SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Tuesday, 29 April 2014

Hasil Pileg 2014 PKS Papua Barat Catat Sejarah


Manokwari - Melihat peta perolehan kursi sementara untuk DPR Papua Barat (DPRD Propinsi Papua Barat/DPR PB -red) periode 2014-2019 khusus untuk Dapil Papua Barat 1 berdasarkan hasil Pleno Rakpitulasi Suara KPU Papua Barat kemungkinan hanya Partai Demokrat yang mampu menempatkan dua calegnya di DPR PB. Sementara sisa Sembilan kursi tersisa terbagi pada Sembilan parpol lain.

Partai Demokrat dengan perolehan 29.807 suara dipastikan mengirim dua wakil ke DPR PB, selanjutnya Partai Gerindra dengan torehan 20.318 suara kemungkinan hanya mampu mengirim satu calegnya, karena sisa suara setelah dikurangi BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) ternyata tidak lebih besar dari perolehan suara parpol peraih suara terbanyak ke-10 yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). 

Secara berurutan parpol yang menempatkan wakilnya dari Dapil Papua Barat 1 setelah Partai Gerindra adalah Partai Golkar 18.965 suara, PDIP 17.184 suara, Partai Nasdem 14.207 suara, Partai Hanura 12.721 suara, PAN 12.051 suara, PKPI 11.158 suara, PKB 6.813 suara, dan PKS 6.375 suara. Sementara PPP dengan torehan 2.748 suara serta PBB yang megumpulkan 1.609 suara tidak berpeluang menempatkan wakilnya di DPR PB dari dapil ini.

Saat dikonfirmasi via telepon cellular, Mugiyono, S.Hut selaku Ketua DPW PKS Papua Barat yang juga caleg PKS untuk DPR PB dari Dapil PB 1 membenarkan bahwa partainya sesuai hasil Pleno Rekapitulasi Suara KPU PB untuk Dapil PB 1 berpeluang mendapatkan kursi terakhir.

“Sesuai perhitungan suara, PKS mengamankan kursi terakhir di Dapil PB 1, karena suara PKS masih lebih banyak dibandingkan suara parpol lain setelah dikurangi BPP. Hasil ini kami syukuri karena ternyata masyarakat memberi kepercayaan kepada PKS untuk mengemban tugas sebagai wakil rakyat,” ujarnya.

Bagi Mugiyono perolehan satu kursi ini juga merupakan catatan tersendiri bagi PKS, karena untuk pertama kali PKS mampu meraih kursi dari Dapil ini (Kabupaten Manokwari) sejak Pemilu 1999. 

“Ini semua adalah hasil kerja keras kader, para caleg dan simpatisan PKS dengan semua pengorbanan biaya, waktu, tenaga dan pikiran serta yang tidak kalah penting adalah para saksi yang secara militan mengawal suara rakyat yang dipercayakan pada kami,” katanya.

Akhirnya Mugiyono meminta semua pihak untuk mengawal seluruh proses yang sedang berlangsung di KPU sampai penetapannya nanti sehingga suara yang telah diberikan rakyat benar-benar menghasilkan DPR PB yang berkualitas 5 tahun kedepan.

(Sumber: Harian Pagi Media Papua, 29 April 2014)
*pkspiyungan

Kalau Harus Oposisi, Kami … Tidak Ada Masalah !


