SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Sunday, 4 May 2014

5 Gunung Api Indonesia Dalam Kondisi Siaga, Mensos Siapkan Buffer Stock


Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada Badan Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), baru-baru ini menaikkan status Gunung Slamet di Jawa Tengah dari waspada menjadi siaga, meningkatkan jumlah gunung berapi yang berstatus siaga.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono mengatakan lima gunung api di Indonesia kini dalam kondisi siaga dan 19 lainnya berstatus waspada.

Kelima gunung tersebut, menurut Surono, adalah Gunung Slamet di Jawa Tengah, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, serta Gunung Soputan, Gunung Karangetang dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara.

Peningkatan status itu, tambahnya, dilakukan karena sejumlah indikator pemantauan menunjukan peningkatan aktivitas gunung mulai dari kegempaan vulkanik hingga adanya penggelembungan tubuh gunung.

Terkait kondisi ini, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri menyatakan Sumber Daya Manusia (SDM) di Kementerian Sosial terus disiagakan dan ditingkatkan keterampilannya terkait naiknya status lima gunung api di Indonesia.

“SDM dari Kemensos sudah siap seperti Taruna Siaga Bencana, tapi masyarakat juga perlu waspada,” kata Salim Segaf Al Jufri, di Balikpapan, Sabtu (3/5).

Kemensos juga meningkatkan kapasitas Kampung Siaga Bencana (KSB) terutama di lima titik sekitar gunung api tersebut.

“KSB terus dilibatkan terutama peningkatan kesadaran masyarakat untuk selalu siap siaga menghadapi bencana,” kata Mensos.

Di samping itu, Kemensos juga sudah mempersiapkan stok penyangga (buffer stock) untuk kondisi tanggap darurat yang sudah didistribusikan ke dinas sosial setempat. (ROL)

Ucapan Terimakasih atas Dukungan Masyarakat, PKS Gelar Bakti Sosial


#AYTKTM (Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani) bukan sekedar slogan PKS dalam menyongsong Pemilu 2014. Pasca pileg 9 April pun kader dan struktur PKS tetap menebar manfaat untuk masyarakat dengan kerja dan pelayanan.

Seperti yang dilakukan PKS Tanjungbalai, Sumatera Utara, hari Ahad ini (4/5/2014). Bertempat di depan Taman Makam Pahlawan, PKS Tanjung balai menggelar Bhakti Sosial Kesehatan Gratis. Kegiatan ini juga sekaligus bentuk Terimakasih PKS Tanjungbalai untuk masyarakat yang telah berpartisipasi dalam Pemilu 2014.

Pemilu boleh berlalu, Pelayanan PKS kan tetap selalu :)


 

Pasukan Hitam Putih Dibelakang PKS


Oleh : Abu Haniyya

Pemilu legislatif (pileg) sudah hampir pada tahap akhir. Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan segera merampungkan penghitungan suara di selurih Indonesia. Perolehan kursi dan siapa yang akan duduk menjadi wakil rakyat dari tingkat DPR, DPRD Provinsi hingga DPRD Kabupaten/Kota akan segera dipastikan.

Pileg boleh saja berakhir tapi kisah-kihsa heroik dan fantastis dari kader dan simpatisan Partai Keadikan Sejahtera (PKS) di penjuru Nusantara tidak akan pernah terlupakan. Jejak-jejak perjuangan berbagai elemen dari struktur, tim pemenangan pemilu dan akar rumput kader dan simpatisan akan terus terukir indah dalam sejarah.

Banyak orang-orang yang tak pernah dikenal selama ini bahkan bukan kader meninggalkan kisah indah dalam pertempuran di lapangan dakwah siyasi yang mendapat pujian dari banyak kalangan. Mereka tak hanya mengorbankan harta, bahkan beberapa kader harus gugur dalam berjuang mengamankan amanah suara dari rakyat. Semoga mereka yang wafat dalam menjalankan tugas daam pemilu lalu dicatat sebagai syahid di jalan Allah.

Ada kisah tak terlupakan lainnya yang sungguh sayang untuk saya dilewatkan begitu saja. Kisah tentang tim pengamanan pemilu dari kalangan warga non-kader di DPD PKS Kota Bogor. Mereka kami juluki pasukan hitam-hitam (PH). Memang dari warna kulitnya mereka rata-rata berkulit nyaris hitam. Tapi bukan karena warna kulit disebut PH, tapi mereka sering memakai seragam bak sekuriti kantor berwarna hitam-hitam.

