SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Sunday, 1 June 2014

Inilah Video 3 Menit Pidato Prabowo-Jokowi di KPU | Nyata Bedanya!


Hari ini, Minggu (1/6/2014) pukul 14.00 WIB, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menggelar pengundian nomor urut pasangan calon presiden dan calon wakil presiden peserta Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapat nomor urut satu, sedangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat nomor urut dua.

Usai pengundian nomor urut, KPU memberi waktu 3 menit untuk masing-masing pasangan capres-cawapres untuk memberikan sambutan/pidato singkat.

Inilah video pidato masing-masing capres:
(link: http://www.youtube.com/watch?v=TuKtjMzudFw)



Bagaimana kesan dan penilaian anda setelah menyaksikan Pidato kedua capres?

Salah seorang yang menyaksikan secara live di tv memberi penilaian via akun twiternya, @suryadelalu, berikut kesan dan tanggapannya  :


Pidato pertama bagi capres itu penting. Memberi kesan yg lekat, seperti apa gambaran sang calon pemimpin..

Prabowo menyapa org2 di ruang KPU, salam bagi muslim, kristiani, hindu, budha, & salam sejahtera bagi semua. Simbol itikad bagi keragaman..

Seorang pendeta dari Bali mengaku pas menyetel TV saat Prabowo menyapa Om Swastiyastu. Nah saat Jokowi pidato, sudah siap2 menjawab, malah tak ada..

Pidato 3 menit itu digunakan Jokowi utk ucapkan syukur & bersalawat atas nabi, keluarga, para sahabat dan mukminin-mukminat..

Tentu, salawat & doa itu bagus. Tapi ada warga bangsa yg tak merasa disapa. Apalagi bila salawat diucapkan dlm aksen yg terkesan dipaksakan.

Pidato pertama Prabowo dimulai dg menyapa rakyat dari beragam keyakinan. Pidato Jokowi, berusaha menunjukkan bhw dia muslim. Beda!

Lebih lanjut Prabowo ungkapkan perihal keikutsertaannya berkompetisi menuju RI 1. Namun menegaskan bhw akan hormati apapun keputusan rakyat.

Pidato pertama Prabowo sbg capres, akan berkompetisi & hormati keputusan rakyat. Pidato pertama Jokowi, tentang nomor urut 2.. Beda!

Penting bg Capres utk jaga proses demokrasi berlangsung dlm harmoni. Tanpa hrs jelaskan hubungannya dg nomor urut. Siap menang siap kalah.

Adapun halnya Jokowi, mungkin ada yg membisiki agar memanfaatkan momentum utk kampanye. Hingga di akhir pidato terucapkan "Pilih no 2!".

Kata2 berbau kampanye dlm momen seperti tadi malah terkesan kurang simpatik..

Gesture jg penting saat kata demi kata terucapkan. Capres hanya perlu ekspresikan apa yg dirasa. Hanya dg itu dia bisa tampil ok..
*pkspiyungan

Momen Sangat Menyentuh, Sikap Hormat Prabowo pada Kubu Jokowi di KPU

Foto ini jujur menunjukkan siapa yang ksatria dan memiliki kebijaksanaan. Walaupun fitnah selalu menerpa.
(Twit @GreySword )

Jakarta - Pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta kompak mengenakan kemeja putih dan peci hitam. Keduanya datang di KPU, pukul 14.00 WIB, Minggu (1/6/2014), untuk mengambil nomor urut.

Prabowo-Hatta didampingi Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Sekjen PPP Romahurmuziy, dan petinggi partai koalisi lainnya.

Saat memasuki ruang lantai 2 Kantor KPU, ketika sidang pleno pengambilan nomor urut digelar, Prabowo-Hatta menyambangi kubu Jokowi-JK, dan langsung mengambil sikap hormat.

Namun saat hormat dan bersalaman, Mega tak membalasnya. Mega hanya bersalaman sambil duduk.

