SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Monday, 2 June 2014

Fahri Hamzah: Prabowo Pemimpin Jenius, Hasil Tes IQ 152



Palangkaraya - Wasekjen PKS Fahri Hamzah membuka catatan soal sosok Prabowo Subianto. Menurut Fahri, Prabowo merupakan sosok pemimpin yang pintar, bila melihat hasil tes IQ.

Dengan berapi-api, di depan relawan Prabowo-Hatta, di Palangkaraya, Kalteng, Senin (2/6/2014), Fahri menyampaikan kelebihan dari seorang Prabowo.

"Kemarin saya dengar yang baca test psikologi bahwa IQ pak Prabowo hasilnya 152. Bayangkan kalau 152 itu kategori pemimpin yang jenius yang mampu memikul pikiran rakyat," terang Fahri di depan ribuan massa.

"Sedangkan kalau tidak cerdas, akan membebankan rakyat," jelasnya yang disambut tepuk tangan.

Prabowo-Hatta membentuk 68 jaringan di Kalimantan Tengah. Pasangan ini juga mengerahkan 5 ribu relawan untuk memenangkan pertarungan di Pilpres di Bumi Kalteng.

*http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/02/113553/2596983/1562/fahri-hamzah-prabowo-pemimpin-jenius-hasil-tes-iq-152

Kepanikan Poros Jokowi-JK


Oleh Kiagus Ismail Hamzah*

Saya mulai menyadari bahwa Poros Jokowi-JK sudah kehabisan bahan kampanye untuk menunjukan bahwa mereka lebih baik daripada pasangan Prabowo-Hatta ketika membaca ucapan JK hari ini yang kurang lebih bahwa berbahaya bila pemimpin tidak mempunyai istri, yang merujuk pada kondisi Prabowo sebagai duda cerai yang belum beristri. Argumen semacam ini biasa terlontar di media sosial dan lebih bersifat ledekan dan hominem yang tidak memiliki nilai-nilai ilmiah sama sekali.

Mengapa pernyataan JK tersebut tidak ilmiah dan menunjukan mereka kehabisan bahan? Karena dalam ilmu kepemimpinan manapun tidak ada yang menghubungkan kemampuan memimpin dengan keberadaan pasangan hidup (suami atau istri), terbukti Ratu Elizabeth Tudor dari Inggris dipandang sebagai salah satu monarki terbaik yang pernah memimpin Inggris dan menghalau armada Spanyol yang jauh lebih besar padahal dia tidak pernah menikah. Saya kira JK pasti paham bahwa tidak ada hubungan antara pasangan hidup dengan kemampuan memimpin, dan bila sampai politisi yang berkaliber sepertinya melontarkan pernyataan absurd seperti itu untuk mendiskriditkan saingan, maka maaf saja karena saya harus menyimpulkan bahwa hal ini menunjukan kubu JK sedang panik.

Memang wajar mereka panik karena semua serangan kampanye hitam mereka ke kubu Prabowo, termasuk yang paling berat: isu HAM, tidak ada yang tembus, semuanya mental dan tidak mempan; sementar itu strategi mereka untuk melakukan "Politik Dzalimi" atau "Lempar Batu Sembunyi Tangan" yang biasa berhasil memancing dukungan dari rakyat sekarang hanya disambut oleh suara jangkrik di malam hari karena rakyat sudah tidak bisa ditipu lagi oleh pencitraan "sok lemah" dari Jokowi.

Selain itu bagaimana tidak panik? Karena semua serangan kubu Prabowo tepat sasaran dan efektif, sementara serangan balasan kubu Jokowi terhadap serangan tersebut sering blunder dan membuka luka yang tidak perlu, misalnya secara terbuka Prabowo dan Fadli Zon menyebut Jokowi sebagai capres boneka; dan Megawati malah menambahkan bahwa Jokowi hanya petugas partai yang ditugaskan menjadi capres sehingga tetap wajib menjalankan tugas dari partai dengan baik, sehingga terbuktilah Jokowi adalah boneka.