Sejarah Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga sekarang berisi kisah menyedihkan tentang gerakan oposisi. Prasyarat sistemik maupun kultural bagi gerakan oposisi sudah terbabat hampir habis oleh penguasa yang tak mau diganggu gugat. Membangun oposisi di Indonesia ternyata merupakan pekerjaan berat yang banyak menguras energi, dan tentu membutuhkan ketekunan serta keuletan.
Kalau melihat perkembangan masyarakat sekarang ini, rupanya kita masih dikuasai oleh kerangka berpikir ''priyayi absolut'', yang wujudnya antara lain kalah menang harus ikut siapapun yang berkuasa baik itu di kabinet, jabatan atau pangkat tertentu dan lain sebaginya.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan sekalipun ide tentang oposisi sudah ditanamkan sejak beberapa tahun lalu, tetapi ketika momennya tiba kemudian tidak mendapat respon yang wajar. Apalagi dalam keadaan di mana ada kesejajaran antara jabatan dan kekayaan yang sangat mengkhawatirkan di negeri kita ini. Menjabat berarti menjadi kaya. Godaan menjabat itu menjadi gabungan antara godaan tahta dan harta.
Intinya, oposisi ada karena dalam kenyataan politik ada yang berkuasa dan ada yang di luar kekuasaan. Nah, yang di luar kekuasaan bertugas mengontrol, atau memberikan alternatif kebijakan kepada mereka yang berkuasa, sehingga rakyat mempunyai pilihan-pilhan kebijakan. Dasar filosofisnya oposisi adalah karena yang berkuasa adalah manusia bukan malaikat, maka manusia harus dikontrol oleh manusia lainnya (ketika berkuasa).
Kenapa pula penguasa harus dikontrol?  Sebab sebuah kekuasaan, sesuai pendapat Lord Acton, akan cenderung merusak; cenderung untuk korup. Kalau kekuasaan itu terlalu absolut, dia akan cenderung korup absolut juga. Karena itu, dia harus dikontrol melalui parlemen. Makanya harus ada yang menjadi oposisi di parlemen. Tapi parlemen pun harus dikontrol juga. Makanya beberapa negara menganut model bikameral (dua kamar) dalam sebuah parleman; ada kamar atas dan ada kamar bawah. Antara kamar atas dan kamar bawah saling mengontrol. Jadi tidak mesti kedua belah pihak harus saling setuju.
Tidak ada pilihan lain bagi bangsa agar selamat menuju demokrasi, kecuali harus mentradisikan oposisi, baik dalam pemerintahan, parlemen maupun gerakan ekstraparlementer. Sejarah awalnya berjalan di jalur yang tepat menuju pembentukan oposisi. Indonesia, tak lama setelah proklamasi kemerdekaan, memasuki demokrasi liberal. Sistem multipartai dan eksperimentasi demokrasi parlementer menghasilkan kultur politik yang demokratis. Kedua sistem itu, sekalipun diinterupsi oleh heroisme revolusi fisik 1945-1949, tetap memberi peluang adanya kompetisi politik dan sirkulasi kekuasaan.
Kehidupan politik ketika awal-awal Republik ini memang ditandai perbedaan tajam antarkelompok. Namun, tidak ada tendensi peniadaan oposisi maupun penindasan terhadap kaum oposan. Oposisi dirasa sebagai hal yang wajar saja, bukan barang aneh atau istimewa, serta tidak dianggap sebagai pengganjal bagi penguasa.
Ketika itu berbagai kekuatan politik siap mental menjadi pemenang tetapi juga sekaligus pecundang yang baik. Toleransi lintas kelompok, ideologi dan kepentingan merupakan perangkat kultural yang dibangun demokrasi liberal. Sistem inilah yang membuat Pemilu 1955 berlangsung bersih, elegan.
Gerhana politik baru muncul tahun 1957. Presiden Soekarno dan Angkatan Darat (AD) mulai agresif menjalankan strategi antipartai. Mereka bersekutu untuk menyudahi eksperimen demokrasi liberal berbasis partai politik. Periode 1957-1959 ditandai sistem kekuasaan berlanggam sentralistik. Soekarno, dengan dalih 'revolusi belum usai', memberangus semua kekuatan yang dianggap 'kontra revolusi'. Perangkat kultural sistemik kaum oposan dihancurkan. Fase ini, menurut Eep Saefullah Fatah menyitir Herbert Feith, ini adalah "The decline of constitutional democracy".
Demokrasi Terpimpin merupakan periode musim kering kehidupan oposisi. Karakter kekuasaannya yang eksklusif dan antipublik menyebabkan setiap potensi oposisi mengalami kebinasaan. Tahun 1966 Bung Karno jatuh. Tidak ada diskontinuitas ketika Angkatan Darat di bawah Soeharto mulai berkuasa pada 1966. Yang terjadi hanyalah musim semi kebebasan amat pendek (1966-1974). Indonesia lalu terperangkap rezimentasi Orde Baru yang mematikan demokrasi dengan wacana oposisi loyal. Soeharto hanya memperbolehkan oposisi yang loyal!
Kekuasaan Orde Baru yang sentralistik dan personal-sebagaimana hukum besi otoritarianisme di mana pun- mengalami sakralisasi. Dalam konteks operasi kekuasaan yang tidak bisa disalahkan itulah, gerakan oposisi pada zaman Orde Baru yang telah 'meninggal dengan tenang'.
Dalam empat dekade terakhir Indonesia mengalami pelumpuhan tradisi beroposisi. Memulai sesuatu yang lama absen tentu saja menimbulkan kegamangan. Namun, membangun visi dan aksi oposisi yang solid tetap merupakan kebutuhan mendesak.
Oposisi tidak perlu dipahami sebagai sikap menentang (to oppose memang berarti menentang), sebab dalam oposisi kita ada pula segi to support-nya, sehingga dalam konteks politik, oposisi lebih merupakan kekuatan penyeimbang, suatu check and balance, yang bisa membuat perasaan-perasaan tersumbat tersalurkan.
Beroposisi berarti melakukan pengawasan atas praktik kekuasaan. Ketika kekuasaan melenceng, oposisi mengabarkan kekeliruan itu, seraya membangun perlawanan. Ketika kekuasaan menjalankan fungsinya secara benar, oposisi menggarisbawahinya, seraya membangun kesadaran publik untuk meminta kelanjutan dan konsistensi.
Oposisi membangun model partisipasi politik bertumpu pada keadilan. Oposisi adalah kegiatan menyerukan kebenaran dan melawan kemunkaran (amar ma'ruf nahi munkar). Beroposisi itu penting dan harus dilakukan demi lurusnya jalannya penyelenggaraan negara.
Dengan demikian tepat sekali, yang kita maksudkan dengan oposisi bukanlah oposisi seperti dalam masyarakat atau negara yang menganut sistem parlementer, yang agaknya obsesi partai oposisi di situ adalah menjatuhkan pemerintah.
Lalu apa peran oposisi itu dalam kaitan dengan kemungkinan menyudahi suatu pemerintahan? Yang paling dramatis adalah jika sampai terjadi impeachment, tetapi yang normal adalah memastikan bahwa dalam periode yang akan datang suatu pemerintahan yang tidak kredibel tidaklah perlu dipilih lagi.
Dengan adanya kelembagaan oposisi, akan ada pendewasaan politik dan percepatan proses demokratisasi. Bisa saja kita secara optimistis membiarkan proses itu berlangsung secara alami. Tetapi, sesuatu yang dibiarkan menurut proses alam, biasanya tidak terkontrol, karena itulah harus adadeliberation, kesengajaan, tidak boleh by accident, atau secara kebetulan. Dan melihat visi perkembangan politik Indonesia di masa depan, menjadi oposisi adalah suatu pekerjaan yang sangat terhormat.
Terilhami dari Judul Buku: Membangun Oposisi: Agenda-agenda Perubahan Politik Masa Depan; Penulis: Eep Saefulloh Fatah; Penerbit: Rosda Bandung, 1999.
*pks-dpcpancoran

