SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Wednesday, 4 June 2014

LSI: Prabowo-Hatta Unggul di Jakarta


Jakarta - Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa bakal menguasai Jakarta dalam pertarungan di arena pilpres 9 Juli mendatang.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Prabowo-Hatta ungguli Jokowi-Jusuf Kalla (JK) di Ibu Kota.

Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan, meski Jokowi sudah dua tahun memimpin DKI, Prabowo-Hatta berhasil menguasai wilayah DKI.

"Untuk DKI Jakarta, Prabowo-Hatta unggul sementara dengan 35 persen dan Jokowi-JK 30,60 persen. Pertarungan di Ibu Kota masih jadi persaingan sengit antara sang empunya wilayah tapi masih sebagian diambil Prabowo," kata Rully di Gedung LSI, Jakarta, Rabu (4/6/2014).

Rully menjelaskan salah satu faktor yang membuat Prabowo-Hatta bisa mengalahkan Jokowi di Jakarta karena pengelolaan isu yang lebih baik.

"Prabowo-Hatta berhasil memenangkan hati pemilih di perkotaan daripada di pedesaan," jelasnya.

Selain DKI, kata Rully, Prabowo-Hatta juga berhasil menguasai daerah yang berdekatan dengan Jakarta, yakni Banten. Salah satunya disebabkan karena ada pengaruh dukungan Golkar ke pasangan Koalisi Merah Putih itu.

"Di konteks Banten, Prabowo-Hattta unggul sementara karena ada lumbungnya Golkar dengan 33,5 persen dan Jokowi-JK 26,25 persen. Kota yang masih melingkari Jakarta masih dikuasai Prabowo," jelasnya.

Pengumpulan data survei dilakukan pada 1-9 Mei 2014 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 2.400 dan dilakukan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dengan margin of error 2 persen. [rok]

*sumber: http://nasional.inilah.com/read/detail/2106554/lsi-prabowo-hatta-kuasai-dki-jakarta?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter#.U48DkrEZOsh

Besok PKS Kerahkan Puluhan Ribu Massa di Kampanye Prabowo-Hatta

Serang (4/6) - Puluhan ribu kader Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS) Banten dan massa partai koalisi Gerindra, PPP, PAN, Golkar dan Demokrat akan mengawali kampanye terbuka pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo-Hatta di Stadion Maulana Yusuf Ciceri, Serang, Banten, Kamis (5/6).
Menurut Sekretaris Pemenangan Prabowo–Hatta wilayah Banten, Irfan Maulidi yang juga Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS, kampanye yang akan dimulai pada pukul 09.00 WIB ini akan dihadiri oleh artis nasional seperti Rhoma Irama bersama rombongan Soneta Group, Ahmad Dhani, Anang Hermansyah dan Jaja Miharja.
"Rapat akbar besok akan diramaikan sekitar 30 ribu massa dari seluruh Wilayah Banten dan sekitarnya, dan kampanye ini juga akan dihadiri oleh Cawapres Hatta Rajasa.
Meski akan dipadati ribuan massa, namun pihak panitia menjamin kampanye terbuka di tengah kota ini tidak akan menggangu ketertiban umum apalagi menyisakan sampah di stadion Maulana Yusuf.
Irfan mengatakan bahwa panitia kampanye akan membagikan 100 kantong plastik besar yang akan dibagikan kepada seluruh peserta kampanye. "Kami mengajak warga Serang untuk kampanye damai, santun, dan cinta lingkungan," ujarnya.
Sementara itu, tambah Irfan, capres Prabowo tidak bisa menghadiri acara Kampanye di Serang, Banten karena harus menghadiri kampanye terbuka di Bandung, Jawa Barat. "Kami harus membagi tugas antara capres Prabowo dan Cawapres Hatta Rajasa," pungkasnya.

*http://pks.or.id/

Mantan Perwira Polri: Apakah Hendropriyono Sedang Galau


Pernyataan Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono, soal kondisi kejiwaan calon presiden Prabowo Subianto, mendapatkan tanggapan keras dari sejumlah pihak.

Peneliti dari Flobamora Institute, Alfons Loemau, misalnya, mengatakan bahwa dengan pernyataan itu AM Hendropriyono sedang mempertontonkan kondisi kejiwaannya sendiri.