Contoh kedua, Prabowo dan Fadli Zon menyebut Jokowi pembohong; dan Sabam Sirait (pendiri PDIP -ed) malah membuka kebohongan Jokowi bahwa tidak ada syarat berkoalisi dengan PDIP ketika mengungkap mahar JK menjadi cawapres Jokowi adalah Rp. 10trilyun.

Selain itu bagaimana Jokowi dan JK dapat meyakinkan rakyat Indonesia bahwa mereka adalah pasangan terbaik demi bangsa bila faktanya JK sebagai cawapres Jokowi pernah mengatakan bahwa Jokowi menjadi presiden akan menghancurkan Indonesia dan membawa banyak masalah karena Jokowi tidak berkompeten menjadi presiden; sementara PDIP sebagai partai pengusung Jokowi pernah mengeluarkan kesimpulan bahwa pemerintahan SBY dan "JK" telah gagal dalam segala bidang termasuk gagal mensejahterakan rakyat dan gagal memberi keamanan kepada rakyat banyak.

Wujud kepanikan kubu JK dan Jokowi lain adalah fakta bahwa mereka begitu depresi untuk menarik dukungan baru sampai mereka berkali-kali mengklaim individu tertentu mendukung Jokowi dan beberapa saat kemudian si individu melakukan klarifikasi bahwa tidak benar mereka mendukung Jokowi, misalnya mereka mengklaim istri Ketua PBNU yang mendukung Prabowo, Said Aqil Siroj, istrinya mendukung Jokowi, dan sore harinya sang istri memberi klarifikasi bahwa pernyataan tersebut tidak benar, lagipula sebagai istri tidak mungkin dia mendukung pasangan yang berbeda dari yang didukung suami; klaim kedua adalah bahwa Iwan Fals mendukung Jokowi, yang segera diklarifikasi oleh Jokowi bahwa hal tersebut tidak benar; dan klaim ketiga lebih keterlaluan, klaim bahwa Ketua PP Muhammadiyah memuji sholat Jokowi dan mendukung Jokowi menjadi presiden, yang akan dijelaskan di bawah ini.

Berdasarkan klarifikasi dari Din Syamsuddin terungkap manipulasi berita oleh media massa pendukung Jokowi antara lain Tempo; Detik; Media Indonesia dan Metro TV, antara lain: (1) bahwa tidak benar dia memuji sholat Jokowi di Gedung PP Muhammadiyah sebab Sholat Dzuhur merupakan sholat yang dilakukan secara lirih jadi tidak mungkin bacaannya bisa dinilai karena tidak kedengeran; (2) bahwa tidak benar dia pernah mengatakan bacaan atau gerakan sholat Jokowi bagus; (3) secara khittah Muhammadiyah selalu netral namun mempersilakan anggotanya memilih berdasarkan preferensi masing-masing, dan (4) doa dari Din Syamsuddin agar Jokowi menjadi presiden bukan bentuk dukungan melainkan sekedar kewajiban seorang muslim mendoakan saudaranya mendapat kebaikan.

Di atas semua itu pengakuan Jokowi bahwa mereka kalah telak dalam pertempuran udara telah menandakan bahwa strategi dan materi mereka telah gagal total, sehingga hal ini bisa jadi merupakan salah satu alasan JK sampai menurunkan derajatnya sendiri sebagai mantan wapres RI dan mantan ketum Golkar dengan memainkan isu konyol seperti ketiadaan istri Prabowo akan membahayakan Indonesia.***

*sumber: https://www.facebook.com/HenryMars/posts/10203061898562573
*pkspiyungan

Prabowo janji akan hormati apapun keputusan rakyat dalam pilpres


Pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa resmi menggunakan nomor urut satu (1) dalam Pilpres 9 Juli nanti. Dalam sambutannya setelah pengundian nomor urut, Prabowo mengucapkan apresiasinya kepada sejumlah pihak dalam mensukseskan penyelenggaraan Pemilu 2014.