Diajak Koalisi, Inilah 3 Pertanyaan PKS untuk Gerindra

Pkskelapadua.com, JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera belum menentukan arah koalisi menghadapi Pemilihan Presiden 9 Juli 2014, meski partai itu telah menerima surat resmi dari Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto yang berisi ajakan untuk berkoalisi.

Sebelum memutuskan apakah akan berkoalisi dengan Gerindra atau tidak, PKS akan mengirim tim khusus untuk mengkomunikasikan sejumlah hal kepada Prabowo Subianto. Tim yang dipimpin Sekretaris Jenderal PKS Taufik Ridho itu akan melakukan penjajakan serius dengan Gerindra.

PKS setidaknya punya 3 pertanyaan untuk Gerindra. Pertama, partai mana saja yang akan berkoalisi dengan Gerindra. “Paling tidak diperlukan tiga partai untuk berkoalisi,” kata Presiden PKS Anis Matta usai rapat Majelis Syuro di kantor Dewan Pimpinan Pusat PKS, Jakarta, Senin dini hari 28 April 2014.

Kedua, bagaimana strategi Gerindra untuk memenangkan Pemilihan Presiden. Ketiga, format apa yang akan digunakan Gerindra untuk memimpin Indonesia ke depan jika mereka memenangi Pilpres.

Selain ketiga pertanyaan pokok itu, PKS pun punya satu pertanyaan tambahan. “Yang tidak kalah penting, bagaimana jika kalah dalam Pilpres? Seperti apa format koalisi mereka jika kalah Pilpres? Itu yang akan kami bahas dalam komunikasi politik bersama Gerindra,” ujar Anis Matta.

Soal cawapres Prabowo apakah bisa berasal dari PKS atau tidak, PKS belum berencana untuk membicarakannya kecuali mereka betul-betul jadi berkoalisi dengan Gerindra.

Sejumlah petinggi PKS yang masuk ke tim komunikasi untuk Gerindra selain Sekjen Taufik Ridho adalah anggota Majelis Syuro PKS dan Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid, Ketua DPP PKS dan Wakil Ketua DPR Sohibul Iman, Ketua DPP PKS dan Wakil Ketua Komisi III DPR Almuzzammil Yusuf, Bendahara Umum PKS dan anggota Komisi V DPR Mahfudz Abdurrahman.

