SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Tuesday 22 April 2014

"Dari 1 Kursi jadi 1 Fraksi", Hasil Spektakuler PKS Kabupaten Dompu NTB



Alhamdulillah....itulah kata yang terucap dari seluruh kader PKS kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), tatkala mengetahui hasil pemilu 2014.

Selama dua periode pemilu, 2004 dan 2009, PKS Kabupaten Dompu hanya mampu menempatkan wakilnya 1 orang saja di DPRD Dompu. Kini di pemilu 2014, DPD PKS Kab Dompu yang mencanangkan program pemenangan "1 kursi menjadi 1 fraksi" akhirnya terwujud juga.

Perencanaan yang baik dalam menyusun komposisi CAD, kerja keras kader dan struktur serta izin Allah Swt, akhirnya membuahkan hasil. Ini menjadi berita gembira bagi ikhwah di Dompu khususnya.

Perlu diketahui, PKS Dompu pada pemilu 2009, memperoleh suara: untuk DPR RI sebanyak 5178, DPRD Prov NTB-6 sebanyak 5200 dan DPRD Kab sebanyak 3331. Di pemilu 2014, perolehan suara di kabupaten Dompu: DPR RI sebanyak 11.476, DPRD Prov NTB-6 sebanyak 9185 dan DPRD Kab sebanyak 9867 setara dengan 3 kursi.

Semoga dengan 3 kursi ini , DPD PKS Dompu mampu melayani masyarakat Dompu lebih baik guna mewujudkan visi Dompu yang sejahtera dan religius di tahun 2025.

ALLAHU AKBAR !!!!


*by Buhri Ramadhan via pkspiyungan

"Membeli Kemenangan"


Oleh Akmal Sjafril

“Andaikan kalian sanggup berkomitmen untuk begini dan begitu, tentu akan saya dukung. Tapi sejauh ini, saya masih melihat banyak kekurangan dari diri kalian. Sesungguhnya kita tidak mungkin membersihkan lantai yang kotor dengan kain pel yang kotor!”

Kalimat semacam di atas, dalam berbagai varian bentuknya, sering sekali terdengar. Hemat saya, terutama ungkapan yang terakhir, memang dapat menemukan konteksnya dalam banyak kasus, namun tidak untuk semua kasus. Memang benar, kain pel yang akan digunakan untuk membersihkan lantai tidak boleh kotor. Tapi sebersih apakah ‘tidak kotor’ itu sebenarnya?

Khalid ibn Walid ra bisa dibilang ‘bukan siapa-siapa’ ketika situasi memaksanya untuk menjadi pemimpin pasukan Muslim di Perang Mu’tah. Rasulullah saw telah menyerahkan bendera pasukan kepada Zaid ibn Haritsah ra, dan berwasiat agar memberikannya kepada Ja’far ibn Abu Thalib ra jika Zaid ra gugur, kemudian berwasiat lagi agar memberikannya kepada ‘Abdullah ibn Rawahah ra jika Ja’far ra gugur. Allah SWT berkehendak ketiga panglima nan gagah ini menjadi syuhada. Saat itulah kaum Muslimin berembuk dan mengangkat Khalid ibn Walid ra – yang belum lama masuk Islam – untuk menjadi pemimpin mereka. Khalid ra, yang di Perang Uhud mengayunkan pedangnya untuk menghabisi kaum Muslimin, kini menjadi Syaifullaah (Pedang Allah) yang akhirnya mampu membawa pasukan Muslim meraih kemenangan.

Dalam pasukan yang dikirim ke Perang Mu’tah itu, tidak tertutup kemungkinan ada yang jauh lebih senior, jauh lebih bagus ibadahnya, dan jauh lebih baik akhlaq-nya daripada Khalid ra. Apalagi, sebelum memeluk Islam, Khalid ra bertahun-tahun mendapat pendidikan dari sang ayah, Walid bin al-Mughirah, yang sangat memusuhi Islam. Akan tetapi, Khalid ra adalah orang yang sangat pas untuk memimpin pasukan Muslim, baik di Perang Mu’tah ataupun di perang-perang sesudahnya.

Jika kita ingin mencari ‘kain pel’ yang putih bersih tanpa noda sama sekali, tentu kita akan berpaling kepada orang-orang yang sudah lama memeluk Islam, atau yang telah membersamai Rasulullah saw sejak dahulu, misalnya Abu Bakar ra. Akan tetapi, jika yang dibutuhkan adalah seorang panglima, maka Khalid ra nyaris tak punya pesaing.

Tentu saja kita tidak hendak mengatakan bahwa ‘kain pel’ yang bersih itu tidak penting. Hanya saja, dalam banyak kasus, kita tidak perlu menunggu kedatangan kain pel yang bersih mengkilat sebersih kain pel di toko sebelum akhirnya benar-benar membersihkan lantai. Tidak semua kondisi ideal dapat tercapai. Bahkan seringnya, jika kita menunggu-nunggu kondisi ideal terjadi, maka kita tidak akan beranjak dari tempat kita berada sekarang. Orang-orang tua jaman dahulu sudah mengajarkan sebuah kebijakan: tak ada rotan, akar pun jadi.

Di tengah-tengah generasi Muslim akhir jaman ini, ke manakah akan kita cari seorang Abu Bakar ra atau seorang ‘Umar ibn al-Khaththab ra? Di manakah akan kita temukan sang pemimpin yang bersih tiada cela, yang kuat ibadahnya, terpuji akhlaq-nya dan cemerlang akalnya, hingga kita tak bisa menyebutkan barang satu saja keburukannya?