Mantan perwira Polri ini melihat AM Hendropriyono sedang berada pada posisi kegalauan yang serius. Kegalauannya muncul karena melihat elektabilitas Prabowo Subianto yang semakin meroket dan itu artinya pertaruhannya di PDIP akan hancur.

Lebih lanjut Alfons melihat pengamatan Hendropriyono sebagai cermin dari sikap paranoid yang berlebihan.

"Saya menyarankan kepada beliau agar menarik ucapannya, karena penilaian yang berbasis asumsi tersebut telah melecehkan keahlian profesi dari para dokter yang ditunjuk KPU yang telah meloloskan semua capres dari segi kesehatan," jelasnya dalam keterangan yang diterima redaksi.

Sikap gentleman perlu ditunjukan, lanjutnya, mengingat pernyataan Hendropriyono telah melecahkan sistem pembinaan karier dan kepangkatan di lingkungan TNI dan Polri.

"Namun saya juga membuka peluang bahwa pernyataan beliau bukanlah sebuah kesengajaan, namun karena yang bersangkutan sedang memasuki masa kepikunan," kata dia lagi. [dem/rmol]

*sumber: http://m.rmol.co/news.php?id=158031/pkspiyungan

Pemerintahan Jokowi-JK Akan Larang Perda Syariat Islam Baru


JAKARTA -- Ketua tim hukum pemenangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Trimedya Panjaitan, mengatakan pemerintahan Jokowi-JK tidak akan membiarkan munculnya peraturan daerah (perda) baru yang berlandaskan syariat Islam.

"Yang jelas kami tidak mendukung perda yang bersifat syariat," kata Trimedya kepada wartawan di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (4/6).

Trimedya menyatakan perda syariat Islam tidak sejalan dengan ideologi yang dianut PDI Perjuangan. Selain itu, syariat Islam juga bertentangan dengan UUD 1945. "Ideologi PDIP Pancasila 1 Juni 1945. Pancasila sebagai sumber hukum sudah final," ujar Ketua DPP Bidang Hukum PDIP ini.

Perda syariat Islam dinilai bakal menciptakan pengkotak-kotakan tatanan sosial di masyarakat. Ujung-ujungnya, Perda syariat Islam dianggap bakal menganggu kemajemukan NKRI yang berlandaskan Bhineka Tunggal Ika. "Ke depan kami berharap perda syariat Islam tidak ada. Ini bisa mengganggu kemajemukan karena menciptakan pengotak-ngotakan masyarakat," kata anggota Komisi III DPR ini.

Selama ini, kata Trimedya, PDIP gencar menyosialisasikan program empat pilar kebangsaan yang digagas mantan ketua MPR, almarhum Taufik Kiemas. Isi dari program empat pilar kebangsaan itu sendiri adalah: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. "Bagi PDIP Pancasila sudah final," ujarnya.

*sumber: http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/06/04/n6mzlx-pemerintahan-jokowijk-larang-perda-syariat-islam-baru

Ketua DPR Mau Dipilih Lewat Voting


Jakarta - Panitia Khusus (Pansus) Undang-undang (UU) No.29 tahun 2008 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) tengah membahas beberapa poin soal mekanisme penentuan pimpinan alat kelengkapan DPR.

Salah satunya yang dibahas, adalah soal mekanisme pemilihan pimpinan DPR. Semula ditentukan atas dasar perolehan suara terbanyak di pemilu. Namun saat ini diwacanakan pimpinan DPR dipilih lewat mekanisme voting.

"Dari filsafatnya itu, kalau bisa partai presiden dan DPR tidak sama, jadi biar ada cek and balance," ujar Wakil Ketua Pansus UU MD3 DPR, Fahri Hamzah di Gedung DPR, Senayan, Selasa (3/6/2014).

Menurutnya, mekanisme ini masih dibahas dan belum mendapatkan kesepakatan. Namun hal itu sudah dibahas dalam Pansus.

"Kalau bisa pimpinan dewan meski direkomendasi partai jangan kita terima saja. Cari yang gagah dikit jadi di voting," terangnya.

Fahri membantah wacana pemilihan pimpinan DPR secara voting bukan untuk menjegal PDI Perjuangan duduk sebagai pimpinan DPR.

Sebab nantinya PDI Perjuangan masih tetap bisa mengajukan kadernya di DPR untuk duduk sebagai pimpinan DPR.