Selain berkomunikasi dengan Gerindra, PKS juga akan berbicara dengan Partai Golkar dan Partai Hanura. Sebelumnya, Anis Matta dan Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin telah bertemu secara langsung dengan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Umum Hanura Wiranto. [viva]

Pelajaran Sejarah dari Perang Uhud

Pkskelapadua.com, -Laki-laki pemberani itu terbujur kaku dengan dada tercabik-cabik. Sadis. Itulah jasad Hamzah bin Abdul Muththalib, paman dan saudara sepersusuan Rasulullah Saw yang syahid dalam Perang Uhud. Tangis Rasulullah Saw pun pecah. Isak tangisnya terdengar seperti rintihan. Walaupun dengan kesedihan yang tiada terkatakan, akhirnya, jenazah "Tuan Para Syuhada" itu dikafankan dengan kafan yang tidak sampai menutup kedua kakinya, lalu dikuburkan bersama saudara sepupu dan sepersusuannya, Abdullah bin Jahsyi, dalam satu liang.

"Tidak pernah beliau terlihat sedih sesedih itu. Tidak juga pernah terlihat beliau menangis sekeras itu," kata Ibnu Mas'ud. Panorama para syuhada itu memang sangat mengiris hati. Di sana terbaring 65 orang sahabat beliau dari kaum Anshar, 4 orang dari kaum Muhajirin, dan seorang dari kaum Yahudi yang telah memeluk Islam. Angka 70 orang syuhada itu terlalu banyak. Bandingkanlah dengan syuhada Badar yang hanya berjumlah 14 orang, atau dengan jumlah korban tewas dari kaum Musyrikin yang hanya berjumlah 37 orang.

Mungkin, memang tidak tepat menyebut peristiwa itu sebagai kekalahan, setidak-tidaknya jika dilihat dengan lensa keimanan. Akan tetapi, biarlah dalam hitungan peperangan kita menganggap itu sebagai sebuah kekalahan. Itulah yang membuat Rasulullah Saw begitu terpukul, begitu sedih, sampai beliau menangis tersedu-sedu; sebuah tangis yang tidak pernah diulanginya sepanjang hidupnya. Bahkan, beberapa hari sebelum beliau wafat, beliau menyempatkan diri mengunjungi kuburan para syuhada Uhud. Para sahabat yang menyaksikan kesedihan beliau itu merasakan kesedihan yang lebih mendalam, sekaligus diliputi perasaan bersalah yang mengguncang batin mereka.

Kekalahan yang Mengilhami

Meskipun demikian, Allah Swt tidak menginginkan mereka berlarut dalam kesedihan. Memang kesedihan adalah tabiat hati dan hak jiwa, tetapi selalu ada batas yang wajar untuk sebuah emosi. Maka, di tengah deraan kesedihan itulah Allah Swt menurunkan bimbingan-Nya. Itulah salah satu cara Allah Swt memberikan pelajaran: peristiwa kehidupan adalah momentum yang paling tepat untuk mengajarkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah tertentu, dan bahwa sejumlah nilai atau kaidah tertentu hanya dapat dipahami dengan baik melalui peristiwa nyata dalam kehidupan.

Maka, berbicaralah Allah SWT tentang peperangan Uhud itu dalam 60 ayat, yang terdapat dalam surah Ali 'Imran dan dimulai dari ayat 121 hingga ayat 179. Penjelasan itu diawali dengan sebuah rekonstruksi yang menjelaskan latar belakang psikohistoris Perang Uhud (ayat 121) dan diakhiri dengan sebuah komentar penutup yang menggambarkan keseluruhan makna dan hikmah dari peristiwa tersebut (ayat 179). Allah SWT mengatakan,

"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (Mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar." (Ali 'Imran: 179)

Dalam runtut penjelasan panjang itu, Allah Swt hendak mengajarkan kaum Muslimin cara yang tepat untuk menghadapi dan menyikapi kekalahan. Bahwasanya, bencana yang lebih besar dari kekalahan adalah apabila kita kehilangan kemampuan menentukan sikap dalam menghadapi kekalahan itu sendiri.