"Saya atas nama diri saya dan Pak Hatta dan seluruh koalisi merah putih mengucapkan terima kasih ke KPU yang menyelesaikan tahap demi tahap demokrasi yang kita laksanakan," ujar Prabowo di KPU, Jakarta, Minggu (1/6).

Prabowo berjanji akan bekerja keras untuk memenangkan pemilu presiden tahun ini. Namun dia mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat untuk memilih, siapa capres yang akan menang dalam pilpres mendatang.

"Kita akan kerja keras agar proses demokrasi lebih baik. Kami akan kampanye keras, turun ke rakyat, kami akan hormati keputusan rakyat," tegas dia.

Menurut dia, sejauh ini penyelenggaraan pemilu sudah baik. Karena itu, Prabowo berkomitmen untuk menjaga pemilu berjalan dengan baik sampai selesai nanti.

"Saya atas nama diri saya dan Pak Hatta dan koalisi merah putih termasuk KPU yang telah bekerja keras, tahap demi tahap proses demokrasi untuk kita laksanakan. Alhamdulillah berjalan baik dan tertib, Insya Allah kami bekerja sekeras mungkin agar demokrasi ini berjalan sebaik-baiknya," pungkasnya.

*http://www.merdeka.com/politik/prabowo-janji-akan-hormati-apapun-keputusan-rakyat-dalam-pilpres.html

Disalami Prabowo, Megawati Ogah Berdiri


JAKARTA - Peristiwa cenderung janggal terjadi saat Prabowo Subianto- Hatta Rajasa serta Joko Widodo-Jusuf Kalla menghadiri rapat pleno KPU untuk mengundi nomor urut peserta Pilpres 9 Juli 2014, Minggu (1/6/2014).

Jokowi-JK, menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden RI yang lebih dulu sampai di kantor KPU, ketimbang Prabowo-Hatta.

Mereka ditemani Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PKPI Sutiyoso.

Sementara Prabowo-Hatta datang terakhir. Sadar kubu pesaingnya hadir lebih dulu, pasangan tersebut lantas berinisiatif mendatangi serta mengulurkan tangan untuk berjabat.

Jokowi, JK, Surya Paloh, Muhaimin, dan Sutiyoso, sontak berdiri untuk menyambut itikad baik Prabowo-Hatta.

Tapi, Megawati tampak terlihat membalas salam capres yang diusung Koalisi Merah Putih tersebut sembari tetap duduk. Setelah menyalami mereka, Prabowo dan Hatta duduk di tempat tersedia.

Dari pantauan Tribunnews di KPU, Jakarta, Minggu (1/6/2014), terlihat Jokowi mengenakan kemeja kotak-kotak dengan lengan digulung. Sementara Kalla mengenakan kemeja putih-putih. Sedangkan Prabowo dan Hatta kompak mengenakan kemeja panjang putih-putih lengkap dengan peci hitam.

*http://nasional.kompas.com/read/2014/06/01/2011211/Disalami.Prabowo.Megawati.Ogah.Berdiri

Jokowi Menggurui, Prabowo Menghargai


Pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla mendapatkan nomor urut 2 dalam Pemilu Presiden 2014. Bagi Jokowi, angka dua merupakan simbol keseimbangan dan harmoni.

"Nomor dua simbol keseimbangan. Ada capres, ada cawapres. Ada mata kanan, ada mata kiri. Ada tangan kanan kiri. Semua harmoni dalam sebuah keseimbangan," kata Jokowi dengan nada menggurui sambil menunjuk bagian dari anggota tubuh yang disebutnya, saat memberi kata pengantar usai pengambilan dan penetapan nomor urut peserta Pilpres di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta (Minggu, 1/6).

Dikatakan Jokowi, harmoni dalam sebuah keseimbangan sangat dibutuhkan dalam kehidupan.

"Untuk menuju Indonesia yang penuh harmoni, pilihlah nomor dua," ujar Jokowi, di depan pendukung dua pasangan capres-cawapres, KPU, dan Bawaslu. 