"PDIP tetap bisa memimpin kok. Misalnya PDIP menaruh pak Sidarto kan tidak ada yang berkomentar, karena memang beliau punya karismanya. Jangan ketuanya klemar-klemer," kata politisi PKS ini.

Sebelumnya, Ketua DPR otomatis dijabat oleh partai pemenang pemilu. DPR periode 2009-2014, ketuanya Marzuki Alie dari Demokrat yang juga pemenang pemilu legislatif.

Sementara, para wakilnya adalah partai-partai yang dapat urutan kedua, ketiga, keempat dan kelima. [gus/inilah/pkspiyungan]

Kaku dan Tegang, Semakin Jelas Jokowi Tak Siap Memimpin Indonesia


Calon Presiden yang diusung PDIP, Nasdem, PKB, dan Hanura, Joko Widodo terlihat sangat kaku dan tegang pada saat mengikuti acara deklarasi kampanye damai di Hotel Bidakara, Jakarta Selasa malam (3/6).

Menurut pengamat politik Jajat Nurjaman, sangat aneh melihat ketika semua peserta deklarasi bertepuk tangan, namun Jokowi malah diam kaku. Jajat tidak mengetahui dan tidak bisa menebak kenapa hal itu terjadi.

"Belum lagi kita bicara jomplangnya pidato Jokowi dengan Prabowo. Prabowo dengan santai menyebut nama Jokowi, sementara itu Jokowi sama sekali tidak menyebut nama Prabowo. Jokowi juga terlihat aktif menghindari kontak mata dengan Prabowo," jelas Jajat (Rabu, 4/6).

Lebih jauh dalam amatannya, Jokowi juga terlihat tidak mengikuti panduan MC saat prosesi penandatanganan prasasti. "Ini baru acara bersifat nasional, bagaimana nanti kalau harus mewakili bangsa ini di kancah internasional?” ujar Jajat mempertanyakan.

Karena itu bagi Jajat, ketegangan Jokowi itu bukti bahwa ia belum siap untuk memimpin Indonesia. "Namun itu adalah bukti nyata bahwa Jokowi tidak pantas memimpin Indonesia," tegas Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) ini.

Selain itu, Jajat menambahkan cara berpakaian Jokowi juga kurang layak untuk dipakai dalam acara yang bersifat resmi. Kemeja kotak-kotak yang dipilih Jokowi terkesan tidak sopan, apalagi dengan lengan setengah tergulung.

“Tidak layak rasanya melihat seorang Capres berdiri di atas panggung dengan seragam seperti itu, sementara semua peserta yang hadir memakai pakaian resmi, Jokowi malah memakai kemeja kotak-kotak lusuh, lengan yang tergulung juga menyimbolkan bahwa beliau tidak bisa membedakan sifat sebuah acara. Apapun alasannya, seorang Capres harus bisa merepresentasikan diri dengan baik, tidak bisa hanya mengedepankan pembangunan citra”, tegas Jajat.

Jajat menjelaskan bahwa hal-hal kecil seperti ini bisa menjadi bahan penilaian untuk rakyat Indonesia.

“Kegagalan Jokowi dalam merepresentasikan diri harus kita lihat sebagai tonggak kelayakan beliau untuk memimpin Indonesia, jangan sampai negara ini dicitrakan sebagai negara komedi, karena seorang Jokowi yang tidak berwibawa,” tutup Jajat. [zul]

*sumber: http://m.rmol.co/news.php?id=158040/pkspiyungan

Soe Hok Gie pun bicara Prabowo


Cerita sukses Prabowo Subianto di bidang kemiliteran, sudah banyak yang tahu. Sepak terjang Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto sebagai seorang prajurit sudah banyak diketahui orang.

Putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini masuk Akademi Angkatan Bersenjata (Akabri) pada 1970 dan lulus empat tahun kemudian dengan pangkat letnan dua. Dia meniti karier militer sampai meraih pangkat letnan jenderal dan menjabat sebagai Panglima Korps Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Namun banyak yang tidak mengetahui kehidupan masa remaja Prabowo sebelum dia masuk tentara. Ternyata Prabowo yang lahir pada 1951 ini pernah ikut mendirikan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang pemberdayaan ekonomi rakyat. Prabowo aktif dalam kegiatan tersebut walaupun tidak lama.