Betapa banyak orang yang merasa dirinya terlalu suci untuk bergabung dengan yang lain. Ia dapat menghitung secara terperinci sekian ratus kesalahan mereka. Shalatnya salah di sini dan di situ, caranya mendidik anak kurang begini dan begitu, kesehariannya masih kurang yang ini dan itu. Ia merasa tak punya harapan jika harus bergabung dengan orang-orang yang dianggapnya tak membuatnya lebih baik. Ia lupa bahwa – andaikan benar – tak ada orang yang bisa membawa kebaikan pada dirinya, maka ia sendirilah yang berkewajiban membawa kebaikan itu pada orang-orang di sekitarnya.

Betapa banyak orang yang bagus ibadahnya namun menyimpan semua kebaikan untuk dirinya sendiri. Ia membenci si pelaku dosa sebagaimana ia membenci dosa itu. Ia selalu sendiri, karena di sekelilingnya hanya ada para pembuat dosa, dan ia khawatir ia pun akan melakukan dosa yang sama jika bergaul bersama mereka. Ia hibur dirinya sendiri dengan kata-kata Rasulullah saw yang mengisyaratkan bahwa kelak orang-orang yang memegang teguh agama ini akan menjadi ‘asing’. Ia lupa sama sekali bahwa setiap kamus bahasa Indonesia selalu membedakan makna “orang asing” dengan “orang yang mengasingkan diri”.

Pada akhirnya, ia menghibur dirinya sendiri dengan menolak semua tuduhan bahwa ia telah memelihara penyakit ukhuwwah dalam dirinya sendiri. Muncullah kalimat seperti di atas tadi, yang menegaskan bahwa ia siap bergabung kapan saja dan berkomitmen penuh, asalkan yang hadir di hadapannya adalah kelompok yang serbasempurna dan tak pernah salah.

Janganlah heran sekiranya orang semacam ini pada akhirnya selalu berjalan sendiri. Kalaupun ia menemukan teman-teman yang segagasan dengannya, mereka hanya akan berkumpul (atau lebih tepatnya bergerombol) dan tidak jalan ke mana-mana. Mereka hanyalah sekumpulan orang malang yang diam sambil menunggu kendaraan yang tak kunjung lewat, sambil mengutuki jaman yang terus berganti.

Manusia, sebagaimana yang telah kita maklumi bersama, bukan hanya tak ada yang sempurna, namun juga tak bisa menyempurnakan dirinya sendiri. Setiap anak dibesarkan bukan atas usaha dirinya sendiri, bukan pula hanya oleh kerja keras kedua orang tuanya, melainkan juga oleh lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, duhai tuan-tuan, pahamilah bahwa masyarakat yang sakit parah selamanya takkan melahirkan pemimpin yang baik. Bolehlah berikan pengecualian kepada para Nabi, karena mereka dibimbing langsung oleh Allah. Tapi di luar itu, berlaku hukum yang sama.

Maka, duhai tuan-tuan yang suci, janganlah bermimpi akan berjumpa dengan pemimpin besar nan adil jika masyarakatnya masih jauh dari nilai-nilai kebaikan. Jika para guru dan orang tua masih ridha siswa-siswi menyontek asalkan lulus UN, maka janganlah menolak takdir jika kelak mereka makan uang haram hasil korupsi. Jika orang tua masih susah mematuhi rambu lalu lintas atau menerobos lampu merah, janganlah terlalu kecewa sekiranya sang anak cepat belajar dan melanggar segala aturan dengan mudah di usia remaja. Dan tentu saja, jika engkau, tuan-tuan yang suci ini, tidak pernah membimbing umat untuk menyucikan diri dan perbuatannya, maka jangan memasang impian terlalu tinggi agar kelak suatu hari negeri ini makmur sejahtera dan dilimpahi rahmat Allah SWT dari segala penjurunya.

Orang-orang beriman tidak mengenal putus asa selama mereka masih merasakan kebersamaan dengan Allah SWT. Kita tidak berputus asa dengan negeri ini, sebagaimana kita tidak berputus asa dengan perkumpulan atau organisasi apa pun yang kita bentuk untuk membangun negeri. Jika ada kekurangan, maka itulah kenyataan, sebagaimana kenyataan yang biasa kita hadapi di tengah-tengah generasi Muslim akhir jaman ini. Kita telah berdamai dengan kenyataan bahwa keadaan negeri ini masih jauh dari ideal, dan kita berusaha menyelamatkannya dengan berbagai cara. Oleh karena itu, kita berdamai pula dengan kenyataan bahwa orang-orang yang memiliki komitmen sama dengan kita pun masih jauh dari ideal, namun kita menghargai tekadnya untuk terus memperbaiki diri dan mensyukuri kenyataan bahwa masih ada sekelompok orang yang mau menerima kita dengan segala kekurangan kita.

Berhentilah menunggu. Kemenangan yang sesungguhnya takkan hadir di depan mata dan tak bisa kaubeli begitu saja. Kemenangan itu ada di depan sana, menunggu orang-orang yang siap untuk jatuh-bangun dalam memperjuangkannya. [pkspiyungan]

Performa Menakjubkan, Saksi PKS ini Ditawari Jadi Ketua Golkar


"Pak bener saya salut dengan bapak, gak ada capeknya, berani, tegas," sambil mengangkat dua jempolnya.