Pelajaran pertama. Untuk orang-orang kalah, mereka harus mempertahankan keseimbangan jiwa manakala kekalahan itu datang. Kekalahan, dalam berbagai medan kehidupan, sangat sering melumpuhkan, bahkan mematikan ketahanan jiwa dan semangat perlawanan seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Itulah ancaman paling berbahaya yang menimpa orang-orang yang kalah: tiba-tiba mereka kehilangan rasa percaya diri, kehilangan semangat untuk tetap bertahan dan terus melawan, kehilangan harapan dan optimisme; tiba-tiba saja dunia ini menjadi gelap dan kabut keputusasaan menutupi seluruh langit jiwanya. Tidak ada lagi harapan bahwa esok hari akan berganti dan matahari akan terbit kembali. Itulah saat yang paling sublim dalam kehidupan individu atau kelompok, yang dalam hal ini kita harus mampu mengelola perasaan dengan cara yang sangat rumit: kita harus mengakui kekalahan secara obyektif namun tetap memiliki energi jiwa agar survive, bertahan, dan bangkit kembali.

Untuk itu, kita membutuhkan sebuah mizan: sebuah alat atau standar untuk mengukur tingkat supremasi yang sesungguhnya. Mizan yang kemudian ditetapkan Allah Swt adalah iman: bahwa kemenangan dan kekalahan bukanlah ukuran supremasi dan keunggulan; bahwa kemenangan dan kekalahan hanyalah sebuah variabel yang dengannya Allah Swt menguji kita tentang apakah kita tetap bisa beriman dalam kedua situasi itu. Maka, jangan ada kesedihan yang berlebihan dan jangan ada perasan lemah dan tidak berdaya yang akan mematikan semangat perlawanan. Allah Swt berfirman,

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Ali 'Imran: 139)

Pelajaran kedua. Untuk orang-orang kalah, mereka harus mengetahui kalau kemenangan dan kekalahan itu sesungguhnya bukanlah situasi yang permanen (tetap). Kemenangan dan kekalahan adalah piala yang dipergilirkan oleh sejarah di antara semua umat. Maka, tidak ada umat yang dapat memenangkan semua babak pertarungan, juga tidak ada umat yang ditakdirkan untuk kalah selama-lamanya.

Kemenangan dan kekalahan, sesungguhnya hanyalah sebuah variabel yang menjalankan sebuah fungsi: seleksi. Penyebabnya, andaikan kaum Muslimin menang terus, kata Ibnu Qayyim, maka akan banyak orang yang bergabung dengan kaum Muslimin meskipun mereka tidak benar-benar beriman. Ditambah lagi, andaikan kaum Muslimin kalah terus, maka misi risalah kenabian tentulah tidak akan tercapai.

Begitulah akhirnya, dalam putaran kemenangan dan kekalahan, Allah Swt menyeleksi orang-orang beriman dari orang-orang munafik. Demikian pula dalam putaran kemenangan dan kekalahan, Allah Swt menyingkap tabir pikiran dan jiwa setiap orang: maka semua yang terekam dalam pikiran dan tersimpan dalam jiwa akan tampak nyata di depan mata manakala peristiwa-peristiwa kehidupan memaksanya keluar menjadi tindakan. Allah Swt berfirman,

"Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir." (Ali 'Imran: 140-141)

Pelajaran ketiga. Untuk orang-orang kalah, kemenangan dan kekalahan sesungguhnya merupakan fenomena yang diatur oleh sebuah kaidah. Maka, setiap umat mempunyai hak untuk menang jika mereka memenuhi syarat-syarat kemenangan. Setiap umat pasti kalah jika sebab-sebab kekalahan itu ada dalam diri mereka. Kemenangan dan kekalahan bukanlah nasib yang tidak dapat dijelaskan asal-usulnya. Maka, hal penting bagi mereka yang kalah adalah menemukan penjelasan yang tepat tentang mengapa mereka kalah, bukan melukiskan kekalahan itu secara dramatis, romantis, dan melankolis. Untuk itulah, dibutuhkan keberanian untuk melihat ke dalam lebih banyak, bukan menengok keluar dan melaknat musuh.

Oleh karena itu pula dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kesalahan, kesediaan dan tekad yang kuat untuk memperbaiki diri serta memenuhi syarat-syarat kemenangan. Begitulah, Allah SWT kemudian menjadikan sejarah manusia sebagai referensi yang dapat mempertemukan kita dengan syarat-syarat kemenangan atau sebab-sebab kekalahan tersebut. Allah SWT berfirman,

"(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Ali 'Imran: 138-139)

Jatuh Bangun dalam Ruang Sejarah

Melalui kasus mikro Perang Uhud itu, Allah Swt menetapkan kaidah-kaidah makro yang kemudian mengatur jalannya sejarah manusia. Peristiwa kemenangan dan kekalahan dalam sebuah peperangan adalah sama dengan peristiwa kebangunan dan keruntuhan dalam perjalanan sejarah. Dengan demikian, apabila ada kaidah yang mengatur kemenangan dan kekalahan dalam sebuah peperangan, maka ada pula kaidah yang mengatur kebangunan dan keruntuhan setiap umat dan bangsa. Ibarat sunah-sunah yang menjelaskan mekanisme kerja alam raya, seperti itu pulalah kaidah-kaidah tersebut mengatur jalannya sejarah manusia.

