Anggota Majelis Syuro PKS, Almuzzammil Yusuf merekam banyak respon positif tokoh parpol Islam, ulama, dan ormas Islam dalam menyambut wacana koalisi partai Islam dalam mengusung capres dan cawapres pada Pilpres 2014. Walaupun ada juga pihak yang bernada pesimis.
“Yang harus dipahami dari ide koalisi partai Islam ini adalah merubah peran partai-partai Islam dari sekedar penumpang yang diperebutkan oleh kendaraan/partai nasionalis menjadi sebaliknya. Yaitu, partai-partai Islam berubah menjadi kendaraan besar yang mengarahkan konstelasi politik nasional.” Jelas Wakil Ketua Komisi III DPR ini di Jakarta, 17/4/2014.
Menurut Muzzammil, jika partai Islam terpecah-pecah tak ubah seperti penumpang yang diperebutkan oleh pengemudi dan kondektur.
“Sebaliknya jika kita bersatu maka kita sebagai pengemudi kendaraan besar dapat menawarkan program keumatan dan kebangsaan secara seimbang dan utuh beserta pelaku utamanya baik sebagai capres atau cawapres kepada partai nasionalis.” Paparnya.
Dalam pandangan politisi senior PKS asal Lampung ini, fenomena kenaikan perolehan suara partai-partai Islam menunjukan dukungan masyarakat tidak sepi kepada partai-partai Islam.
“Angka diatas 30% suara Pileg 2014 dari kelima partai Islam bukanlah jumlah yang kecil. Saatnya momentum ini diambil oleh pimpinan partai Islam dan didukung oleh ormas-ormas Islam dengan jaringannya menyebar di seluruh Indonesia.” Tuturnya.
Di luar hitungan politis di atas, kata Muzzammil, pimpinan partai Islam perlu melihat koalisi ini dari keberkahan konsep berjamaah.
“Bukankah kita diajarkan sholat berjamaah yang nilainya 27 kali lipat daripada sholat sendiri. Demikian pula halnya dengan strategi koalisi partai Islam secara berjamaah.” Katanya.
Untuk itu, Muzzammil meminta kepada pimpinan partai Islam agar tidak memandang sebelah mata terhadap kekuatan umat dan jangan apriori terhadap wacana ini.
“Bismillah,jalan kan saja dulu. Kita sudah menyaksikan beberapa fenomena Pilkada yang dimenangkan calon tertentu tanpa diduga sebelumnya. Itulah bukti, tidak ada yang mustahil dalam politik. Fenomena itu juga bisa berlaku dalam Pilpres 2014.” Ujarnya.
*pkspiyungan