"Kalo bapak ke Golkar, pasti saya pilih jadi ketua".

Itulah pernyataan seorang kader Golkar dari Kelurahan Kencana Tanah Sareal Kota Bogor ketika menyaksikan kiprah Kang Budi sebagai saksi PKS dalam rapat pleno perhitungan hasil suara di tingkat PPS yang dimulai Kamis(10/4/2014) hingga Senin Malam (14/4/2014) yang baru lalu.

Dalam pleno tingkat PPS kelurahan kencana itu, diikuti oleh saksi dari utusan PKS, PDIP, Golkar, PPP, PKB, Gerindra dan Hanura.

Seperti biasa saat pleno di PPS Kencana, saksi parpol lain hanya menjaga perolehan suara partainya saja. Jika ada ketidak sesuaian data parpol lain antara yang dibacakan ketua PPS dengan form C1 yang dipegang saksi, mereka tidak menghiraukannya. Saksi PKS-lah yang lebih vokal dan sering mengoreksi jika ada ketidaksesuaian. Bahkan berani meminta dibuka kotak untuk mencocokan dan melihat keakuratan data dengan lembar plano bahkan menghitung ulang kertas suara.

Lelahnya proses perhitungan di tingkat PPS tersebut membuat para saksi kelelahan, dan saksi partai lain tidak jarang sementara istirahat meninggalkan pleno. Beda dengan saksi PKS, walaupun lelah terasa namun panggilan tugas harus tetap dijalankan dengan tanggung jawab.

Komitmen tersebut rupanya diperhatikan oleh salah seorang kader partai Golkar yang rajin ikut melihat dan mengikuti proses pleno sampai menyatakan kekagumannya.


*by humas PKS Tanahsareal via pkspiyungan

PKS Ingin Capres yang Jaga Salat 5 Waktu Berjamaah



Jakarta - Anggota Majelis Syuro PKS Almuzzammil Yusuf tetap optimistis dengan terbentuknya koalisi partai Islam. Soal sosok Capres dan Cawapres, dia pun sudah ancer-ancer siapa yang pas dan cocok untuk posisi itu. Muzzamil menyebut kriteria Capres dan Cawapres koalisi partai Islam itu tidak usah muluk-muluk, cukup berfokus pada 3 program utama yang diisyaratkan dalam Alquran, Surat Quraisy.

"Tiga pesan tersebut akan mudah diingat publik. Yakni: Keteladanan relijius, Ketahanan Pangan dan Keamanan Publik.” Jelas Muzzamil yang juga Wakil Ketua Komisi III DPR ini di Jakarta (22/4/2014).

Program pertama, tentang keteladanan relijius, lanjut Muzzammil, capres dan cawapres Koalisi Partai Islam harus orang yang mampu melaksanakan syiar minimal Islam kepada publik.

"Minimal Capres/Cawapres itu jelas salat 5 waktunya tepat waktu di masjid/mushola berjamaah bersama para menteri-menterinya di sela-sela sidang kabinet. Itu adalah syiar minimal keseharian kepala negara di negara mayoritas Muslim. Sehingga rakyat akan meniru," urai Muzzamil yang juga menjabat Ketua DPP PKS ini.

Menurut Muzzammil, capres dan cawapres dari Koalisi Partai Islam akidahnya harus bersih dan akhlak minimalnya tidak melakukan hal-hal tercela.

"Jika tiang agama kokoh, maka tiang negara akan kokoh. Insya Alloh pemimpin negara yang seperti ini akan mendatangkan keberkahan bagi rakyatnya," papar politisi asal Lampung ini.

Program kedua capres dan cawapres koalisi partai Islam, tambah Muzzammil, adalah pembebasan masyarakat dari haus dan lapar melalui program ketahanan pangan.

"Dalam bahasa Alqurannya ath'amahum min ju'. Program ini kemudian bisa diperluas dengan pemenuhan 4 kebutuhan pokok lainnya: sandang, papan, pendidikan dan kesehatan," ungkap dia.

Program ketiga, sambung Muzzammil, adalah memberikan jaminan keamanan atau 'wa amanahum min khouf' kepada publik, melalui penghormatan HAM dan penegakan hukum dan keadilan.

"Maka Capres koalisi partai Islam harus memiliki komitmen untuk melakukan reformasi dan penguatan TNI, Polri, dan aparatur penegak hukum lainnya," jelas dia.

Rasa keamanan dan keadilan tersebut, menurut Muzzammil, akan mudah dihadirkan manakala seleksi aparatur negara, sipil maupun militer, dilakukan secara jujur, transparan, berkualitas, dan tidak ada suap.

"Sehingga para aparatur negara yang melayani publik benar-benar putra-putri terbaik pelayan masyarakat. Sehingga nantinya sektor pelayanan publik akan prima dan menerapkan anti diskriminasi terhadap warganegara. Itulah ciri Islam yang merahmati semua golongan," tuturnya.