Cerita soal Prabowo remaja itu diungkapkan aktivis yang kini lebih banyak berkecimpung di dunia bisnis Jusuf Abraham Rawis atau dikenal dengan Jusuf AR. Dia mengaku pertama kali bertemu Prabowo suatu malam, sekitar April 1968. “Ada teman saya, Mahir Algadry, yang mengenalkan seorang anak muda bernama Prabowo,” katanya.

Dari pertemuan itu, kata Jusuf, mereka sepakat menjalankan sebuah LSM yang dinamakan Lembaga Pembangunan. “Itu mungkin LSM pertama di Indonesia,” kata Jusuf yang pernah dipenjara karena dianggap terlibat dalam peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) 1974.

Jusuf bercerita LSM yang dijalankan bersama sejumah aktivis itu bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat desa. Mereka beberapa kali mengadakan kegiatan di sekitar Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Mereka langsung bergerak ketika mendengar warga Gunung Kidul, Yogyakarta, terkena wabah busung lapar. Lembaga Pembangunan kemudian mengadakan kegiatan pengobatan gratis. Demikian juga ketika mereka membantu memperbaiki irigasi sungai yang buruk di sebuah desa. “Kami mengumpulkan pendanaan dari banyak donatur,” tuturnya.

Dari pergaulan itu, Jusuf AR mengenang Prabowo sebagai anak muda yang kreatif. “Mengagumkan sekali, biar masih muda tetapi ide-idenya banyak, padahal umurnya masih 17 atau 18 tahun,” tuturnya.

Lembaga Pembangunan tidak diikuti Prabowo terlalu lama, dia kemudian mendaftarkan diri kuliah di sejumlah universitas di luar negeri. Sempat diterima di tiga universitas terkemuka di Amerika Serikat, namun akhirnya Prabowo memilih masuk Akabri pada 1970.

Cerita soal Prabowo remaja juga sekilas ada di dalam buku Catatan Seorang Demonstran yang merupakan kumpulan tulisan aktivis mahasiswa Soe Hok Gie. Dalam catatan Soe Hok Gie, nama Prabowo muncul pada 1969. Soe menyebut nama panggilannya “Bowo”.

Soe Hok Gie dan Prabowo tampak cukup dekat. Mereka beberapa kali kerap keluyuran bareng. “Dari pagi keluyuran dengan Prabowo ke rumah Atika, ngobrol dengan Rachma, dan membuat persiapan-persiapan untuk pendakian Gunung Ciremai,” tulis Gie pada Kamis 29 Mei 1969.

Mereka juga mengurus organisasi yang bernama Pioneer Korps. Soe sering menyebutnya sebagai pionir korpsnya Prabowo. Hal ini seperti mengindikasikan bahwa organisasi itu diprakarsai oleh Prabowo. Soe juga tampak cukup akrab dengan ayahnya Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo.

Dalam tulisannya, Soe Hok Gie menggambarkan Prabowo masih kanak-kanak cerdas dan cepat tanggap, namun juga masih naif. “Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas tapi naïf. Kalau ia berdiam 2-3 tahun dalam dunia nyata, ia akan berubah.” (catatan Soe Hoek Gie 25 Mei 1969).

Cerita soal Lembaga Pembangunan juga sempat disebut dalam catatan Soe Hok Gie. Dia misalnya berpendapat secara ekonomis organisasi ini tidak akan dapat berbuat banyak. “Jumlah desa-desa di Indonesia beribu-ribu dan jumlah mahasiswa yang bisa dikerahkan paling hanya beberapa ribu,” katanya.

Wartawan senior Aristides Katoppo membenarkan bahwa Prabowo yang dimaksud Soe Hok Gie adalah Prabowo Subianto. “Mereka memang berteman,” kata Aristides. Saking sibuknya berorganisasi, Prabowo tampak seperti tidak terlalu memikirkan urusan asmara seperti remaja pada umumnya.

Wartawan Senior Sinar Harapan Daud Sinjal bahkan mengatakan sepatu yang digunakan almarhum Soe Hok Gie saat wafat di Gunung Semeru adalah sepatu pinjaman dari Prabowo. "Karena mereka dekat, jadi ada cerita sepatu So Hok Gie naik gunung yang dipinjamnya dari Prabowo," kata Daud.