Prabowo-Hatta melanjutkan bersalaman dengan Jokowi, JK, Surya Paloh, Cak Imin, Sutiyoso, Khofifah. Prabowo juga memberi hormat kepada bekas atasannya yang mendukung Jokowi, Luhut Pandjaitan.

Dalam kesempatan itu, sambil tersenyum Jokowi terlihat terpana dan kagum melihat kedatangan Prabowo. Tak hanya Jokowi, Ketum NasDem juga terlihat melakukan hal yang sama.

Kemudian Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta langsung menuju tempat yang sudah disediakan KPU dan duduk secara berdampingan.

Seperti diketahui, hari ini KPU menjadwalkan pengambilan nomor urut calon presiden dan wakil presiden. Acara ini dimulai tepat pada pukul 14.00 WIB. [yeh/inilah]

Syuting Film Tipuan “Jokowi-JK Makan dengan Wong Cilik”

Jakarta –Pemirsa televisi disuguhi tayangan film rekayasa yang memperlihatkan Jokowi-JK seolah-olah sedang makan bersama wong cilik (rakyat kecil). Memang untuk kepiawaian dalam merekayasa ‘pencitraan’ bagi pasangan capres/cawapres, sepantasnya kita layak memberi acungan jempol kepada tim sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla. Seakan tak ada habis-habisnya ide tim sukses Jokowi-JK dalam upaya memoles citra jago unggulan mereka agar terlihat“wah” dan “wow” di mata masyarakat calon pemilih pada pilpres 2014.
Soal suara sumbang dari banyak kalangan yang mengatakan bahwa ‘pencitraan’ itu sejatinya adalah penipuan terorganisir terhadap rakyat, tak usah dihiraukan. Bak peribahasa “Anjing Menggonggong Kafilah Tetap Berlalu” pencitraan terhadap Jokowi pun ternyata masih terus dilakukan, dan berlangsung dari sejak Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo sampai sekarang.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Jokowi saat melakukan “blusukan” ke pasar-pasar, ke lokasi banjir dan lain sebagainya ‘tak pernah tanpa wartawan’. Melainkan selalu diikuti dan diliput oleh puluhan wartawan dari berbagai media TV, cetak dan online yang sengaja diajak untuk memberikan full covering demi untuk menciptakan citra positif dan merakyat bagi seorang Jokowi.
Kreatifitas timses Jokowi tak hanya piawai dalam mengemas berita blusukan Jokowi saja. Bahkan kini, saat Jokowi-JK maju sebagai pasangan capres/cawapres didukung oleh PDIP, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI, tim sukses Jokowi nampak semakin kreatif saja dalam membuat berita pencitraan.
Salah satunya adalah saat tim sukses Jokowi-JK membuat syuting film yang ingin menunjukkan kepada masyarakat calon pemilih bahwa pasangan ini merakyat dan dekat serta perduli dengan wong cilik. Maka dibuatlah syuting film yang bertema Jokowi-JK Makan Bersama Wong Cilik. Berikut ini adalah adegan syuting film tersebut yang tertangkap oleh kamera foto:
Persiapan syuting film “Jokowi-JK Makan Bersama Wong Cilik”
Jokowi-JK sudah siap makan bersama Wong Cilik
[KabarNet/adl]

Fahri : Berdasarkan Test Psikologi, Ada Capres Yang Suka Bohong


Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengatakan ada seorang calon presiden (capres) yang dalam test psikologis-nya terbaca tidak konsisten (suka berbohong).

"Sudah ada yang tahu hasil pemeriksaan dokter RSPAD?. Ada seorang capres yang dalam test psikologis-nya terbaca tidak konsisten (suka berbohong)," tulis Fahri pada akun Twitternya @Fahrihamzah.

Namun, menurut Fahri ada juga capres yang konsisten dan memiliki IQ sangat tinggi.

"Tapi ada capres yang memiliki sifat konsisten dan memiliki IQ sangat tinggi," lanjutnya.