"Tentu dari situ bisa dikembangkan berbagai program unggulan lainnya, sesuai RPJP yang sudah ada di undang-undang kita. Baik koalisi partai Islam murni atau kombinasi dengan partai nasionalis, imbuh Muzzammil, harus merealisisasikan 3 program tersebut, agar negara adil makmur dengan keridhoan Alloh SWT yang kita cita-citakan sejak proklamasi terwujud," tambah dia. (detik)

'Perang Dingin' Dibalik Status Tersangka Hadi Poernomo


PERANG 'DINGIN' DI BALIK STATUS TERSANGKA HADI POERNOMO

satu hari bahas tentang KPK; ditutup berita tentang pemberian status tersangka hadi poernomo ex dirjen pajak sekaligua ketua BPK

ada apa dibalik penetapan tersangka seorang hadi poernomo?

banyak pihak (menyatakan) hal ini salah satu alasan dari upaya pengungkapan pemeriksaan kasus bank mutiara yang baru selesai

artinya hadi poernomo di tetapkan tersangka gara gara 'bermain api' di kasus penyertaan modal sementara pada bank mutiara sebesar 1,24 trilyun

tetapi apa benar demikian?

bagi saya ini menyambung kisah kedatangan kedubes amerika ke KPK belum lama ini

kedatangan dubes amerika Robert O Blake jr ke gedung KPK menarik dicermati

dan saya pun simpulkan pada status terdahulu terkait hal kedatangan dubes AS itu dengan kesimpulan sebagai berikut;

"Semua itu akan terjawab dalam waktu dekat; kita tunggu saja apa yang akan dikerjakan KPK setelah kedatangan dubes Amerik; menarik kita tunggu"
( http://www.pkspiyungan.org/2014/04/membaca-pertemuan-dubes-amerika-dengan.html?m=1 )

mengapa saya bisa simpulkan hal tersebut? bagi saya KPK saat ini diibaratkan adalah sebuah senjata ampuh yang mematikan

senjata ampuh yang mematikan

berkaca ketika operasi penahanan kepada LHI setelah kedatangan dubes amerika ke gedung KPK

dan hal itu kembali berulang pada saat ini; dengan penetapan hadi poernomo sebagai tersangka

tersangka untuk kasus yang terjadi pada tahun 2002 - 2004

pada era presiden megawati

yang menjadi pertanyaan besar kasus pajak bank BCA dengan indikasi kerugian negara 5,7 trilyun, adalah:

masa presiden megawati tidak mengetahui? dan apakah presiden megawati tidak ikut menikmati?

pertanyaan yang pasti keluar berdasarkan waktu kejadian, yaitu era presiden megawati 2001-2004

sebenarnya kunci nya pada informasi yang dikeluarkan the jakarta post yang dibaca oleh pihak kedubes amerika

terkait promeg vs projo

maka waktu itu saya beri judul status "KPK PROJO" dibalik kedatangan kedubes amerika

ada gerakan di kubu megawati lewat ketua bappilu PDIP yaitu Puan Maharani yang semakin ingin menggeser jokowi sebagai capres PDIP

dan sekarang 'perang dingin' pun semakin menarik karena menyeret kasus kasus yang terbenam pada era megawati sewaktu menjadi presiden.

tanya ma hendropriyono lah; mantam kepala BIN yang juga pendiri DAS BIN dimana hadi poernomo pernah menjadi anggotanya

bukankah prinsip perekrutan dalam intelejen karena dasar I KNOW WHAT YOU DID (wahai hadi poernomo) kata hendropriyono

karena ketahuan belangnya maka mampu di setir dan dikorbankan

-bang dw-

*fb
*pkspiyungan

PKS dan Jebakan Partai Menengah

(Foto: Lamhot Aritonang/detikcom)


Jakarta - Tak banyak orang tahu, tanggal 20 April lalu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berulang tahun ke-12. Pengurus PKS sendiri tak mengadakan selebrasi milad partai yang dideklarasikan di lapangan Monas, Jakarta (2003), setahun setelah pendiriannya.

Tampaknya seluruh jajaran kader dan pengurus PKS sedang sibuk mengawal suara di tingkat PPS dan PPK sebelum dilanjutkan ke KPUD Kabupaten/Kota sehingga suasana milad PKS hanya ramai di media sosial.

Dalam usia satu dasawarsa lebih, PKS menunjukkan kinerja lembaga politik yang makin matang, meski sempat dilanda goncangan hebat. Sebut saja kegigihan saksi PKS untuk mengawasi pemungutan dan penghitungan suara sejak di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Banyak saksi dari partai lain atau panitia di TPS yang mengandalkan catatan saksi PKS.

Bahkan, di Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur -- sebagai contoh kecil -- saksi PKS berhasil menyelamatkan suara PDIP (700) dan Gerindra (400) serta partai lain yang sempat hilang. Kejujuran dalam politik kadang jadi ironi karena posisi PKS di Ibukota Jakarta dipastikan turun di bawah PDIP dan Gerindra.

Namun di Yogyakarta saksi PKS terpaksa melaporkan kecurangan yang dilakukan PDIP, karena hal itu dapat menciderai amanat yang diberikan rakyat lewat kotak suara. Partai manapun pemenang pemilu atau peraih suara terbanyak harus malu, jika ternyata capaian suaranya diwarnai manipulasi.

PKS dengan segala keterbatasannya telah berkontribusi bagi peningkatan kualitas demokrasi di Indonesia. PKS merupakan metamorfosis dari Partai Keadilan (PK) yang lahir dari rahim gerakan reformasi. Dari 12 partai peserta pemilu nasional 2014, hanya segelintir yang reformis, sebagian besar terkena tetesan sejarah Orde Baru.