Sementara itu, capres Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa mengatakan akan berupaya keras menyampaikan gagasan dan platform yang diusungnya kepada calon pemilih. Dia menegaskan menghargai pilihan rakyat.

"Saya menyerahkan keputusan akhir di tangan rakyat," jelasnya tanpa menyinggung nomor urut yang diterimanya.[dem]

*http://m.rmol.co/news.php?id=157697

Pakar Hukum Pidana: Rekening Sumbangan Jokowi-JK Termasuk Gratifikasi

Pakar Hukum Pidana, Dr Mudzakir SH MH

Pembukaan rekening atas nama capres Jokowi dan pasangannya, Jusuf Kalla dikritik sebagai bentuk gratifikasi.

Pakar hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII), Mudzakkir mengatakan, Jokowi masih menjabat gubernur DKI Jakarta meskipun sedang cuti.

"Lain halnya jika mengundurkan diri, karena sudah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur," ujar Mudzakkir.

Sebagai solusi untuk menghinfari adanya peluang gratifikasi atau suap, menurut dia, Jokowi seharusnya mundur dari jabatannya seperti yang dilakukan cawapres Prabowo, Hatta Rajasa untuk menjaga netralitas dan steril dari pengaruh dan mempengaruhi jabatannya sebagai Menteri.

"Saya khawatir pembiaran gratifikasi dan suap dengan alasan cuti untuk kegiatan atau ikut kompetisi jabatan lain, akan tidak produktif dalam pembarantasan tipikor," terang Mudzakkir.

Ia justru heran jika cindera matapernikahan putri Sekjen Mahkamah Agung, Nurhadi bisa dinyatakan gratifikasi. Sementara, sebaliknya tidak dengan Jokowi yang sengaja buka rekening untuk menampung harta sumbangan donatur.

Mudzakkir menambahkan, KPK seharusnya menindak rekening Jokowi-JK jika yang bersangkutan tak juga melaporkan dalam waktu 30 hari.

"Ya batas waktunya 30 hari kalau dinilai sebagai gratifikasi. Kalau dinilai sebagai suap aktif atau pasif, bisa langsung ditindak. Karena gratifikasi sebagai bentuk dari suap yang bedanya hanya tipis sekali," demikian Mudzakkir.[wid]

*http://politik.rmol.co/read/2014/06/01/157686/1/Pakar-Hukum-Pidana:-Rekening-Sumbangan-Jokowi-JK-Termasuk-Gratifikasi

Fahri Hamzah Usulkan Publikasi Hasil Tes Psikologi Capres-Cawapres


JAKARTA -- Juru debat Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah mengusulkan hasil tes psikologi pasangan capres-cawapres 2014 diumumkan kepada publik agar masyarakat memiliki informasi dan data yang lebih lengkap mengenai calon pemimpinnya.

Menurut Fahri kepada pers di Jakarta, Ahad (1/6), meskipun data kesehatan termasuk data pribadi yang bersifat rahasia, namun karena diperlukan untuk bahan penilaian terhadap calon pemimpin bangsa, maka perlu dibuka.

"Saya kira harus dibuka hasilnya supaya rakyat tahu kayak apa sih tingkat kecerdasan, kecakapan, kejujuran dan tingkat komitmen capres yang akan dipilihnya," katanya.

Dia mengatakan, orang yang mau masuk pegawai perusahaan saja harus mau diperiksa tes kesehatannya dan pemilik perusahaan berhak menolak kalau terbukti secara kesehatan baik fisik maupun rohani tidak sesuai dengan kriteria kebutuhan perusahaan. "Rakyat harusnya juga diberi tahu, kalau memang mau menerima kekurangan ya itu terserah rakyat sendiri," kata Fahri Hamzah.