"Kalau tidak percaya, kita minta KPU buka hasil pemeriksaan selama 6 - 9 jam itu. Penting!," pungkasnya.[dm/pksnongsa.org]

Masjid Diinteli Mengingatkan pada Masa Jenderal LB Moerdani



Rencana kubu Jokowi-JK mengerahkan kader-kadernya menjalankan "aksi intelijen" terhadap masjid-masjid dan mengawasi setiap khotbah, mendapat kritikan.

Kebijakan itu sebetulnya bertujuan menghadang kampanye pembusukan terhadap Jokowi-JK itu. Bukan cuma dikritik oleh lawan politiknya di kubu Prabowo-Hatta, namun juga mendapat sindiran dari Sekretaris Kabinet, Dipo Alam.

"Ada Ketua Dewan Masjid Indonesia, ada professor intelijen, apa yang masih kurang intelin khotbah di masjid-masjid?" ujar Dipo Alam lewat akun twitter miliknya, @dipoalam49, menanggapi pemberitaan di media online.

Mengenai isu itu, Dipo yang juga eks aktivis mahasiswa Orde Baru, jadi ingat kembali kisah kawan lama dan seniornya, AM Fatwa.

Dipo mengenal Fatwa saat politisi senior itu menjadi staf Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Dipo akui, mereka sama-sama pernah ditahan oleh Orde Baru pada tahun 1978, era tokoh militer Jenderal Benny Moerdani berkuasa.

AM Fatwa, katanya, menjadi korban kekejaman aparat Orde Baru ketika era khotbah-khotbah di masjid "diinteli" atau dicurigai. AM Fatwa yang waktu itu aktif berkhotbah di masjid menjadi korban.

"Digebuk babak belur masuk RSIJ terbaring. Saya besuk Pak Fatwa di RSIJ, kedua matanya masih berdarah-darah.Saya prihatin dan pamitan karena lusa saya akan berangkat tugas studi ke AS," ungkap Dipo Alam mengenang masa itu.

Belajar dari pengalaman itu, Dipo Alam berharap era di mana Jenderal Benny Moerdani berkuasa dengan "menginteli" khotbah-khotbah di masjid-masjid, tidak terulang lagi.

"Mudah-mudahan era seperti dulu ketika Jenderal Benny Moerdani berkuasa dengan inteli khotbah masjid-masjid, main hantam dan tangkap, berakhir," lagi kicau @dipoalam49.

Soal aksi menginteli khotbah di masjid itu diungkapkan oleh anggota Tim Sukses Jokowi-JK Eva Kusuma Sundari. Pihaknya melakukan pengawasan terhadap masjid-masjid karena dikhawatirkan menjadi tempat terjadinya kampanye hitam.

"Karena itu tampaknya, teman-teman mulai mikir kok masjid jadi tempat menyebarkan fitnah, serangan. Jadi diperlukan pemantauan. Kalau bisa direkam agar supaya masjid tidak dikotori fitnah. Kita kumpulin, seperti tabloid penerbit Obor Rakyat, lalu dilaporkan nanti," ungkap Eva. [ald]

*sumber: http://www.rmolsumsel.com/read/2014/05/31/7135/Masjid-Diinteli-Mengingatkan-pada-Masa-Jenderal-LB-Moerdani-
*pkspiyungan

Prabowo-Hatta Nomor Urut Satu, Jokowi-JK Nomor Dua

JAKARTA - Proses pengundian nomor urut pasangan capres-cawapres sudah selesai. Hasilnya, pasangan Prabowo-Hatta mendapat nomor urut satu dan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) nomor urut dua.

Sekira pukul 14.13 WIB, Ketua KPU Husni Kamil Malik, membuka rapat pleno pengambilan nomor urut pasangan capres-cawapres. Pasangan kedua capres dan cawapres hadir dalam kesempatan tersebut.

Setelah melalui serangkaian proses, nomor urut kedua pasangan capres-cawaprespun diketahui.