Hasil hitung cepat dari beberapa lembaga survei memperlihatkan PKS mampu mempertahankan posisinya di partai menengah, namun gagal mencapai target 3 besar nasional. Mulai dari prediksi paling pesimis exit poll CSIS dan Cyrus (4,82 persen) hingga yang optimis quick count Lembaga Survei Nasional (7,31 persen) menunjukkan PKS melampaui ambang batas parlementer 3,5 persen.

Tabulasi nasional PKS sendiri mencatat perolehan suara lebih tinggi, apalagi jika dikonversi menjadi kursi DPR RI. Presiden PKS Anis Matta masih yakin PKS tetap sebagai partai berbasis massa Islam terbesar di Indonesia di atas PKB, PAN atau PPP. Apakah hasil hitung tentang posisi PKS kembali meleset seperti survei sebelumnya? Penghitungan manual KPU akan membuktikannya.

Dalam praktek ekonomi dikenal istilah middle income trap, jebakan negara berpenghasilan menengah. Yakni, situasi ketika sebuah negara tak mampu mengembangkan kapasitas produksi nasional untuk mencapai tingkat pendapatan lebih tinggi. Pendapatan negara berpendatan menengah berkisar USD 1.000 - 12.000 per kapita.

Jebakan negara berpendapatan menengah disebabkan: rendahnya investasi, lambatnya pertumbuhan manufaktur, terbatasnya diversifikasi industri dan lemahnya kondisi pasar tenaga kerja atau SDM berkualitas. Selama bertahun-tahun negara semisal Brazil dan Afrika Selatan tak bisa melepaskan diri dari jebakan itu, bahkan mungkin mengalami penurunan akibat goncangan domestik atau tekanan global

Seperti diketahui Indonesia memasuki level menengah sekitar tahun 2004 ketika pendapatan nasional mencapai USD 3.420 per kapita. Namun, sejak saat itu sampai hari ini kondisi ekonomi tidak mengalami loncatan berarti, bahkan pertumbuhan cenderung menurun. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, antara lain lemahnya kebijakan finansial dan kondisi infrastruktur yang buruk.

Dalam politik, kita juga melihat jebakan partai menengah, yakni kekuatan politik tak mampu melampaui batas perolehan suara 5-10 persen dalam pemilu. Banyak faktor yang menyebabkan sebuah partai tak bisa menerobos batas dua digit perolehan suara, antara lain: kapasitas organisasi terbatas, watak ideologis tak sesuai aspirasi mayoritas pemilih, atau kemampuan berkompetisi yang rendah menghadapi kekuatan lain.

PKS telah mengikuti empat kali pemilu di era reformasi, jika eksistensi PK dipandang sebagai cikal bakal lahirnya PKS. Capaian terbaiknya dalam pemilu 2004, tatkala PKS meraih 8.325.020 suara (7,34 persen). Pada pemilu 2009 suara PKS turun menjadi 8.206.955 (7,9 persen), walaupun kursi DPR meningkat dari 45 menjadi 57 kursi (10 persen kursi DPR). Hasil Pemilu 2014 masih menunggu rekapitulasi akhir. Suara PKS mungkin berfluktuasi.

Banyak pihak mengakui militansi kader PKS dan soliditas organisasinya yang relatif mantap, namun pertumbuhan elektoralnya ternyata sangat lamban. Partai menengah yang mampu melewati jebakan stagnansi hanya Gerindra yang meraup tambahan suara 4,5 persen menempati ranking ketiga nasional (11-12 persen). Partai berbasis muslim tradisional, PKB, terbukti lebih produktif dengan raihan 9,5 persen, nyaris menembus dua digit.

Gerindra mampu melejit karena personal branding Prabowo Subianto yang sangat kuat. Elektabilitas Prabowo saat ini hanya selangkah di bawah Joko Widodo. Selain itu, Gerindra didukung dana besar sehingga mampu melakukan kampanye massif. Meski tidak mengklaim diri partai kader, Gerindra memiliki jaringan pendukung loyal.

Sementara itu, PKB memiliki basis pemilih tradisional dari kalangan Nahdlatul Ulama, organisasi kemasyarakatan yang berakar kuat di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selama ini konstituen Nahdliyin terserak di berbagai partai politik sesuai pengaruh patron masing-masing. Pemilu 2014 menunjukkan kembalinya konstituen NU ke rumah asal (PKB dan PPP) dengan figur Rhoma Irama dan Mahfud Md sebagai magnet pemersatu.

Jebakan Elektoral

Lalu, mengapa PKS kesulitan menembus batas partai menengah dan meraih target 3 besar nasional? Pertama, secara kasat mata PKS tak mampu melahirkan tokoh nasional demi menarik gerbong konstituen lintas kelompok. Capaian spektakuler tahun 2004 salah satunya didukung magnet Hidayat Nur Wahid yang akhirnya menjabat Ketua MPR RI.

Namun, saat ini pesona HNW memudar, terbukti dari raihan suaranya di daerah pemilihan DKI Jakarta 2 yang di bawah BPP (Bilangan Pembagi Pemilih, red). Padahal, sepuluh tahun lalu HNW memecahkan rekor suara terbanyak nasional. Tokoh muda semisal Anis Matta atau Ahmad Heryawan belum bisa menggantikan HNW sebagai vote getter nasional.

Kegagalan strategi penokohan ini mencerminkan kapasitas organisasi PKS masih terbatas, termasuk produktivitas kadernya belum optimal dalam menjangkau konstituen yang majemuk. Kita lihat kader PKS yang berpartisipasi dalam pemilihan raya untuk menentukan bakal calon presiden ternyata sekitar 150.000 orang. Apakah itu menandakan jumlah kader yang minimal atau partisipasi kader yang rendah?