Kaidah-kaidah itu adalah buah yang dapat kita petik dari pohon sejarah. Itulah sebabnya, sejarah menjadi salah satu referensi pembelajaran terpenting dalam al-Qur'an. Jika kita membuka lembaran ayat-ayat al-Qur'an, kita akan mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa sesungguhnya sejarah adalah tema pokok yang memenuhi ruang terbanyak dalam al-Qur'an. Yang ingin diajarkan al-Qur'an di balik itu adalah bahwa umat ini hanya akan bangkit mencapai kejayaannya apabila ia mengikuti kaidah-kaidah kebangunan tersebut. Sebaliknya, umat ini selamanya akan terpuruk dalam kehancuran manakala ia memenuhi semua kelayakan untuk jatuh dan runtuh.

Demikianlah, bila kemudian kita membaca sejarah Baghdad sebelum dibumihanguskan oleh tentara Tartar, di bawah pimpinan Jenghis Khan, niscaya kita akan membenarkan ungkapan Ibnul Atsir, "Orang-orang Islam ketika itu hidup seperti orang-orang jahiliyah; mimpi-mimpi mereka tidak pernah melampaui perut dan kemaluan mereka." Sama halnya apabila kita membaca bagaimana Shalahuddin al-Ayyubi berhasil membebaskan al-Aqsha yang dijajah Kaum Salib selama sembilan puluh tahun, niscaya kita akan membenarkan pendapat Dr Majid Irsan al-Kailani, yang mengatakan bahwa generasi Shalahuddin al-Ayyubi sebenarnya hanyalah hasil dari sebuah kerja dakwah dan tarbiyah (pembinaan) yang panjang, yang telah berlangsung lebih dari lima puluh tahun sebelum itu.

Inilah Pertanyaannya

Sekarang, gaung kebangkitan Islam telah menggema di seluruh pelosok negeri, bahkan dunia: generasi baru Islam telah bangun mengumandangkan azan subuh, dan fajar shadiq telah merekah di ufuk timur.

Namun, sejarah tetap menyisakan satu pertanyaan sederhana yang pernah dilontarkan oleh Imam Syahid Hasan al-Banna, "Saya percaya, saudaraku tercinta, bahwa setiap revolusi sejarah dan setiap kebangkitan pada sebuah umat, berjalan menurut hukum ini, bahkan termasuk kebangkitan agama-agama yang dipimpin para nabi dan rasul-shalawat dan salam untuk mereka semua...." Inilah ucapan yang akan disikapi oleh pembaca dengan dua sikap: sebagian mereka mungkin telah mempelajari sejarah dan tahapan kebangkitan setiap umat sehingga mereka percaya pada kaidah ini, sementara sebagian yang lain belum mempelajari sejarah sehingga sebaiknya mereka mempelajarinya supaya mereka percaya bahwa apa yang saya katakan adalah benar.

Mereka harus percaya karena saya hanya menginginkan perbaikan dalam batas kemampuan saya. Itulah yang terjadi pada setiap kebangkitan yang sukses. Sekarang, apakah kebangkitan kita telah berjalan di atas rel hukum alam dan kaidah sosial ini?

Muhammad Anis Matta

*pkskelapaduatanggerang

Dosen UNJ: Mestinya Suswono di Apresiasi Karena Mengembalikan Uang Haram

PKSBangilan, - Dengan wajah serius, Yasep mengungkapkan rasa kecewanya. Itu berkaitan dengan berita di koran Tempo (24/4/14), judul: Suswono Akui Terima Rp 50 Juta dari PT Masaro.

“Padahal setelah dibaca isinya justru sebaliknya. Semua uang (diduga uang suap, red) sudah dikembalikan kepada KPK. Bahkan setahun sebelum kasusnya disidangkan,” ujarnya kepada depoknews.com, Minggu (27/4/14).