Duet Prabowo-Hatta akan "bertarung" dengan pasangan Jokowi-JK untuk merebut suara rakyat pada 9 Juli. Pasangan yang mendapat lebih dari 50 persen akan duduk sebagai presiden dan wakil presiden. (trk/okezone.com)

Persaingan Prabowo-Jokowi Makin Ketat


JAKARTA - Persaingan dua pasangan capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) semakin ketat. Hal itu terungkap dari hasil survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) terkait dengan persepsi dan perilaku publik terhadap elektabilitas capres-cawapres pada Pilpres 9 Juli mendatang.

Direktur Puskaptis Husin Yazid mengatakan, survei dilakukan mulai 20 Mei di hari terakhir pendaftaran para kandidat ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Survei yang menggunakan teknik multistage random sampling dilakukan di 33 provinsi, 53 kabupaten/kota dan 159 kecamatan. Sedangkan jumlah sampel desa atau kelurahan yang diambil sebanyak 477 desa dengan responden 1.250 orang berusia di atas 17 tahun.

“Metode survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan margin error 2,8%,” ujarnya di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, kemarin.

Hasilnya, elektabilitas pasangan Jokowi-JK sebesar 43,72% sedangkan pasangan Prabowo-Hatta sebesar 40,28% dengan jumlah swing voters atau mereka yang belum menentukan pilihannya tapi akan berpartisipasi pada pilpres nanti sebesar 16%. Hasil ini membuat pasangan capres yang diusung PDIP, Hanura, PKB, NasDem dan PKPI unggul 3,44% dari pasangan Prabowo-Hatta yang diusung Partai Gerindra, PPP, PKS, PBB, PAN, dan Golkar.

“Karena margin error 2,8% maka kedua pasangan capres cawapres ini memiliki peluang yang sama kuat untuk memenangkan pertarungan, dimana penentunya adalah pemilih mengambang yang jumlahnya mencapai 16%. Mereka umumnya adalah kalangan menengah,” jelasnya.

Husin menjelaskan, tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap pilpres sangat tinggi yakni 98,57%. Ironisnya, hal ini tidak diikuti oleh partisipasi pemilih yang masih sangat rendah yakni 73,45%. Untuk itu, peran Komisi Pemilihan Umum (KPU), Panwaslu, pemerintah, dan partai politik harus menggiatkan sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi publik.

Dalam survei tersebut, sebanyak 77,33% responden menyatakan alasan mereka ikut pilpres karena merupakan kewajiban sebagai warga negara. Sedangkan, alasan publik memilih pasangan Prabowo-Hatta karena pasangan ini dinilai sebagai figur pemimpin yang berkarakter tegas sebanyak 33,80%, berwibawa 14%. Kemudian percaya dengan niat baiknya membangun bangsa 11,97%, berani 4,93% dan adanya anggapan bahwa pemimpin dari militer masih diperlukan 9,86%.

Sedangkan, alasan publik memilih pasangan Jokowi-JK  lebih banyak karena kepribadian yang rendah hati dan ramah kepada rakyat 16,27%, gemar blusukan 10,71%, sosok yang jujur, perhatian pada rakyat dan memiliki kinerja yang baik masing-masing 7,14%. Selain itu, sosok yang sederhana 6,75%.

Saat ini, tren pasangan capres Jokowi-JK saat ini cenderung negatif dan terus mengalami penurunan. Berbeda dengan pasangan Prabowo-Hatta yang trennya positif dan terus mengalami kenaikan. Kondisi ini mengingatkan pertarungan Pilkada DKI Jakarta beberapa tahun lalu, dimana tren calon incumbent Fauzi Bowo atau Foke yang cenderung negatif berhasil dikalahkan dengan Jokowi yang trennya positif. Begitu juga pada Pilgub Jabar dimana tren Ahmad Heryawan (Aher) yang positif berhasil mengalahkan Dede Yusuf yang kecenderungannya negatif.

Elektabilitas Jokowi yang cenderung stagnan bahkan turun ini, sambung Husin, sangat terlihat ketika Gubernur DKI Jakarta itu dipasangkan dengan JK. Padahal, sebelum dipasangkan elektabilitas Jokowi jauh di atas Prabowo hingga mencapai 15%. ”Ini karena JK titik tumpunya ada di daerah timur, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Timur dan Maluku,” ujarnya.