Pak Yusuf, yang merupakan ‘komandan’ PH, memberi kesan tersendiri bagi saya. Beliau bertugas mengkoordinir dan memberi komando kemana saja dan apa yang harus dilakukan anggota PH. Pak Yusuf juga memantau lalu-lalang orang yang keluar masuk markas dakwah. Dengan memegang Radio Komunikas (radkom) beliau mampu mengakses informasi dari berbagai frekuensi yang kami, Kepanduan PKS Kota Bogor, tidak bisa masuk sebelumnya.

Laki-laki tinggi berpenampian rambut rapi ini juga membuat catatan sangat rapi tentang kondisi keamanan di masrkaz dakwah dan laporan anggota-anggotanya. Meski sebagai ‘komandan’ Pak Yusuf dengan ringan tangan juga menjadi tukang parkir yang baik sehingga kendaraan yang diparkir di halaman Markas Dakwah tertata rapi dan aman. Kerja Pak Yusuf sangat professional. Lelaki bercucu dua ini takkan pulang bila belum ada kami, dari personel Kepanduan yang piket Ribath datang. Beliau tidak akan meninggalkan markas dakwah dalam keadaan kosong tanpa tim pengamanan.

Pak Yusuf professional dalam kerja pemgamanan karena beliau sudah kenyang makan asam garam dalam dunia pengamanan. Beliau sering mendapat pekerjaan pengamanan di tempat-tempat elit seperti SICC (Sentul International Convention Center), tempat konser-konser artis mancanegara. Sampai saat ini Pak Yusuf masih tercatat sebagai koordinator tim pengamanan SICC. Beliau juga pernah menjadi tim inti pengamanan pertandingan-pertandingan sepakbola di Gelora Bung Karno (GBK).

Selain Pak Yusuf beberapa anggota lain juga bekerja sangat baik. Salah satunya adalah Pak Mansur yang sering kita panggil Bang Gondrong. Bang Gondrong berbadan gempal, gagah dengan rambut gondrong ini ternyata sudah memiliki cucu dua orang. Saya sempat mendalami sedikit profesi Bang Gondrong sebelum bergabung dengan Tim Pengamanan PKS Kota Bogor.

“Saya dulu kerja di Tanjung Priok, jagain barang-barang dari container yang bongkar muatan. Sehari bisa dapat dua juta bila kontanernya isiny barang mahal. Pernah terjadi bentrok antar tenaga pengamanan, saya sampai kena tebas parang jari tangan saya, hampir putus, Mas.”

“Saya pernah juga ngambil barang yang digadaikan orang sudah tangan ke tiga. Pas saya masuk ke tempat mobil itu, saya dihadang 17 orang yang masing-masing bawa dua parang. Sementara saya Cuma bawa pistol enam peluru. Lalu saya bilang ke mereka: Apa kamu bisa nangkis peluru saya?”

Kisah Bang Gondrong selama hidup dari pekerjaan “keras” ini membuat bulu kuduk saya bergidik. Mereka ternyata dulunya “penguasa jalanan” yang hidupnya dalam risiko tinggi. Dan saat pemilu mereka memilih bergabung dengan kami, bersama-sama Kepanduan PKS mengamankan rangkaian kegiatan pileg 2014 dari Apel Siaga hingga Penghitungan akhir oleh Komisi Pemilihan Umum (KPUD) Kota Bogor.

Selama sebulan lebih interaksi kami bersama pasukan hitam-hitam terjalin akrab. Beliau merasa nyaman dengan kami. Awalnya mungkin mereka bekerja sebagai petugas keamanan yang dibayar, namun melihat pengalaman dan cara kerja mereka yang penuh disiplin, rapi dan penuh loyalitas, rasanya mereka sudah memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar bekerja karena uang. Ada benih cinta di hati mereka yang mulai tumbuh pada Partai dakwah ini. Mereka merasakan lingkungan bekerja yang nyaman dan adem bersama kader PKS, khususnya bersama Kepanduan.

Pak Yusuf, Bang Gondrong dan kawan-kawan adalah secuil elemen kecil yang menjadikan PKS tetap Eksis dan memukau di Pemilu 2014 ini. Kontribusi mereka sangat penting dan jangan pernah hilang dalam ingatan kita semua. Mereka ikut berperan mengamankan suara sampai mengantarkan beberapa kader mendapat amanah menjadi wakil rakyat.

Banyak lagi elemen lain yang sangat panjang untuk dituliskan. Dan meskipun tak tertulis, mereka, pejuang tak terceritakan, mujahid tak terpublikasi dan petarung tangguh penuh peluh tanpa keluh yang jangan sampai hilang dalam ingatan kita. Atas peluh bahkan darah hingga nyawa mereka, banyak suara rakyat terselamatkan. Melalui kerja senyap mereka, PKS masih bisa berdiri tegak untuk melanjutkan kerja-kerja untuk bangsa ini.

