(Foto : ilustrasi)
ADA kisah menarik yang banyak dikomentari para ulama tentang masuk Islamnya Abdullah Ibn Salam. Beliau ditanya alasannya memeluk Islam, jawabannya adalah: “Saya merenungkan wajah Nabi alayhissalaam, maka saya yakin bahwa wajah Beliau bukanlah wajah pembohong.”
Banyak ulama yang berkomentar begini: "seringkali keluhuran dan ketulusan budi seseorang itu bisa dilihat dari wajahnya." Bukan masalah ganteng, cantik atau jeleknya, tapi memang wajah orang yang ahli ibadah, ahli wudlu', ahli al-qur'an memberikan kesejukan dan keteduhan melalui wajahnya yang mendamaikan hati orang yang melihatnya.
Jadikanlah wajah kita menjadi wajah damai penuh senyum yang melihat semua manusia sebagai hamba tuhan yang perlu dicintai dan disayangi, jangan tampilkan wajah kita bagai wajah harimau yang menakutkan karena menganggap semua yang berbeda adalah musuh yang harus dihabisi.
Ada sentuhan ruhani yang tidak dimiliki oleh orang fasiq (pelaku kemaksiatan dan kemungkaran), munafiq (bermuka dua alias oportunis sejati) dan musyrik (menyekutukan Allah). Mukmin sejati sungguh memang berbeda: tatapannya, kata-katanya dan perilakunya senantiasa mendamaikan, menyejukkan dan menyelamatkan.
Bapak Presiden RI telah memperkenalkan wajah-wajah menteri terpilih di kabinetnya. Semoga wajah-wajah mereka adalah wajah damai yang mendamaikan. Saya tidak tahu banyak tentang mereka, tapi sebagai rakyat tetap berharap yang terbaik. Kita tunggu wujud kerja Kabinet Kerja ini.
Tersenyum saya membaca parodi seorang netter: "Kerja, kerja, kerja. Terus gajiannya kapan?" Semoga tidak ada keluhan dari para pekerja dalam semua bidangnya yang beragam. Salam, AIM@Surabaya. [inilah.com]