Sumber : Sinar Harapan/pkspiyungan

Wawancara Prabowo: "Kita Harus Selalu Menghormati Orang Lain"


Wawancara Calon Presiden Prabowo Subianto

Sejak kecil calon presiden (capres) Prabowo Subianto sudah diajarkan untuk gemar membaca. Itulah yang menjadi modal bagi Prabowo memperkaya wawasan dan pengetahuan dan ikut menunjang kariernya. Penggemar buku sejarah ini juga mengakui dibesarkan dengan pendidikan dengan filosofi Jawa sehingga dia menjunjung tinggi adat istiadat dan tata krama.

Karena itu, filosofi hidup yang menjadi pegangannya adalah selalu menghormati orang lain. Sikap itu juga ditunjukkan dalam berpolitik. Lebih jauh mengenai kesibukan dan program kerja Prabowo dipaparkan dalam sesi wawancara dengan wartawan KORAN SINDO, Kiswondari, di kediamannya, Desa Bojongkoneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, kemarin (2/6/2014).

Menjelang Pilpres 2014 Anda pasti sangat sibuk dengan agenda politik. Bisa diceritakan kegiatan sehari-hari Anda?

Kegiatan saya sangat padat. Dari tim saya, penasihat, dan staf-staf, ikut makan pagi sama saya. Kami bahas apa yang telah terjadi hari kemarin dan apa yang harus kami laksanakan hari ini dan akan datang. Dari situlah, baru biasanya saya terima tamu. Setelah itu, saya sering keliling ke daerah, ke Jakarta, terus-menerus. Politik saat ini intinya banyak tatap muka, politik saat ini banyak meyakinkan orang, banyak sekali negosiasi, banyak sekali kompromi. Jadi, tidak bisa hanya dengan tulisan atau hanya dengan bicara per telepon. Sering sekali harus tatap muka, ini yang saya alami. Kami juga diundang, dan setiap organisasi, setiap badan, setiap jaringan, itu minta disapa, didatangi, dan diperhatikan. Jadi memang proses politik banyak menyita waktu. Kadang-kadang (waktu) untuk tidur saja sangat sedikit.

Anda hobi baca buku?

Ya, saya hobi dari kecil karena memang orang tua saya mendidik sepeti itu. Jadi setiap dikasih hadiah, kado, dan sebagainya, lebih sering dikasih buku. Juga waktu saya sekolah, membaca itu termasuk salah satu kegiatan yang murah, iya kan? Jadi akhirnya saya sangat senang membaca sekaligus memperkaya saya dalam pekerjaan saya, dalam karier saya.

Lalu, apa saja buku favorit Anda?

Saya sangat suka buku sejarah, tapi akhir-akhir ini saya berusaha untuk mendalami masalah ekonomi dan masalah pertanian. Tapi memang hobi saya sejarah.

Baru-baru ini, Anda tampak berbesar hati saat menyapa Joko Widodo dalam pengundian nomor urut di KPU.

Saya rasa itu hal yang wajar. Kita punya adat istiadat dan tata karma. Kita harus selalu menghormati orang lain, kita harus selalu mencari yang baik, jangan mencari yang tidak baik, jangan mencari yang negatif. Dari setiap keadaan, kita harus mencari yang terbaik. Jadi saya setengah Jawa setengah Sulawesi. Ibu saya Sulawesi, bapak saya Jawa, tapi saya banyak sekali dibesarkan dengan pendidikan filosofi Jawa. Di situ kita harus selalu ambil yang baik. Kadang ini disalahartikan.

Kalau di Jawa itu ada salah satu joke, tangannya patah satu masih merasa untung enggak duaduanya patah. Kalau kakinya satu patah, masih merasa untung tidak dua-duanya patah. Tapi itu arti yang baiknya adalah, kita harus selalu mencari hal yang positif dari setiap keadaan. Kedua, selalu harus bersyukur apa pun yang diberikan oleh Yang Mahakuasa, oleh Allah SWT, Tuhan Mahabesar, apa pun yang diberikan kita harus bersyukur. Karena itu bisa jadi kekuatan untuk kita.

Mengenai program sebagai capres, apa saja yang menjadi prioritas Anda?

Stabilitas itu datangnya dari kesejahteraan. Kalau orang sejahtera, orang punya pekerjaan yang baik, orang punya penghasilan yang baik, tidak akan mikir macem-macem. Dia ingin lihat anaknya sekolah dengan baik, besar dengan baik, nanti dapat pekerjaan yang baik. Jadi itu akan mengurangi ketegangan. Tapi kalau ekonomi tidak baik, kalau ekonomi tidak adil, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin, jurangnya lebar. Ini akan menimbulkan ketegangan. Kalau kita menjamin keadilan, menjamin kesejahteraan, masa dia mau (jadi) separatis. Iya kan?