Penurunan elektabilitas Jokowi-JK sangat terlihat di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang penduduknya terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil survei Penurunan di Pulau Jawa terjadi di daerah Jawa Timur yang pemilihnya 30 juta. Dimana capres Prabowo memperoleh 50,25% sedangkan Jokowi-JK sebesar 36,04% dengan swing voters 13,71%.

Hal ini disebabkan adanya perpecahan di tokoh-tokoh Nahdliyin seperti, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo atau Pakde Karwo yang mendukung pasangan Prabowo-Hatta. “Pengaruh tokoh terhadap nahdliyin sangat besar, begitu juga di daerah Sumatera. Selain itu, mantan Wali Kota Solo saat ini sudah mengalami titik stagnan,” jelasnya.

Karena itu, kunci penentu kemenangan mereka ada pada swing voters yang berada di perkotaan. Mereka merupakan kalangan menengah atas dengan pendidikan merata. Jadi bagi timses yang berhasil meraih suara mengambang di wilayah-wilayah tersebut akan menjadi pemenang. “Swing voters 16% masih sangat memungkinkan bagi kedua pasangan untuk meningkatkan elektabilitasnya,” paparnya.

Namun demikian, elektabilitas kandidat dapat dipengaruhi oleh black campaign atau kampanye hitam. Menurut dia, tindakan itu dapat menguntungkan lawan jika kampanye hitam tidak didasarkan oleh data-data yang kuat. “Sangat berpengaruh, karena masyarakat akan melihat siapa yang menyebarkan black campaign tersebut,” katanya.

Untuk menarik simpati suara mengambang tersebut, hal yang harus dilakukan timses adalah jangan menyebarkan black campaign, kerja keras melakukan pendekatan kepada masyarakat sesuai dengan sosial, budaya, agama, kampanye yang soft, program yang realistis, kemudian pemanfaatan media televisi dan media sosial untuk menarik simpati mereka yang umumnya secara ekonomi dan pendidikannya cukup tinggi.

Peneliti Senior Puskaptis Ma’mun Ibnu Ridwan mengatakan, tingkat elektabilitas pasangan capres Jokowi-JK berdasarkan pulau unggul di Pulau Sulawei, Bali, NTT, Maluku dan Papua. Sedangkan untuk pasangan Prabowo-Hatta unggul di daerah Sumatera dan Kalimantan. “Hal ini harus menjadi perhatian timses yakni wilayah Pulau Jawa harus ditingkatkan perolehan simpati publik karena 59% penduduk Indonesia tinggal di Indonesia,” katanya.

Menurut dia, pasangan Prabowo-Hatta harus bekerja keras untuk menyakinkan masyarakat yang belum menentukan pilihan. Hal yang menarik lainnya, kata dia, dari sisi perspektif sosial politik dua kandidat ini mempunyai kans yang sama. Sebab, menggambarkan kesukuan, agama dan kompetensi serta kapabilitas yang seimbang. “Banyaknya swing voters ini sangat luar biasa, sebab biasanya masyarakat akan mudah memilih hanya ada dua calon. Tapi ketika mereka belum menentukan, berarti ada masalah yang besar dari kedua calon ini untuk meyakinkan 16% dari total pemilih se-Indonesia,” jelasnya.

Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, turunnya elektabilitas Jokowi-JK karena pasangan tersebut sangat bergantung pada tren politik yang berkembang. Naman Jokowi terkenal dari peluncuran mobil Esemka, dan kemampuannya mengalahkan Fauzi Bowo atau Foke pada Pilkada DKI Jakarta lalu. Sayangnya tren politik itu tidak dijaga oleh timsesnya. “Jokowi lebih kepada selebriti politik, ketika orang sudah mengenalnya, publik merasa ya sudah selesai,” jelasnya.

