Subianto,
bangsa ini enggak bisa diajak baik-baik, harus diajak berantem dulu baru
bisa baik, begitu kata Ahok, bukan kata Mawalu.
Jika Prabowo jadi Presiden, maka Australia akan berpikir seribu kali
bilamana ingin mempermalukan bangsa ini dengan aksi-aksi penyadapan.
Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya Malaysia akan berpikir seribu
kali sebelum mencaplok budaya dan pulau-pulau di negeri zamrud
khatulistiwa ini.
Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya Singapura akan berpikir seribu
kali kalau mau cari perkara dengan mengungkit-ngungkit masa lalu. Jika
Prabowo jadi Presiden, setidaknya para buruh yang jumawa akan berpikir
seribu kali kalau demo mau blokir jalan Tol dan blokir Bandara Soetta.
Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya para Koruptorsaurus akan berpikir
seribu kali kalau mau merampok negara ini. Jika Prabowo jadi Presiden,
setidaknya para teroris akan berpikir seribu kali untuk menteror negara
ini karena akan diburu Prabowo sekalipun bersembunyi di lobang tikus.
Disinikah letak kekuatan Prabowo? Silahkan Anda yang menilai sendiri.
Sejatinya manusia yang berakal hikmat dapat mengukur kekuatan gelombang
otak alam bawah sadarnya, yaitu Gamma, Beta, Alpha, Tetha, dan Delta.
Yang membedakan antara keyakinan dan kenyataan hanyalah pembuktian.
Semuanya kembali kepada hati nurani Anda. Kesadaran ada pada diri Anda
sendiri, bukan karena latah, apalagi karena terpaksa.
Hidup ini memang diberikan kebebasan merdeka, hidup ini memang diberikan
kebebasan untuk berpikir dengan kesadaran yang tak terbatas dan tak
akan pernah mati. Oleh karena itu wahai saudara-saudariku setanah air,
berhentilah mimpi di siang bolong. Pilihlah calon pemimpin bangsa sesuai
hati nurani Anda.
Prabowo atau Jokowi,
it’s your own choice!
*
Kompasiana/pkspiyungan