Ketika ditanya apakah Prabowo setuju hasil tes psikologinya diumumkan, sambil tertawa, Fahri langsung menukas, "Bila tujuannya untuk mendapatkan pemimpin yang baik, rakyat tahu karakter pemimpinnya, kenapa tidak? Makanya saya ajukan usulan ini supaya rakyat tidak salah memilih pemimpin. 'Kan hasil tesnya bisa digunakan untuk lakukan penilaian," katanya.

Yang paling penting diketahui oleh publik, menurut Fahri, adalah hasil tes psikologi karena dengan mengetahui hasil tes psikologi, rakyat yang akan memilih akan tahu seperti apa konsistensi capres, kemantapan hati, kecerdasan, motivasi dan alasan yang mendorongnya menjadi calon presiden.

"Calon presiden harus mau membuka hal ini karena ini seharusnya kalau mau jadi presiden rakyat harus diberi tahu rahasia pribadi seperti hasil psikotes sekalipun. Ini sebenarnya masuk ke informasi publik harusnya bisa diperoleh masyarakat karena yang termasuk informasi publik itu kalau urgensinya menentukan kehidupan publik atau masyarakat. Masa' kita gak boleh tahu kalau capresnya punya kelainan," katanya.

Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Berdasarkan pengundian nomor urut di KPU pada Minggu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapat nomor urut 1, sedangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla nomor urut dua.

*http://www.republika.co.id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/06/01/n6hhpe-fahri-hamzah-usulkan-publikasi-hasil-tes-psikologi

"Aura Kemenangan" by @Fahrihamzah


Twit @Fahrihamzah
(1 Juni 2014)

Saya ingin gambarkan sedikit suasana dalam ruang sidang terbuka KPU tadi. Karena ada aura kemenangan.

Suasana dan aura kemenangan #PrabowoHatta sudah nampak sejak massa mengarak dari HI.

#PrabowoHatta memang pasangan serasi. Terus terang ini mengingatkan kita pada #SoekarnoHatta.

Ada juga kekompakan 4 pimpinan partai: @Prabowo08 @hattarajasa @aburizalbakrie dan @anismatta

Mereka naik ke atap mobil karena dielukan oleh massa pendukung. Pemandangan seru.

Sampai di halaman KPU, perjalanan padat yang penuh sambutan. Berbagai kelompok masyarakat datang.

Yang paling menarik dan berkesan perlu diketahui publik adalah suasana dalam ruang sidang KPU.

Kebetulan, kubu sebelah sudah datang duluan. Ibu mega, surya paloh, Muhaimin, dan Sutiyoso. Wiranto tak nampak.

Saat memasuki ruangan, @Prabowo08 secara refleks langsung menuju barisan kubu sebelah dan memberi hormat.

Lalu menyalami satu demi satu pimpinan partai dan terutama calon Presiden mereka. Tepuk tangan membahana.

#PrabowoHatta memang sangat rileks. Tidak nampak ada ketegangan sama sekali. Maka prosesi berjalan lancar.

Kami pun tak lupa menyiapkan dukungan. Kami berharap sekali mendapat nomor satu. Ini memiliki makna luas.

Alhamdulillah, @Prabowo08 dengan ringan mendapatkan No.1). Ruangan bergetar. Lagu GARUDA DI DADAKU jd yel2.

Lagu itu memang kami siapkan, karena memang dalam gambar KPU yg disepakati #PrabowoHatta ada GARUDA.

Sementara itu, kubu sebelah kurang Hepi dengan nomor yang didapat. Senyumnya tertahan.

Maka, tibalah saat sambutan dari kandidat. #PrabowoHattaNomor1 duluan. @Prabowo08 mewakili.

Sambutan @Prabowo08 menurut saya sangat Presidensial. Tanpa teks dan sangat tenang.

Setelah salam, ia mengucapkan hormat dan terima kasih kepada semua orang termasuk kubu sebelah.

Tidak lupa, Prabowo secara khusus menyampaikan penghormatan kepada semua lembaga negara.

Menurut Prabowo, kesuksesan pemilu sampai tahap ini adalah karya banyak orang termasuk KPU.