Semoga Allah meridloi dan member balasan terbaik untuk mereka.

Salam dari Bogor untuk Indonesia.

*pkspiyungan

"Kader Penjaga Eksistensi Dakwah" by @dedhi_suharto


Twit by @dedhi_suharto
(Penulis buku Keluarga Qur'ani)


Subuh pagi ini (Ahad, 4/5) masjid di tempatku dipenuhi anak-anak kecil. Usia 6-8 tahunan. Ada sekitar 8 orang mereka.

Dan bersama mereka seorang keturunan Arab yang lebih muda dariku. "Anak2 itu mabit semalam," katanya tersenyum.

Ia ikhwah yang bekerja dalam senyap. Tidak berkoar-koar atau sibuk menangkis serangan lawan. Ia bekerja dan bekerja.

Belum lama ia juga yang memanggul berkarung2 beras untuk acara sembako murah. Badannya yang gempal benar-benar berguna mengangkat beban.

Bila ada kematian atau orang kesusahan, ia yang pertama perhatian. Kadang ia mengajakku setengah memaksa. Begitulah hidupnya penuh amal.

Kadang kalau sedang berdua denganku ia bilang, "Mas, aku mau muroja'ah. Tolong disimak." Begitulah ikhwah ini penuh ruhiyyah dan semangat.

Interaksinya dengan Al Qur'an luar biasa. Bacaannya yang syahdu membuatku rindu untuk jadi makmumnya.

"Mas saja yang jadi imam," begitulah ia selalu berusaha menghormatiku. Jawabku, "Gak. Aku ingin mendengar bacaanmu. Kamu imamnya."

Saat aku makmum kepadanya, beberapa kali aku tak kuasa menahan tangis. Aku yang dulu mengajaknya tergabung dalam tarbiyyah ini.

Dan kini aku melihatnya tumbuh sebagai pribadi yang menarik. Bahkan dalam beberapa hal, aku kalah amal darinya.

Saat-saat serangan lawan mendera seperti saat ini, aku terbayang dengan kader-kader yang bekerja senyap sepertinya.

Tanpa kerja tetap, mereka tetap bekerja. Tetapi jiwa memberi mereka tak terkalahkan.

Kadang kalau saya sewa tenaganya untuk mengerjakan sesuatu dan kuupah, dikembalikannya sebagian upah. "Cukup segini saja, Mas," katanya.

Begitulah saya berharap banyak ikhwah yang bekerja senyap. Bekerja bukan karena "wani piro", tetapi "piro-piro wani." Berapa saja ok.

Bila ikhwah spt ini diteladani, saya yakin serangan kepada jamaah dan para qiyadah tidak berarti apa-apa. Dan jama'ah dakwah ini bertumbuh.

Tapi bila banyak ikhwah yang lebay, suka galau, maka tak perlu diserang pun, eksistensi jama'ah dakwah ini bisa terancam.

*pkspiyungan

Applause untuk PKS


Fahmi Irhamsyah
Pengamat Politik UNJ

Hari ini perlu juga rasanya kita berikan Applause pada satu partai yang menurut sebagian pengamat akan "gugur" dalam pemilu ini. Mereka adalah Partai Keadilan Sejahtera.

Dalam survey yang dilakukan oleh Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) selama tahun 2013 PKS diprediksi tidak akan lolos Parliamentary Threshold (PT) sebab dalam hasil survey SSS PKS hanya akan mencapai 3.15 %. Namun ternyata data Quick Count menunjukkan hasil yang berbeda jauh, PKS mendapatkan hasil sebesar 6.73%. Dengan margin eror sebesar 1.2 % bukan tidak mustahil angka 7% bisa dicapai oleh PKS. Dan ini berarti tidak terlalu jauh berbeda dengan perolehan PKS pada Pemilu 2009 sebesar 7.88% disaat PKS belum tertimpa masalah seperti saat ini.

Soliditas Kader

Menurut SSS menjelang pemilu 2014, penyebab PKS tidak akan lolos PT adalah karena permasalahan hukum yang menjerat mantan presiden mereka Luthfi Hasan Ishaq. Memang betul kasus yang menimpa LHI berdampak cukup signifikan pada PKS sebab persepsi publik yang selama ini memandang PKS sebagai Partai anak muda Islami yang Bersih  harus terganggu akibat masalah tersebut.

Sejak kasus LHI muncul di media, berbagai  kecaman dan pendapat pengamat yang menyatakan PKS akan selesai pada tahun ini dijawab dengan cerdas oleh Presiden PKS yang baru, saudara Anis Matta. Sebab dalam waktu bersamaan Anis Matta mampu memainkan perannya dengan luar biasa. Mundurnya Anis Matta dari kursi Wakil DPR dan fokus mengurusi Partai kiranya perlu diacungi jempol karena sikapnya berbanding terbalik dengan SBY yang menjadi ketua umum Demokrat disaat menjadi Presiden RI.