Lalu di bidang penegakan hukum?

Saya kira korupsi harus kita tuntaskan, kita harus tekan, bila perlu kita habisi. Itu juga dengan sistem, dengan manajemen, dengan suatu program komprehensif untuk menutup sumber-sumber kebocoran. Yang harus kita bangun adalah suasana antikorupsi dan antikebocoran, terutama untuk menutup kebocoran-kebocoran itu. Begini ya. Kalau kita ngomongin bombastis, hukuman mati dan lain sebagainya. Kalau memang sistemnya brengsek ya tetap ada korupsi. Jadi yang penting kita perbaiki sistem.


*sumber: Koran Sindo/pkspiyungan

Prabowo Sebut Jokowi 4 Kali, Jokowi Sama Sekali Tak Sebut Prabowo


Jakarta - Prabowo dan Jokowi telah menyampaikan pidato politiknya dalam acara Deklarasi Pilpres Damai. Prabowo empat kali menyebut nama Jokowi dalam pidatonya, sementara tak ada nama Prabowo dalam pidato Jokowi.

Prabowo lebih dulu berpidato dalam acara Deklarasi Pilpres Damai di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2014). Eks Danjen Kopassus ini membuka pidatonya dengan menyapa tokoh-tokoh yang hadir dalam acara itu, termasuk Jokowi dan Jusuf Kalla. Itulah pertama kali Prabowo menyebut Jokowi dalam pidatonya malam itu.

"Tidak lupa capres nomor dua saudara Joko Widodo dan Cawapres nomor dua saudara Muhammad Jusuf Kalla yang saya hormati dengan Ketua Tim Tjahjo, kawan-kawan saya semua," kata Prabowo saat menyampaikan pidato dalam acara deklarasi pilpres damai di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2014).

Prabowo berjanji, dia dan timnya, akan menjaga Pilpres tetap kondusif. Dia menyebut Jokowi sebagai saudaranya dan Jusuf Kalla sebagai seniornya.

"Jokowi adalah saudara saya, Pak Jusuf Kalla adalah senior saya. Saya yakin mereka adalah putra-putra terbaik bangsa," ujarnya.

Prabowo mengatakan akan legowo menerima hasil pilpres. Mantan Pangkostrad ini kembali menyebut nama Jokowi.

"Apabila mandat itu diberikan kepada Jokowi dan Muhammad Jusuf Kalla, kami akan menghormati keputusan rakyat tersebut," ujarnya.

Lalu yang keempat kali, Prabowo menyebut Jokowi sebagai patriot. Prabowo mengaku menaruh hormat kepada rivalnya di Pilpres 2014 ini.

"Apapun kami yakin saudara Jokowi dan Muhammad Jusuf Kalla adalah patriot-patriot yang cinta tanah air. Apapun terjadi kami akan menjadi WNI yang setia kepada merah putih dan setia kepada bangsa yang kita cintai," ujar Prabowo di ujung pidato berdurasi sekitar 8 menit itu.

Sedangkan Jokowi, yang membuka pidatonya dengan shalawat dalam pidatonya, menekankan pentingnya pesta demokrasi dilaksanakan dengan baik. Jokowi ingin Pilpres 2014 jauh dari kampanye hitam dan intimidasi. Namun dia sama sekali tak menyebut nama Prabowo dalam pidatonya yang berdurasi sekitar 4 menit itu.

"Pada 9 Juli nanti kita akan melakukan pencoblosan dengan dua calon presiden. Calon presiden, dua calon presiden dan dua calon wakil presiden," kata Jokowi.

*http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/03/223754/2598969/1562/prabowo-sebut-jokowi-4-kali-jokowi-sama-sekali-tak-sebut-prabowo?992204topnews

"Pidato Yang Menelanjangi Kepalsuan Capres" by @Fahrihamzah



Apapun jokowi telah berpidato....dan pidato adalah manifestasi keyakinan...#PidatoCapres

Demokrasi kita indah karena kita difasilitasi untuk mengetahui siapakah pemimpin kita sebenarnya. #PidatoCapres

Demokrasi tidak akan mengijinkan mereka menyimpan kepalsuan. #PidatoCapres

Besok #PidatoCapres bisa mereka ubah pakai teks tetapi lusa demokrasi akan menyeretnya dalam debat.