Prabowo tentu juga mengapresiasi koalisinya, sesuatu yang dia gak pernah lupa. Dia matang sekali soal ini.

Tapi kalimat terakhirnya yang buat tepuk tangan membahana. Karena moralnya tinggi.

Kira2: "Kami berdua, bersama seluruh mitra koalisi akan berjuang sekuat tenaga untuk menang".

"Tapi, pada akhirnya, rakyat yang menentukan. Apapun keputusan rakyat akan kami terima".

Kalimat ini, luar biasa dan mendapat sambutan sangat meriah.

Sekarang, kita bandingkan dengan pidato Jokowi. Saya kita bedanya sangat jauh.

Saya nggak mau bikin perbandingan, berharap ada yang membuat video perbandingannya.

Mari mencerna dengan hati bersih dan akal sehat. 

(pkspiyungan)

Prabowo tidak Punya Bakat Otoriter

 
Keraguan publik terhadap pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa akan melahirkan pemerintahan otoriter harus dibuang jauh-jauh. Mantan Ketua Umum PBHMI M Fakhruddin menjelaskan, Prabowo tidak punya bakat untuk menciptakan pemerintahan yang otoriter.

"Buktinya apa, Prabowo bisa bentuk Partai Gerindra. Kalau orangnya otoriter, mana mau ajak orang bergabung ke Gerindra. Banyak anak muda yang idealis serta aktivis di Gerindra. Saya kira, Prabowo bukanlah sosok yang otoriter," tandasnya kepada INILAHCOM, Minggu (1/6/2014).

Selain itu, lanjut Fakhruddin, Prabowo berhasil merangkul sejumlah parpol dalam koalisi "Merah Putih". Artinya, Prabowo piawai dalam berkomunikasi politik.

"Hanya saja karakter Prabowo sangat kental. Beliau apa adanya, disiplin dan pekerja keras. Dia juga punya sisi humanis yang sangat kuat," tuturnya.

Dia mengingatkan militer tidak selalu identik dengan perilaku otoriter. Banyak pula kalangan sipil yang punya bakat menjadi pemimpin yang otoriter.

"Tak usahlah sebut nama. Tokoh sipil kita ada yang punya bakat otoriter. Jadi pilih nomer 1 saja, Prabowo-Hatta," kata Fakhruddin.[dm/pksnongsa.org]

Penonton, Simpatisan dan Pemain | By @RiaSanusi

Sebagaimana dalam pertandingan olahraga, dalam politikpun ada banyak peran yang bisa dimainkan oleh seseorang atau sekelompok orang. Mereka ini merupakan orang-orang yang akan ikut meramaikan arena pertandingan dalam dunia perpolitikan. Siapakah mereka? Mereka adalah  penonton, simpatisan dan pemain.

Penonton, yaitu orang yang cuma  menonton dari pinggir lapangan dan sesekali bersorak-sorai menyemangati para jagoannya yang sedang bermain di tengah lapangan. Dia tidak ikut bermain sama sekali. Adapun simpatisan, yaitu orang yang kadang berada di pinggir lapangan, namun sekali waktu dia ikut terjun juga ke dalam lapangan guna memberikan sumbangsihnya kepada para jagoannya yang sedang bermain.

Sedangkan pemain, yaitu orang yang aktif bertanding di tengah lapangan dengan mengerahkan seluruh kemampuannya serta daya upayanya (jiwa-raga), guna memenangkan pertandingan yang diikutinya. Mereka ini bisa berupa cabup, cagub, caleg, capres dan lain-lain, termasuk juga para pendukung (timses) baik resmi ataupun tidak dari calon-calon yang sedang berlaga tersebut.

Diantara ketiga peranan ini, tentu saja yang paling capek adalah sang pemain. Mengapa? Hal ini tentu saja karena dia yang berhadapan langsung dengan lawan-lawannya. Dia yang merasakan suka-dukanya serta pahit-manisnya pertandingan. Bahkan tak jarang dia harus mengalami luka-luka yang cukup parah dalam baku hantam tersebut.