Anis Matta saat menjabat Sekjen PKS mengungkap jumlah kader PKS sekitar 800.000 (tahun 2010) dan akan bertambah 1,2 juta menjadi 2 juta kader (2014). Target bombastis itu memerlukan kerja serius bukan hanya agitasi. Faktanya, kaderisasi PKS belum optimal, termasuk belum mampu melahirkan figur nasional.

Faktor kedua, membeberkan dilema yang pernah disitir Burhanuddin Muhtadi (2012) antara upaya memperbesar suara dengan cita-cita penegakan syariah sebagai simbol ideologis. Kepemimpinan Anis Matta telah membawa PKS ke alam pasca ideologis. Secara terbuka mantan Wakil Ketua DPR RI itu menyatakan persoalan ideologis bagi PKS sudah selesai, karena itu Anis menggagas "gelombang ketiga sejarah Indonesia" di mana PKS bersama komponen lain mengisi konsep "the next Indonesia".

Indonesia masa depan bagi Anis tak hanya sanggup menyelesaikan ketegangan ideologis dan teknokratis, melainkan juga menjawab perubahan demografis dan tuntutan peradaban. Gagasan besar itu tentu menarik perhatian publik, namun menyisakan sejumlah tanda tanya di kalangan internal PKS, misalnya: sejauhmana keterkaitannya dengah Falsafah Dasar Perjuangan dan Platform Kebijakan Pembangunan yang telah dibakukan PKS di era Tifatul Sembiring sebagai Presiden DPP dan Suharna Surapranata selaku Ketua MPP?

Anis tak punya cukup waktu untuk mengelola sumber daya intelektual PKS yang melimpah di dalam dan luar negeri. Akibatnya, wacana Gelombang Ketiga Indonesia hanya menjadi karya pribadi dan bukan dokumen kebijakan organisasi yang harus disosialisasikan hingga tingkat ranting (kelurahan/desa).

Konsekuensi lebih lanjut, PKS secara institusional gagap dalam menjelaskan atau merespon pertanyaan publik terkait isu-isu kontemporer. Tragedi itu terlihat saat diskusi platform partai-partai menjelang pemilu di kampus Universitas Indonesia dan forum publik lainnya. Sayang sekali, PKS tidak melakukan updating data dan revisi kebijakan dalam platform yang diluncurkan 2007, serta penyesuaian ideologis (jika perlu) dengan tampilnya kepemimpinan baru. Hal ini yang menyebabkan PKS tak cukup menarik bagi kelas menengah kritis. Padahal justru lapisan itu yang dibidik Anis.

Faktor ketiga, mungkin bukan terakhir, membuat PKS sulit keluar dari perangkap partai menengah adalah kemampuan berkompetisi terbatas. Kita bisa lihat dari minimnya iklan PKS di media massa, sehingga tingkat pengenalan publiknya amat rendah, tak merata di seluruh wilayah Indonesia. Ironisnya, berita buruk tentang elite PKS lebih cepat tersebar, sehingga masih ada konstituen yang beranggapan bahwa "Ahmad Fathanah adalah Presiden PKS yang terlibat suap".

Mobilisasi kader PKS di media sosial diakui banyak pihak, namun belum terencana dan terkendali sepenuhnya. Informasi sepihak dan tangkisan sporadik terhadap serangan kompetitor meningkatkan sentimen negatif, tak hanya popularitas. Kader PKS bergerak spontan karena terbatasnya anggaran partai untuk membiayai operasi media, apalagi iklan politik di masa kampanye. Bahkan, dana pengamanan suara untuk para saksi pun tak dapat dipenuhi 100 persen. Masih banyak daerah pemilihan yang belum ada saksi resmi PKS di TPS.

Dengan kondisi under pressured dan under financed, perolehan suara PKS yang stabil saja sudah merupakan anugerah. Pengaruh PKS di level nasional jelas terkoreksi, namun tak sampai tereliminasi. Banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan PKS untuk meraih lompatan elektoral, terutama peningkatan kapasitas kader dan organisasi, serta prestasi konkret dalam kebijakan publik di berbagai daerah yang dikuasai secara politik.

Sikap PKS yang tenang dan tak terlalu bernafsu untuk membentuk koalisi jelang pemilihan presiden sudah tepat, karena semua partai harus berbenah total jika ingin tetap eksis dalam Pemilu 2019. Apalagi, jika PKS masih bertekad untuk menembus 3 besar partai nasional.

*) Sapto Waluyo adalah Direktur Centre for Indonesian Reform
*detik.com

Program Utama Koalisi Partai Islam


Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, Almuzzammil Yusuf menegaskan calon presiden dan calon wakil presiden dari koalisi partai Islam bisa dari kader partai atau non partai. Yang terpenting mereka memiliki program kerja keumatan dan kebangsaan yang jelas lima tahun ke depan.

“Program utama capres dan cawapres koalisi partai Islam menurut saya tidak usah muluk-muluk, cukup berfokus pada 3 program utama yang diisyaratkan dalam Alquran, Surat Quraisy. Tiga pesan tersebut akan mudah diingat publik. Yakni: Keteladanan relijius, Ketahanan Pangan dan Keamanan Publik.” Jelas Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini, Jakarta 22/4/2014.

