Oleh : Abu Haniyya
Pemilu legislatif (pileg) sudah hampir pada tahap akhir. Komisi
Pemilihan Umum (KPU) akan segera merampungkan penghitungan suara di
selurih Indonesia. Perolehan kursi dan siapa yang akan duduk menjadi
wakil rakyat dari tingkat DPR, DPRD Provinsi hingga DPRD Kabupaten/Kota
akan segera dipastikan.
Pileg boleh saja berakhir tapi kisah-kihsa heroik dan fantastis dari
kader dan simpatisan Partai Keadikan Sejahtera (PKS) di penjuru
Nusantara tidak akan pernah terlupakan. Jejak-jejak perjuangan berbagai
elemen dari struktur, tim pemenangan pemilu dan akar rumput kader dan
simpatisan akan terus terukir indah dalam sejarah.
Banyak orang-orang yang tak pernah dikenal selama ini bahkan bukan kader
meninggalkan kisah indah dalam pertempuran di lapangan dakwah siyasi
yang mendapat pujian dari banyak kalangan. Mereka tak hanya mengorbankan
harta, bahkan beberapa kader harus gugur dalam berjuang mengamankan
amanah suara dari rakyat. Semoga mereka yang wafat dalam menjalankan
tugas daam pemilu lalu dicatat sebagai syahid di jalan Allah.
Ada kisah tak terlupakan lainnya yang sungguh sayang untuk saya
dilewatkan begitu saja. Kisah tentang tim pengamanan pemilu dari
kalangan warga non-kader di DPD PKS Kota Bogor. Mereka kami juluki
pasukan hitam-hitam (PH). Memang dari warna kulitnya mereka rata-rata
berkulit nyaris hitam. Tapi bukan karena warna kulit disebut PH, tapi
mereka sering memakai seragam bak sekuriti kantor berwarna hitam-hitam.
Pak Yusuf, yang merupakan ‘komandan’ PH, memberi kesan tersendiri bagi
saya. Beliau bertugas mengkoordinir dan memberi komando kemana saja dan
apa yang harus dilakukan anggota PH. Pak Yusuf juga memantau lalu-lalang
orang yang keluar masuk markas dakwah. Dengan memegang Radio Komunikas
(radkom) beliau mampu mengakses informasi dari berbagai frekuensi yang
kami, Kepanduan PKS Kota Bogor, tidak bisa masuk sebelumnya.
Laki-laki tinggi berpenampian rambut rapi ini juga membuat catatan
sangat rapi tentang kondisi keamanan di masrkaz dakwah dan laporan
anggota-anggotanya. Meski sebagai ‘komandan’ Pak Yusuf dengan ringan
tangan juga menjadi tukang parkir yang baik sehingga kendaraan yang
diparkir di halaman Markas Dakwah tertata rapi dan aman. Kerja Pak Yusuf
sangat professional. Lelaki bercucu dua ini takkan pulang bila belum
ada kami, dari personel Kepanduan yang piket
Ribath datang. Beliau tidak akan meninggalkan markas dakwah dalam keadaan kosong tanpa tim pengamanan.
Pak Yusuf professional dalam kerja pemgamanan karena beliau sudah
kenyang makan asam garam dalam dunia pengamanan. Beliau sering mendapat
pekerjaan pengamanan di tempat-tempat elit seperti SICC (Sentul
International Convention Center), tempat konser-konser artis
mancanegara. Sampai saat ini Pak Yusuf masih tercatat sebagai
koordinator tim pengamanan SICC. Beliau juga pernah menjadi tim inti
pengamanan pertandingan-pertandingan sepakbola di Gelora Bung Karno
(GBK).
Selain Pak Yusuf beberapa anggota lain juga bekerja sangat baik. Salah
satunya adalah Pak Mansur yang sering kita panggil Bang Gondrong. Bang
Gondrong berbadan gempal, gagah dengan rambut gondrong ini ternyata
sudah memiliki cucu dua orang. Saya sempat mendalami sedikit profesi
Bang Gondrong sebelum bergabung dengan Tim Pengamanan PKS Kota Bogor.
“Saya dulu kerja di Tanjung Priok, jagain barang-barang dari container
yang bongkar muatan. Sehari bisa dapat dua juta bila kontanernya isiny
barang mahal. Pernah terjadi bentrok antar tenaga pengamanan, saya
sampai kena tebas parang jari tangan saya, hampir putus, Mas.”
“Saya pernah juga ngambil barang yang digadaikan orang sudah tangan ke
tiga. Pas saya masuk ke tempat mobil itu, saya dihadang 17 orang yang
masing-masing bawa dua parang. Sementara saya Cuma bawa pistol enam
peluru. Lalu saya bilang ke mereka: Apa kamu bisa nangkis peluru saya?”
Kisah Bang Gondrong selama hidup dari pekerjaan “keras” ini membuat bulu
kuduk saya bergidik. Mereka ternyata dulunya “penguasa jalanan” yang
hidupnya dalam risiko tinggi. Dan saat pemilu mereka memilih bergabung
dengan kami, bersama-sama Kepanduan PKS mengamankan rangkaian kegiatan
pileg 2014 dari Apel Siaga hingga Penghitungan akhir oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPUD) Kota Bogor.
Selama sebulan lebih interaksi kami bersama pasukan hitam-hitam terjalin
akrab. Beliau merasa nyaman dengan kami. Awalnya mungkin mereka bekerja
sebagai petugas keamanan yang dibayar, namun melihat pengalaman dan
cara kerja mereka yang penuh disiplin, rapi dan penuh loyalitas, rasanya
mereka sudah memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar bekerja karena
uang. Ada benih cinta di hati mereka yang mulai tumbuh pada Partai
dakwah ini. Mereka merasakan lingkungan bekerja yang nyaman dan adem
bersama kader PKS, khususnya bersama Kepanduan.
Pak Yusuf, Bang Gondrong dan kawan-kawan adalah secuil elemen kecil yang
menjadikan PKS tetap Eksis dan memukau di Pemilu 2014 ini. Kontribusi
mereka sangat penting dan jangan pernah hilang dalam ingatan kita semua.
Mereka ikut berperan mengamankan suara sampai mengantarkan beberapa
kader mendapat amanah menjadi wakil rakyat.
Banyak lagi elemen lain yang sangat panjang untuk dituliskan. Dan
meskipun tak tertulis, mereka, pejuang tak terceritakan, mujahid tak
terpublikasi dan petarung tangguh penuh peluh tanpa keluh yang jangan
sampai hilang dalam ingatan kita. Atas peluh bahkan darah hingga nyawa
mereka, banyak suara rakyat terselamatkan. Melalui kerja senyap mereka,
PKS masih bisa berdiri tegak untuk melanjutkan kerja-kerja untuk bangsa
ini.
Semoga Allah meridloi dan member balasan terbaik untuk mereka.
Salam dari Bogor untuk Indonesia.
*pkspiyungan