Namun meskipun demikian, sebagai pemain sejati dia takkan pernah menyerah apalagi kapok alias mutung. Tidak juga merasa marah dan kecewa apabila mengalami kekalahan dalam pertandingan. Karena dia sangat mengerti betul apa arti sebuah pertarungan, di mana menang dan kalah adalah hal biasa yang pasti akan pernah dialami oleh setiap pemain.

Baginya bukan masalah menang atau kalahnya, namun lebih dari itu. Yakni bagaimana dia bisa menampilkan & memperagakan permainan terbaiknya, tanpa harus dicederai oleh segala tipu daya yang bersifat negatif. Sportivitas dan bermain bersih adalah semboyannya.

Seorang pemain sejati juga tidak akan pernah berhenti bertanding dan berjuang.  Tak ada kamus berhenti dalam hidupnya. Meskipun nantinya dia tidak lagi berperan aktif sebagai pemain, namun dia akan tetap memberikan serta menyalurkan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada generasi berikutnya. Inilah watak pemain dan pemenang yang sesungguhnya, bukan watak para pecundang.

Dan pada saat dia masih aktif sebagai pemain, dia pasti akan merasa sangat enjoy. Karena apa? Karena pada saat bermain atau bertanding itulah, dia bisa menikmati permainannya dalam pertandingan tersebut dengan segala gegap-gempitanya. Dia merasakan ada keasyikan dan kepuasan tersendiri yang tidak mungkin bisa dirasakan oleh orang lain, terutama penonton.

Tetapi diantara penonton dan simpatisan, menurut saya masih lebih mending menjadi seorang simpatisan. Sebab selain bisa bertindak sebagai penonton, dia juga bisa berperan aktif sebagai pemain. Di mana hal ini tentu saja sedikit banyak mampu memberikan tambahan energi bagi sang pemain yang sedang bertanding.

Sedangkan penonton cuma sebatas jadi penonton saja, tanpa bisa memberikan apa-apa. Kecuali sorak-sorainya ataupun komentar-komentar (hujatan, kecaman) yang terkadang justru terdengar sinis serta mampu memerahkan telinga sang pemain dan simpatisan. Meskipun demikian, kehadiran para penonton ini tetap saja dirindukan oleh para pemain. Karena tak bisa dipungkiri bahwa penonton juga mampu memompakan semangat para pemain. Tanpa penonton, pertandingan akan terasa sepi dan hampa. Ibarat makanan tanpa garam, akan terasa hambar.

Nah...diantara ketiga peranan di atas, di manakah posisi kita? Silahkan tentukan, sebagai apa kita akan berperan saat ini. Apakah kita sudah merasa nyaman dan aman sebagai pemain dan simpatisan? Ataukah kita sudah merasa cukup puas hanya menjadi penonton saja? Cuma kita sendiri yang bisa menjawabnya. Akan tetapi apapun peran yang kita pilih, yakinkan bahwa itu adalah pilihan yang terbaik. Bukan pilihan tanpa makna atau basa-basi belaka. Namun pilihan yang cerdas dan bertanggung jawab. Wallahu a’lam…
 
Oleh: Ria Dahlia
Follow @RiaSanusi on Twitter
 
*pksnongsa

Mengharukan, Aktris Terbaik India Ini Masuk Islam dan Tinggalkan Perfilman



India kembali dikejutkan dengan selebriti yang masuk Islam. Setelah musisi AR Rahman dan Yuvan Shankar Raja, kini aktris muda terkenal, Monica memutuskan menjadi mualaf. Yang lebih mengejutkan, aktris cantik yang telah membintangi lebih dari 70 film ini langsung berjilbab dan menyatakan berhenti main film.

Apa yang telah membuat Monica masuk Islam? “Saya masuk Islam bukan karena alasan cinta (pria) atau uang,” kata Monica seperti dikutip Muslim Mirror, Ahad (1/6).