Berbeda dengan Prabowo yang memang sudah dikenal dan disiapkan sejak menjadi cawapres Megawati Soekarnoputri pada pemilu 2009 lalu. Menurut dia, untuk menaikkan elektabilitasnya, Prabowo harus bisa mengubah pola pendekatannya kepada masyarakat. Selama ini ada kesan pasangan Prabowo-Hatta adalah koalisi elite. “Pencitraan Jokowi yang tidak dimiliki Prabowo adalah sisi manusianya. Prabowo harus lebih merakyat, banyak berdialog, banyak salaman dan senyum,” ucapnya. (hyk)

*sumber: http://pemilu.sindonews.com/read/2014/05/31/113/868697/persaingan-prabowo-jokowi-makin-ketat

"Timbulnya Kecurigaan Jika JKW Tak Dimintai Keterangan Oleh Kejagung"

Gubernur DKI dan Kepala Dinas Perhubungan (Udar Pristono)

Oleh @addeLeandro

Dlm kasus bus karat, terkait atau nggak bukankah pasti ada kesaksian Udar yg musti diklarifikasi dlm BAP? Itu bs jd syarat panggil ki joko.

Udar Pristono (Tersangka dugaan korupsi Bus Transjakarta, Kepala Dinas Perhubungan DKI) itu persis 1 tingkat dibawah ki joko. Keterangan ki joko ini menjadi sgt penting utk pembuktian kesalahan udar..

Jika ki joko tak mengetahui apapun ttg lelang, lalu kerjaan dia selama ini ngapain? Anggaran diatas 100 M bukannya jd tgg jwb ki joko?

Ki joko tak diminta keterangan sedikitpun justru aneh dan menimbulkan kecurigaan. Diminta keterangan itu bukan hal yg tercela lho..

Misalnya guru melakukan pencabulan, otomatis kepala sekula sbg penanggung jawab pasti diminta keterangan terlepas ada keterkaitan atau nggak.

Keterangan perlu diminta itu salah satunya untuk mengetahui mekanisme lelang proyek tersebut. Ki joko pasti tau gmn proses resminya tho?

Andai diminta keterangan saja tak dilakukan, patut diduga ada tikus2 sakti yg berupaya melokalisir kasus bus karat ini.

Ada anak kecil di SD Makasar Jakarta Timur brantem sampe terbunuhpun kepala sekolah yg tak tau menahu dipecat tuh.. mosok ki joko mau lepas tgn gitu aja? (baca: Jokowi Perintahkan Kepsek SDN Makassar 09 Dipecat)

Kalo sy kejagung, sy akan panggil ki joko untuk sekedar konfrontir mekanisme lelang apa betul seperti yg Udar katakan? Kok tak dilakukan?

Mau ki joko kek.. prabowo kek.. tikus kek!!! Sekedar dipanggil untuk diminta keterangan ya bukan hal tabu dan jangan dicap mrk terlibat!!

Lagian KPK yg biasanya dohot sama kasus di proyek2 trilyunan gini skrg mendadak kalah gesit sama jagung!! Memble sih bos2 di KPK..

Ki joko sbg penanggung jawab anggaran itu mutlak terkait dgn kasus ini. Apakah dia terlibat atau nggak, itu soal lain yg perlu dibuktikan.


*http://chirpstory.com/li/209939

"Pemimpin dan Isi Pikiran"


Oleh Zulfi Akmal

Seorang teman diskusi bertanya: Bang, pemimpin yang bagaimana yang akan kita pilih?

Saya menjawab: Tentu saja pemimpin yang punya program yang jelas, punya visi-misi yang transparan, mudah dipahami dan masuk akal, serta.........berdiri di atas kaki sendiri. Bukan dikendalikan orang lain bagaikan wayang.

Teman: Bagaimana kalau itu hanya janji-janji manisnya saja, nanti pas jadi presiden dia khianat, atau tidak bertindak sesuai yang dia katakan sebelumnya?

Saya: Kalau yang punya program jelas saja belum bisa kita yakini komitmennya, lalu bagaimana pula kita akan meyakini calon pemimpin yang ga' punya program yang jelas, yang ga' mikir? Apalagi digerakkan pakai remot kontrol bagaikan robot bikinan Jepang.