Program pertama, tentang keteladanan relijius, kata Muzzammil, capres dan cawapres Koalisi Partai Islam harus orang yang mampu melaksanakan syiar minimal Islam kepada publik. 

“Minimal Capres/Cawapres itu jelas sholat 5 waktunya tepat waktu di masjid/musholla berjamaah bersama para menteri-menterinya di sela-sela sidang kabinet. Itu adalah syiar minimal keseharian kepala negara di negara mayoritas Muslim. Sehingga rakyat akan meniru.” Kata Ketua DPP PKS ini.

Selain itu, menurut Muzzammil, capres dan cawapres dari Koalisi Partai Islam akidahnya harus bersih dan akhlak minimalnya tidak melakukan hal-hal tercela.

“Jika tiang agama kokoh, maka tiang negara akan kokoh. InsyaAlloh pemimpin negara yang seperti ini akan mendatangkan keberkahan bagi rakyatnya.” Papar politisi PKS asal Lampung ini.

Program kedua capres dan cawapres koalisi partai Islam, menurut Muzzammil, adalah pembebasan masyarakat dari haus dan lapar melalui program ketahanan pangan.

"Dalam bahasa Alqurannya ath'amahum min ju'.  Program ini  kemudian bisa diperluas dengan pemenuhan 4 kebutuhan pokok lainnya: sandang, papan, pendidikan dan kesehatan." Ujarnya.

Program ketiga, menurut Muzzammil adalah memberikan jaminan  Keamanan atau 'wa amanahum min khouf' kepada publik, melalui penghormatan HAM dan penegakan hukum dan keadilan.

“Maka Capres koalisi partai Islam harus memiliki komitmen untuk melakukan reformasi dan penguatan TNI, Polri, dan aparatur penegak hukum lainnya.” Jelas alumni FISIP Universitas Indonesia ini.   

Rasa keamanan dan keadilan tersebut, menurut Muzzammil, akan mudah dihadirkan manakala seleksi aparatur negara, sipil maupun militer, dilakukan secara jujur, transparan, berkualitas, dan tidak ada suap.

"Sehingga para aparatur negara yang melayani publik benar-benar putra-putri terbaik pelayan masyarakat. Sehingga nantinya sektor pelayanan publik akan prima dan menerapkan anti diskriminasi terhadap warganegara. Itulah ciri Islam yang merahmati semua golongan". Tuturnya.  

Menurut Muzzammil, Inilah tiga syarat dasar kelahiran masyarakat Madani yang ideal yang belum hadir dari lebih 15 tahun perjalanan reformasi.

"Tentu dari situ bisa dikembangkan berbagai program unggulan lainnya, sesuai RPJP yang sudah ada di undang-undang kita." Katanya.

Baik koalisi partai Islam murni atau kombinasi dengan partai nasionalis, imbuh Muzzammil, harus merealisisasikan 3 program tersebut.

“Agar negara adil makmur dengan keridhoan Alloh SWT yang kita cita-citakan sejak proklamasi terwujud.”Tutupnya

*pkspiyungan

Dominasi Golkar Mulai Memudar, PKS Pemenang Kedua di Takalar


TAKALAR - Sudah lama propinsi Sulawesi Selatan menjadi basis kuat bagi partai Golkar. Namun di pemilu 2014 ini, dominasi kuning itu makin dikejar olah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di beberapa kabupaten bahkan PKS menjadi nomor satu, seperti di kabupaten Bantaeng dan Pinrang. Di beberapa daerah lain PKS menempel ketat di posisi kedua, seperti di kabupaten Takalar.

Sidang pleno KPU Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, hari sabtu (19/04) memutuskan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai pemenang kedua untuk tingkat DPRD II Kabupaten Takalar. Golkar merebut posisi ketua dengan raihan suara sebanyak 29.056 suara,disusul PKS meraup suara terbanyak kedua dengan perolehan 20.789 suara, disusul PKPI dengan perolehan suara 20.671.

PKS Takalar  berhasil menaikkan perolehan kursi dari pemilu sebelumnya.pada tahun 2004 PKS Takalar menempatkan 3 legislator. Ditahun 2014 menempatkan 4 kadernya di DPRD Takalar.
Bukan hanya perolehan kursi yang bertambah, perolehan suara juga meningkat signifikan sebelumnya di tahun 2009 PKS hanya meraup suara 8.818 suara, di pemilu tahun 2014 meraup 20.789 suara.

Dengan demikian , PKS Takalar berhak menempati posisi wakil ketua I DPRD Takalar, 4 kader yang menempati jabatan diantaranya Hairil Anwar, Sulaiman Rate, Nur Fitri Siama, Hj Mardiana Tanning.

tak pelak, tren positif tersebut  disambut gembira oleh kader dan simpatisan PKS. Hal tersebut tidak lepas dari kerja keras kader, sipatisan dan caleg PKS. Ujar Muh Aksin Suarso ketua DPD PKS Takalar

Perolehan Kursi DPRD Takalar:

1. Golkar 6 kursi
2. PKS 4 kursi
3. PKPI 3 kursi
4. Gerindra 3 kursi
5. PPP 3 kursi
6. Demokrat 3 kursi
7. PAN 2 kursi
8. Nasdem 2 kursi
9. Hanura 1 kursi
10. PDIP 1 kursi
11. PKB 1 kursi
12. PBB 1 kursi

Total 30 kursi

*pkspiyungan

Dari Namibia Hingga Bulgaria, Ada Suara Untuk PKS Tercinta


Pemilu 2014 sepertinya makin mengukuhkan kehadiran Partai Keadilan Sejahtera di tingkat global. 