Demokrasi, berkali-kali ku katakan adalah metode bagi keterbukaan dimana pemimpin diuji. #PidatoCapres

Demokrasi menelanjangi kepalsuan dan membongkar topeng di wajah bopeng. #PidatoCapres

Aku senang, karena demokrasi pukul rata. Siapapun yang palsu akan kena terka. #PidatoCapres

Yang palsu akan terbakar musnah. Jadi debu. Yang asli akan bertahan dan tertempa menjadi murni. #PidatoCapres

Sehebat-hebat kalian meniup kepalsuan maka akhirnya akan meletus berserakan. #PidatoCapres

Aji mumpung, atau mumpung nyohor, sebagai landasan pemilihan pemimpin adalah kepalsuan. #PidatoCapres

Mungkin karena demokrasi kita baru. Lalu kita salah paham seolah popularitas semu adalah segalanya. #PidatoCapres

Sekarang kalian mulai belajar. Sisi lain dari demokrasi. Selain popularitas. Demokrasi mengandung ujian. #PidatoCapres

Sejak awal demokrasi adalah kompetisi. Mewadahi watak manusia. Kita ini makhluk bersaing. #PidatoCapres

Prabowo malam ini menyajikan rumusan dan penghayatan yang pas tentang demokrasi sebagai kompetisi. #PidatoCapres

"Mari kita bersaing secara sehat, kami akan terima keputusan rakyat". Dua kalimat padat. #PidatoCapres

Kalimat itu mustahil keluar dari orang yg demokrasi tidak hidup dalam dirinya. #PidatoCapres

Pesan-pesan demokrasi Prabowo tegas. Lantang dan kita tidak melihat agenda apapun. #PidatoCapres

Pesan hanya satu. Bahwa kita dalam perjalanan. Demokrasi kita mahal dan tak ada banding nya. #PidatoCapres

Orang-orang yang meragukan demokrasi dalam diri Prabowo adalah curang dan menyimpan dendam. #PidatoCapres

Mata orang2 waras akan terbuka. Akal sehat akhirnya akan bertahta. #PrabowoituAsli #PidatoCapres

Mari kita cerna...mari nikmati...mari rayakan masa kampanye..dan perlombaan pidato.... #PidatoCapres


*sumber: Twit @Fahrihamzah (3/6/2014)

Pakar Komunikasi Puji Pidato Prabowo, Kritik Jokowi


JAKARTA–Deklarasi Pemilu Damai, Selasa (3/6/2014) malam telah selesai. Dalam deklarasi tersebut masing-masing calon presiden (Capres) diberi kesempatan memberikan pidato selama lima menit.

Sejumlah pengamat menilai, pidato yang disampaikan Prabowo lebih unggul dibanding Jokowi. Dalam siaran langsung yang ditayangkan televisi, Effendi Gazali mengatakan panggung Deklarasi Pemilu Damai milik Prabowo.

“Meskipun Prabowo terlihat tegang tapi panggung tadi milik Prabowo. Ada beberapa poin penting yang disampaikan Prabowo yakni tidak menggunakan kekerasan, demokrasi yang harus dihormati, menerima apapun keputusan rakyat. Menyebut Jokowi adalah saudara saya, Jusuk Kalla adalah senior saya. Serta meminta kepada para tim suksesnya, kepada staf-stafnya untuk menghormati keputusan rakyat,” ujarnya. 

Pidato yang disampaikan Prabowo ujar Effendi, lebih sistematis, mengena dan rileks, meskipun waktu yang dibutuhkan Pravowo sekitar 8 menit. “Saya memberi nilai kepada Prabowo 90, sementara untuk Jokowi saya beri nilai 70.  2-1 Untuk Prabowo. Saya melihat Jokowi terlihat tegang, bahkan di bagian ending sangat mengejutkan, tiba-tiba terima kasih. Ini tidak terlihat seperti Pak Jokowi yang biasanya,” katanya.

Efenndi menilai dalam pidatonya, Jokowi sempat bermaksud menyelipkan “jokes’ tapi malah hambar. “Tadi kan sempat diulang-diulang menyelipkan kata dua berkali-kali, seperti ada dua tahapan, dua capres, dua cawapres, tapi ternyata respons audience biasa saja.”