Kepada media, Monica menuturkan bagaimana dirinya mendapatkan hidayah. Menurut aktris yang pernah memenangkan Tamil Nadu Negara Award sebagai aktor anak terbaik ini, dirinya masuk Islam sebab ia menyukai Islam dan nyaman dengan prinsip-prinsipnya.

Dalam video yang diunggah Galatta di Youtube, Sabtu (31/5), tampak Monica berpakaian muslimah lengkap dengan jilbabnya saat konferensi pers yang menjelaskan keislamannya.

Monica mengakui, keputusannya meninggalkan dunia perfilman sempat membuatnya kehilangan. Namun mualaf yang kini memiliki nama Islam MG Rahima ini bertekad tidak akan mengubah keputusannya untuk berhenti dari industri film.

Monica lahir di Kottayam, Kerala, India, pada 27 tahun yang lalu. Ia mulai menjadi bintang film anak pada tahun 1990 sebagai pemeran pendukung untuk film pertamanya yang berjudul “Avasara Police 100” produksi Tamil. Pada tahun 2000, aktris yang memiliki nama kecil Rekha Maruthiraj ini mulai berperan sebagai aktris utama. Dia menjadi sangat populer setelah membintangi film “Azhagi”.

Pada tahun 2012, Monica sempat mengganti nama menjadi Parvana untuk film “Malayalam.” Pada tahun 2014, Monica membintangi tiga film produksi Tamil, yakni “Naran”, “Kannigapuram Sandippil” dan “Amaran.” Hingga kemudian, publik dikejutkan dengan keputusannya memeluk Islam pada Jum’at, 30 Mei 2014. Ia juga berkomitmen untuk memakai jilbab dan berhenti dari industri perfilman.

Dua hal terakhir ini agaknya perlu dicontoh oleh setiap muslimah yang masih ragu untuk berjilbab. Betapa banyak para mualaf yang segera menutup auratnya setelah mereka masuk Islam. Hal ini karena mereka menyadari bahwa menutup aurat adalah hal yang tak terpisahkan dari Islam. Menjadi bukti komitmen keislaman seorang muslimah, menjadi bukti ketaatan seorang muslimah kepada syariat Islam.

Bermain di film-film umum membuat seorang aktris tidak lepas dari membuka aurat dan bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Sedangkan untuk menjadi muslimah shalihah, dua hal itu harus dihindari. Di depan laki-laki yang bukan mahramnya, ia tidak diperbolehkan menampakkan auratnya. Ia juga tidak diperbolehkan khalwat (berduaan) atau bercampur baur (ikhtilat) dengan mereka, apalagi hingga bersentuhan kulit. Keputusan Monica (baca: MG Rahima) inilah yang membuat salut muslim yang mendengar komitmennya dan patut menjadi pelajaran berharga bagi muslimah lainnya. [Aqsa/Webmuslimah.com/muslimina]

Prabowo Akan Taklukkan Jokowi dengan Cara-cara yang Baik

 
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa mendapat nomor urut satu dalam Pilpres Juli mendatang. Prabowo bersyukur mendapat angka satu.

"Ini simbol yang baik, lambang yang baik, jadi kita bersyukur," kata Prabowo kepada wartawan di Jakarta seperti dikutip dari rmol.com, Minggu (1/6).

Terlepas dari itu, Prabowo berjanji akan bekerja keras kampanye dan terlibat langsung dengan masyarakat, bersama pendampingnya Hatta Rajasa dan rekan poros Merah Putih. Dengan begitu, rakyat akan memberikan dukungan.

"Kita akan bekerja sangat keras, menggunakan semua sarana. Kita punya banyak juru kampanye, organisasi cukup kuat. Kita akan gunakan semua cara yang baik," jelasnya.

Hatta Rajasa mengamininya. Menurutnya, upaya pemenangan pasangan Prabowo-Hatta akan bersumber dari kelompok simpatisan mereka dan bahwa sumber suaranya tersebar di seluruh kawasan Indonesia.

"Seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Rote sampai Mianggas," demikian Hatta.[dm/pksnongsa.org]