Seperti ramai dikabarkan, saat menjadi anggota DPR Komisi IV, Menteri Pertanian Suswono mengakui pernah menerima uang Rp 50 juta dari Direktur Utama PT Masaro Radiokom Anggoro Widjojo.

Uang itu diterima Suswono saat masih menjadi anggota Komisi Kehutanan DPR periode 2009-2014. Tetapi menurutnya, uang dari Anggoro tersebut diterima atas saran KPK. Termasuk uang Rp 50 juta itu. Bahkan, jumlah uang yang diterimanya Rp 1,2 milyar sudah diserahkan kepada KPK.

Menurut dosen Universitas Negeri Jakarta itu, agar menarik perhatian pembaca, judul berita memang harus bombastis. Tetapi judul yang tendensius bisa merugikan pihak lain.

Diminta pendapatnya, warga Depok itu mengatakan, “Mestinya Suswono diberi apresiasi. Biar sikapnya ditiru pejabat lainnnya. Karena dia telah jujur dan mengembalikan uang haram tersebut,” pungkasnya. (depoknews)

PKS Terapkan Disiplin Organisasi dalam Proses Komunikasi Politik






Jakarta (28/4) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta mengatakan partainya telah melakukan komunikasi politik secara luas sejak selesai hari pencoblosan pada Pemilu 9 April 2014 lalu. Hal ini dikatakan Anis Matta, Senin (28/4) siang.
"PKS sudah melakukan komunikasi politik sejak selesai hari pencoblosan tapi tanpa liputan media. Kami menerapkan disiplin organisasi dalam proses komunikasi politik ini," ungkapnya.
Anis menambahkan bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh partainya sejak 9 April lalu hingga menjelang rapat majelis syuro yang digelar Ahad (27/4) kemarin dilakukan secara personal dan tidak resmi. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi, bukan deal politik dan tanpa media.
"Komunikasi kami lakukan dengan pimpinan partai dan juga ormas-ormas Islam yang menjadi basis konstituen kami, dan saya hadir dalam beberapa pertemuan yang digagas teman-teman dari ormas-ormas Islam," kata mantan wakil ketua DPR itu.
Anis mengungkapkan, setelah mempertimbangkan semua aspek maka majelis syuro PKS setuju untuk melakukan pembicaraan serius dengan Prabowo dan Partai Gerindra.
"Komunikasi politik sebelumnya bersifat umum dan normatif, sekarang kita ingin masuk ke detail. Misalnya, tentang format yang diperlukan untuk memenuhi syarat Parliamentary Threshold (PT) 20 % kursi DPR," ujarnya.
Contoh lainnya menurut Anis hal-hal yang masih perlu dibahas secara detail adalah tentang strategi pemenangan dan konsep pengelolaan pemerintahan jika menang serta pola koalisi parlemen sebagai oposisi jika kalah.
"Dari hasil pendalaman itulah nanti kami akan mengambil keputusan tentang koalisi secara final, dan disiplin dalam proses organisasi mutlak diperlukan agar komunikasi politik berujung dengan kebaikan bukan konflik," pungkasnya.

*http://pks.or.id

RASULULLAH SAW DAN PENGEMIS YAHUDI BUTA

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a. Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a. 
 
*pks-dpcpancoran

Aboe Bakar Al-Habsyi: Alhamdulillah Perolehan Suara PKS Kalsel Naik

Oleh Habib Aboe Bakar Al-Habsyi


Saya ucapkan terima kasih kepada bubuhan Banjar sabarataan yang kembali memilih saya, dan mempercayai saya kembali untuk mewakili Kalimantan Selatan di DPR RI selama lima tahun kedepan.

Harus diakui bahwa pada Pemilu kali ini saya harus puas menempati posisi kedua, untuk perolehan suara pribadi caleg. Tidak seperti pada pemilu 2009, dimana saya bisa menempati urutan pertama untuk perolehan suara pribadi caleg. Meskipun demikian, saya masih bisa berdiri tegak tanpa harus menekuk muka. Karena perolehan suara tersebut ada murni aspirasi masyarakat. Saya tidak melakukan money politic.

Saya sangat bersyukur, ditengah badai yang menimpa PKS, suara saya pribadi masih mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Bila ditahun 2009, suara caleg yang saya peroleh adalah 57.253, pada pemilu kali ini saya mendapatkan 66.864 suara, yang berarti terjadi kenaikan sekitar 10 persen.

Hal yang serupa juga terjadi untuk suara partai di dapil Kalsel I yang pada 2009 memperoleh 94,392 suara, pada pemilu kali ini PKS bisa meraup 101.440 suara, yang berarti ada kenaikan sekitar 8 persen.