Mau diajak kemana kita ini? Mau dijadikan apa negara ini? Apa bisa negara ini diurus bagai anak-anak main masak-masak?

Biasanya orang yang bisa memaparkan isi pikirannya dengan jelas dan gamlang, itu artinya pikiran tersebut sudah betul-betul mendarah daging dan menyatu dengan jiwanya. Yang sudah menjadi mimpi-mimpinya semenjak lama. Bukan hasil perenungan sesaat, bisikan dari orang lain, apalagi igauan di siang bolong.

Teman: Oooo...begitu ya bang?

Saya: Ho oh.....!!!!!

Teman: Kalau begitu saya ikut pilihan abang sajalah.

Saya: 'Ala bashirah ya (atas pengetahuan, pemahaman dan kemauan sendiri), bukan berdasarkan tiru-tiruan, mentang-mentang saya senior kamu.

Teman: Tentu saja lah bang....!!!

Saya: Mantap kamu!!!

*pkspiyungan

Daftar Nomor Urut, Buruh Bekasi Mengawal Prabowo Hatta Menuju KPU




Rencananya hari ini pukul 06.00 wib, buruh Bekasi akan menuju KPU untuk mengawal Capres Prabowo mendaftarkan nomor urut capres (1/6). Mereka akan bergerak dari Omah buruh Kawasan Industri Ejip Cikarang ke Jakarta dengan menggunakan bus yang disediakan oleh DPP FSPMI/KSPI.
Pengawalan tersebut akan dipimpin langsung oleh Presiden FSPMI/KSPI Said Iqbal, ketua SPAI FSPMI Obon Tabroni, dan Anggota Dewan terpilih dari buruh Bekasi dapil 1 Nurdin. Undangan untuk pengawalan tersebut ditegaskan dalam sebuah pesan singkat yang disebarkan ke masing-masing serikat pekerja/buruh yang ada di kabupaten/kota Bekasi.
Dukungan buruh untuk Capres Prabowo ini sudah lama dideklarasikan, saat perayaan hari buruh 1 Mei 2014, Prabowo pun hadir di GBK Senayan Jakarta untuk memberikan semangat untuk kaum buruh. [hs/pksciktim.org]

Prabowo: Saya Tidak Biasa Banyak Pengawalan




Calon Presiden Prabowo Subianto berharap ia dan pasangannya, Hatta Rajasa, mendapat pengawalan seminim mungkin dari polisi.  Prabowo mengaku tidak biasa dikawal dengan ketat. 

"Saya berharap pengawalan seminim mungkin. Saya tidak terlalu biasa banyak pengawalan," kata Prabowo di Jakarta, Sabtu (31/5/2014) malam. 

Selain itu, menurut Prabowo, pengawalan yang minim juga akan menghemat biaya. Nantinya, anggaran bisa digunakan untuk hal-hal lainnya yang lebih bermanfaat.

"Yang jelas tidak terlalu banyak," ujarnya. 

Seperti diketahui, Polri menyiapkan pengawalan untuk para capres cawapres yang akan bertarung dalam Pemilu Presiden 9 Juli 2014 mendatang. Polri menyiapkan 380 orang polisi yang akan dibagi menjadi empat grup, masing terdiri dari 93 orang polisi. 

Setiap grup akan mengawal satu orang kandidat dengan tiga waktu tugas sehari. Satu grup tugas akan terdiri dari 31 orang. 

Tugas personel yang sedang dalam masa tugasnya adalah mengawal ke mana saja dan apa saja aktivitas kandidat. Pengawalan mulai dilakukan pada 1 Juni 2014 hingga 20 Oktober 2014. (kompas/pkssumut)

Fahri Hamzah: "Jangan Sampai Parpol Jadi Penegak Hukum"


JAKARTA - Partai politik jangan sampai berprilaku bak aparatur penegak hukum. Di negara demokrasi, yang diberi tugas mengawasi pelaksanaan dan penegakkan hukum adalah aparat penegak hukum.