PKS tidak hanya ada di negara-negara mainstream seperti Australia, Selandia Baru, Malaysia, Taiwan, Jepang, Inggris, Jerman, Belanda, Turki, Arab Saudi, Mesir, Sudan, dan Amerika Serikat, untuk menyebut beberapa. 

Di beberapa negara tersebut perolehan suara PKS menembus dua besar, bahkan ada yang berhasil sebagai partai terbesar.

Di sejumlah negara ini kader-kader dan simpatisan PKS sudah lama ada dan berhimpun di organisasi yang biasa disebut sebagai Pusat Informasi dan Pelayanan atau PIP PKS.

Kader, anggota, dan simpatisan PKS mulai dari mahasiswa (baik tingkat S1, S2, maupun S3), kalangan profesional, ibu rumah tangga, hingga pekerja migran.

Di luar negara-negara ini, ternyata PKS juga mendapat dukungan, seperti yang terlihat dalam rekapitulasi suara sementara sejauh ini oleh Badan Hubungan Luar Negeri (BHLN) DPP PKS, hari Minggu (20/04).

Di Namibia, Afrika, misalnya PKS didukung oleh lima suara. Di Bangladesh PKS mendapatkan 13 suara, di Beijing memperoleh 32 suara, sementara di Kamboja PKS meraih 22 suara.

Di Bulgaria, berdasarkan data kiriman PPLN di Sofia, PKS didukung oleh tiga suara, di Portugal mendapatkan tujuh suara, dan di Venezuela PKS meraih tiga suara.

Bahkan di Kaledonia Baru, negeri kecil di Pasifik Barat Daya, PKS juga unjuk gigi dengan meraih dukungan 11 suara.

Staf BHLN mengatakan di hampir semua PPLN ada suara untuk PKS.


*by admin @PKSInggris

PKS Raih Suara Tertinggi di Sumbawa, Fahri Hamzah Ucapkan Terima Kasih


Sumbawa Besar - Rapat pleno KPU Kabupaten Sumbawa, Minggu (20/4) petang menetapkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk DPR RI meraih suara tertinggi dibandingkan dengan 9 parpol lainnya.

Dari pleno tersebut, KPU Kabupaten Sumbawa menetapkan Partai NASDEM 11.820, PKB 11.251, PKS 54.995, PDIP 26.546, GOLKAR 23.705, GERINRA  20.101, PD 21.458 PAN 23.117, PPP 12.676, HANURA 20.724, PBB 6.165 dan PKPI 4.488.

Selain menetapkan suara parpol, KPU Kabupaten Sumbawa juga menetapkan suara pribadi yang diraih oleh para caleg DPR RI. Untuk lima besar suara terbayak diperoleh caleg PKS Fahri Hamzah dari PKS dengan dukungan 45.369 suara,  posisi kedua caleg PDI-P Rahmat Hidayat dengan 11.594 suara.

Untuk Posisi ketiga diraih oleh mantan Wakil BUpati Sumbawa dari PAN atas nama Muhammad Jabir dengan 9.023 suara dan Incumbent dari PAN M. Syafruddin dengan 7. 449 suara, serta incumben anggota DPR RI dari Partai Hanura Sunardi Ayub dengan dukungan 5.880 suara.

Menanggapi hasil pleno KPU Sumbawa, Fahri dalam pernyataan kepada Sumbawanews, menjelaskan dirinya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Sumbawa yang tetap mendukung dirinya, "Saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Sumbawa yang telah mendukung saya dan menjalankan proses pemilu legislatif secara damai," jelasnya.

Selain itu Fahri mengingatkan, pasca pileg masih ada satu tahapan lagi yakni Pilpres untuk tetap berjalan aman, "Masih ada satu tahapan lagi yang harus kita amankan, semoga kita bisa menemukan Presiden RI yang terbaik bagi kita," pungkasnya. (sn01)

*http://www.sumbawanews.com/node/20725

Aher: Saya Prajurit, Tinggal Tunggu Komandan

Ahmad Heryawan (Foto: Oris/Okezone) Ahmad Heryawan (Foto: Oris/Okezone) BANDUNG - Sebagai salah satu tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Heryawan (Aher), menyerahkan sepenuhnya soal koalisi pemilihan presiden (pilpres) ke dewan pengurus pusat (DPP).

Ia pun menyambut baik soal gagasan poros baru yang dicetuskan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN Amien Rais.

“Apa pun yang namanya demi persatuan kami setuju, karena itu bisa menyatukan seluruh potensi yang ada. Saya prajurit hanya tinggal menunggu perintah komandan saja,” kata Aher kepada wartawan, Senin (21/4/2014).

Saat disinggung lebih lanjut soal koalisi, Gubernur Jawa Barat yang sudah menjabat dua periode itu enggan berspekulasi.

“Kalau untuk rincinya coba tanyakan ke DPP PKS. Coba tanya ke Pak Anis Matta (Presiden PKS)!” ucapnya.

Seperti diketahui, Amien Rais mengusulkan Koalisi Indonesia Raya sebagai pengganti poros tengah. Berbeda dengan poros tengah, Koalisi Indonesia Raya akan menggabungkan partai Islam dan nasionalis.
(ton)
*okezone