Senada diungkapkan pengamat lainnya, Taufik dalam tayangan yang sama. Dia mengatakan pidato Prabowo lebih sistematis, struktur jelas dan strategis. Menurutnya, apa yang disampaikan dalam pidato seseorang mencerminkan apa yang ada di pikiran orang tersebut.

Burhanuddin Muhtadi menilai tidak ada salahnya saat pidato Jokowi menyebutkan nama Prabowo. 

Sebagaimana diketahui Prabowo menyebutkan nama Jokowi sebanyak empat kali. Sementara Jokowi dalam pidatonya tak satupun menyebutkan nama Prabowo.

Jokowi Tegang

Baik Effendi maupun Taufiq sepakat menilai Jokowi tak tampil rileks bahkan terlihat kaku. Sebagaimana pantauan  Detik, Jokowi terlihat tegang. Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) mendeklarasikan kampanye damai di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

Jokowi tampak kikuk berada di antara calon-calon pemimpin lainnya. Seusai pembacaan deklarasi damai, kedua pasangan diminta untuk menandatangani prasasti deklarasi damai di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2014).

Sambil menunggu disiapkannya prasasti, Prabowo-Hatta dan Jusuf Kalla mengobrol santai. Jokowi yang ada di antara Prabowo dan JK tak ikut dalam perbincangan. Dia terlihat kaku, berdiri dalam posisi siap, tak ada senyum di wajahnya.

Saat penandatanganan prasasti, Jokowi masih tampak tak rileks. Prabowo tampak lebih banyak mengambil inisiatif mengajak tanda tangan berbarengan dan berkomunikasi dengan panitia. Setelah Prabowo-Jokowi, giliaran Hatta-JK yang tanda tangan. Keduanya tampak rileks.

Usai tanda tangan, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK kembali berdiri membentuk shaf. Jokowi yang mengenakan kemeja motif kotak-kotak, berbeda dengan tiga tokoh lainnya yang mengenakan kemeja putih masih tampak tak santai. Pose berdirinya kaku.

Saat giliran mengangkat tangan sebagai simbol deklarasi telah selesai, Prabowo mengambil inisiatif duluan menggandeng tangan Jokowi untuk mengangkat tangannya. Tangan Jokowi tampak kaku bergerak mengikuti tangan Prabowo. Pose Jokowi masih kaku.

Turun dari panggung, Jokowi yang duduk di sebelah Prabowo tampak melepas kekakuannya. Dia minum dari segelas air yang tersedia, menunggu kesempatan untuk menyampaikan pidato politik. Jokowi akan berpidato setelah Prabowo.

*sumber: SOLOPOS /pkspiyungan

Mengapa Jokowi Tak Balas Sapaan Prabowo?


JAKARTA - Hal-hal kecil terkadang menarik untuk diperhatikan dalam dinamika Pemilu Presiden 2014. Salah satunya yang terjadi pada Selasa (3/6/2014) malam, saat Deklarasi Pemilu Berintegritas dan Damai, yang digelar Komisi Pemilihan Umum, di Bidakara, Jakarta Selatan. Pada acara itu, dua calon presiden yang akan bertarung, Prabowo Subianto dan Joko Widodo, diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato dalam waktu 5 menit.

Membuka pidatonya, Prabowo menyapa para pejabat dan pimpinan lembaga negara yang hadir, berikut nama lengkapnya. Pesaingnya, Joko Widodo bersama pasangannya, Jusuf Kalla, juga turut disebut Prabowo. Namun, hal yang sama tak dilakukan Jokowi.

Prabowo memiliki kesempatan berpidato pertama karena disesuaikan dengan nomor urut pasangan calon. Selama sekitar delapan menit, Prabowo berpidato. Setelah itu, giliran Jokowi.

Saat dikonfirmasi setelah acara selesai, Jokowi tak memberikan penjelasan mengapa dia tak menyapa Prabowo. Ia hanya tersenyum sambil terus berlalu menuju kendaraannya. Kejadian ini bukan yang pertama kali. Saat berpidato di Gedung KPU, Jokowi juga tak menyebut nama Prabowo-Hatta. Padahal, sebelumnya, Prabowo menyebut nama Jokowi-JK, termasuk Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang hadir di acara tersebut. 
*pkspiyungan