Hal tersebut dikatakan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah, menjawab pertanyaan wartawan terkait surat edaran PDIP Jakarta Timur yang akan memata-matai khotbah di masjid-masjid.

"Jangan sampai ada partai politik jadi penegak hukum. Penegak hukum Islam tentu salat Jumatnya di masjid. Jangan malah memata-matai khotbah masjid," kata Fahri Hamzah, Sabtu (31/5).

Menurut Fahri, jika ada di antara materi khotbah di masjid yang dianggap menyimpang atau bernada memfitnah, mudah menyelesaikannya. "Kita tunggu saja sebentar hingga prosesi ibadah selesai, lalu kita tabayun (klarifikasi) kepada pemberi khotbah, kalau dia akui kesalahannya, kan selesai," ujar Fahri.

Lebih lanjut, juru debat pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa itu menegaskan, masjid itu instrumen masyarakat sipil jadi tidak bisa diintervensi oleh negara. Kalau ada masalah harus diselesaikan dengan sipil. Kalau ada unsur pidana, laporkan ke polisi.

"Saran saya ikut salat Jumat saja dulu. Jangan malah mengintelin khotbah di luar masjid. Kalau begitu caranya, pihak lain juga akan siap-siap juga. Akhirnya masjid jadi tempat bertengkar dan itu haram hukumnya," tegas anggota Komisi III DPR itu.

Selain itu, Fahri juga menyatakan sikapnya menolak kewajiban salat dijadikan undang-undang berikut sanksinya. "Itu kewajiban dari agama, ya sudah, biar jadi urusan agama. Kalau semua dosa dikonversi jadi tahanan badan. Kacau juga kehidupan sipil ini," ujarnya.

Terakhir Fahri menyarankan kubu Jokowi-JK jangan terlalu panik menghadapi situasi politik yang kian dinamis. "Santai sajalah, karena nama presiden sudah ada di tangan Tuhan. Bisa saja dua-dua tidak jadi karena Tuhan menginginkan yang lain," pungkasnya. (jpnn/pkssumut)

Diminta Dukung Jokowi-JK, Ibu-Ibu Pengajian Merasa Ditipu

Kongres relawan Demi Indonesia dalam rangka dukungan terhadap calon presiden dan wakil presiden, Jokowi dan Jusuf Kalla digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Sabtu (31/5/2014).

Ribuan warga dari berbagai daerah berdatangan untuk melakukan ikrar untuk mendukung Jokowi-JK.

Seperti dilangsir dari okezone.com, sayangnya, banyak warga yang merasa tertipu karena warga yang sebagian besar ibu-ibu tidak mengetahui akan diikutsertakan dalam acara tersebut.

Seperti yang diutarakan salah seorang warga asal Sukabumi, Zubaidah yang mengatakan awalnya ia diberitahu untuk mengikuti pengajian, namun malah diajak ke acara kongres tersebut. "Saya dikasih taunya mau ke pengajian Arifin Ilham, tapi malah diajak ke sini," jelasnya kepada okezone.

Lanjutnya, ia juga kecewa lantaran ia dan beberapa rekannya tidak kebagian makanan untuk makan siang. Selain Zubaidah, hal senada juga dikatakan warga asal Bekasi, Ani yang juga tak mengetahui akan diajak untuk mengikuti acara kongres dukungan Jokowi-JK.

"Saya juga dikasih tahunya mau ikut pengajian Isra Miraj, enggak tahu kalau ada acara Jokowi ini," ungkapnya.

Meski begitu, ia tidak terlalu kecewa karena ia bisa berjalan-jalan bersama keluarga dan warga lainnya.

Kongres relawan untuk mendukung Jokowi-JK ini digagas oleh Dahlan Iskan atas inisiatifnya sendiri. Sekira 6.000 warga yang diberi nama Relawan Demi Indonesia ini akan melakukan ikrar untuk mendukung Jokowi-JK saat pemilihan presidan nanti.[dm/pksnongsa.org]