Ini adalah capaian yang luar biasa untuk PKS, dimana sebelumnya kami selalu diposisikan tidak lulus PT oleh berbagai konsultan politik. Menurut berbagai lembaga survei di Indonesia, PKS hanya akan mampu meraup 2,2% suara, ternyata di Kalsel PKS bisa memperoleh diatas 10 persen suara.

Ini adalah hasil kerja keras dari kader, struktur dan simpatisan PKS di Banua, yang sekaligus membuktikan bahwa integritas mereka diakui secara riil oleh bubuhan Banjar. Tak hanya itu kebanggaan dan kesyukuran saya, angka 10 persen tersebut bukan hanya angka kebangkitan dari ramalan kematian para pengamat politik dan lembaga survei, melainkan juga daya tahan basis massa kita dari hantaman money politic. Karena, dalam anggaran pemenangan saya dan kamus politik saya tidak mengenal adanya politik uang, sehingga ini adalah bagian dari pembuktian bahwa masyarakat Banjar masih banyak yang menyuarakan aspirasi dan hati nurani yang tidak terbeli oleh para cukong.

Meskipun saya sendiri harus mengakui bahwa praktik politik uang dalam pemilu kemarin sudah sangat dahsyat. Menurut saya, praktik money politic kemarin sudah pada tahap merusak sendi-sendi demokrasi, gerakannya sudah terstruktur dan masif, angkanya pun sudah sangat besar. Sangat disayangkan memang, seolah fakta lapangan tersebut tidak terekam oleh pengawas pemilu dan penegak hukum. Seolah tidak terjadi apapun di lapangan, sehingga nihil penindakan hukum untuk persoalan money politic ini.

Kami sangat merasakan dampak langsung dari praktik politik uang tersebut, banyak suara PKS yang hilang lantaran termakan rupiah. Seperti di salah satu kabupaten yang merupakan basis PKS, suara kami tergerus hingga separuhnya. Di wilayah tersebut kami memiliki lebih dari 30ribu anggota yang sudanh memiliki KTA. Namun, pada faktanya kami hanya memperoleh 20ribuan suara di daerah tersebut. Ini membuktikan bahwa anggota kami yang berKTA dan dirawat secara berkala dengan berbagai kegiatan pun akhirnya juga termakan dengan poltik transaksional.

Saya kira, ini adalah catatan penting untuk Pemilihan Umum kedepan. Penegakan hukum, utamanya penindakan terhadap praktik politik uang harus dilakukan secara tegas oleh pengawas pemilu dan penegak hukum. Bila perlu ditambahkan unsur pidana money politic, sehingga ancaman pidana tidak hanya dikenakan kepada pemberi uang, melainkan juga penerimanya. Dengan demikian, pemilu kedepan akan semakin jurdil dan berkualitas.


*pkspiyungan

@anismatta : "Koalisi PKS dan Hasil Majlis Syuro"


Dari Twit @anismatta
(28/4/2014)

1. Alhamdulillah rapat Majlis Syuro berjalan lancar dan tdk hanya penuh dgn suasana persaudaraan tapi juga rasionalitas..

2. Komunikasi politik telah kami lakukan secara luas sejak selesai pencoblosan tapi tanpa liputan media..

3. Kami menerapkan disiplin organisasi dlm proses komunikasi politik ini..

4. Komunikasi politik dilakukan secara personal, tidak resmi, bertujuan menggali informasi.. bukan deal politik dan tanpa media..

5. Komunikasi kami lakukan dgn pimpinan partai dan juga ormas2 Islam yg menjadi basis konstituen kami..

6. Saya hadir dlm bbrp pertemuan yg digagas teman2 dr ormas2 Islam..

7. Setelah mempertimbangkan semua aspek, Majlis Syuro setuju utk melakukan pembicaraan yg serius dgn Prabowo dan teman2 Gerindra..

8. Komunikasi politik sebelumnya bersifat umum dan normatif, sekarang kita ingin masuk ke detil..

9. Misalnya ttg format koalisi yg diperlukan utk memenuhi syarat PT 20% kursi DPR..

10. Juga ttg strategi pemenangan dan konsep pengelolaan pemerintahan jika menang serta pola koalisi parlemen sbg oposisi jika kalah..

11. Dari hasil pendalaman itulah nanti kami akan mengambil keputusan ttg koalisi secara final..

12. Disiplin dalam proses organisasi mutlak diperlukan agar komunikasi politik berujung dgn kebaikan bukan konflik..