Tanpa tendensi apapun penulis merekomendasikan kepada DPR tahun 2014 ini untuk fokus juga mengatur tentang pejabat publik yang rangkap jabatan dengan menjadi ketua umum partai. Hal ini harus dilakukan agar demokrasi kita menjadi lebih matang sehingga fenomena pejabat yang cuti untuk mengurusi kampanye partai bisa diminimalisir.

Selama setahun belakangan ini Anis Matta fokus melakukan konsolidasi internal, upaya mengembalikan kepercayaan kader dilakukan dengan banyak melakukan kunjungan ke berbagai wilayah basis Massa PKS di dalam dan luar negeri. Hasilnya memang cukup mencengangkan. Berdasarkan berita dari detik pada 10 april 2014, PKS mendapatkan peringkat 2 setelah PDIP di 80 perwakilan luar negeri. Bahkan di negara-negara seperti Turki, Hongkong dan Mesir PKS menang mutlak.

Kekecawaan publik dengan PKS sejatinya tidak jauh berbeda dengan kekecewaan Publik pada Demokrat. Namun mengapa tingkat penurunannya berbeda? PKS pada 2009 mendapat 7.88% dan saat ini 6.73%, sedangkan Demokrat pada 2009 mendapat 20.85% sedangkan Quick Count menunjukkan 9.79%. Ada beberapa hipotesis sederhana yang ingin penulis ajukan untuk menjawab pertanyaan ini.

Pertama, Kematangan Organisasi. Tidak berlebihan kiranya jika banyak peneliti menyatakan PKS adalah organisasi pembelajar, fenomena ini bisa kita lihat dari cara PKS merespon penangkapan LHI. Jika Demokrat membutuhkan waktu cukup lama untuk menentukan Ketua Umum juga pengganti Anas, PKS ternyata dalam waktu singkat bisa mengganti posisi strategis Presiden Partai dan Sekjen nyaris tanpa gesekan di internal partai mereka.

Kedua, pengkaderan yang terorganisir dan konsisten. Dahulu PKI adalah Partai yang memiliki kaderisasi terbaik, kini PKS layak pula diberikan label tersebut. PKS telah berhasil membuktikan efektifitas kaderisasinya. Keberhasilan PKS memenuhi GBK pada hari pertama Kampanye serta kemenangan yang didapatkan di luar negeri kiranya mampu merepresentasikan keberhasilan Kaderisasi mereka. Pengkaderan yang terorganisir dan konsisten ini pula yang sejatinya menjadi salah satu stimulus kemunculan soliditas kader yang kini mereka sebut dengan Kader Effect.

Kini patut kiranya kita berikan Apresiasi Objektif pada PKS atas keberhasilan mereka melewati masalah dengan hasil paling tidak sama dengan Pemilu 2009. Meskipun demikian PKS tentunya harus kembali mengatur strategi untuk mempersiapkan Pemilu Presiden, sebab dengan perolehan suara yang jauh dari 20% tidak mungkin PKS bisa melaju sendiri.

*pkspiyungan

Muhammadiyah-NU Dukung Penutupan Lokalisasi Dolly



SURABAYA--Dukungan terhadap penutupan lokalisasi Dolly terus mengalir. Kali ini, dukungan datang dari dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) Jatim.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim, Nurcholis Huda, akan mendorong Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi Dolly. “Muhammadiyah secara prinsip setuju Dolly ditutup. Kami pasti mendukung,” ujarnya via telepon seluler kepada Republika.

Terpisah, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim KH Mutawakkil Alallah meminta penutupan Dolly jangan hanya sekedar wacana, tapi harus dibuktikan secara konkrit di lapangan. “Sudah lama kami sebenarnya menginginkan lokalisasi Dolly ditutup. Mumpung Gubernur mewacanakan penutupan Dolly. Kalau bisa jangan wacana saja, sebab kami setuju,” katanya.

Mutawakkil mengungkapkan bahwa dirinya malu jika Jatim, khususnya Surabaya memiliki lokalisasi terbesar dari segi penghuni. Pasalnya, kata Mutawakkil, Jatim tercatat sebagai provinsi yang paling banyak memiliki pesantren. Dari sekitar 14 ribu pesantren di Indonesia, 60 persen berada di Jatim.

“Fakta itu membuat saya malu. Hampir setiap pertemuan baik skala nasional maupun internasional, ulama asal Jatim selalu ditanya soal Dolly,” bebernya. (ROL)