SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Monday 24 August 2015

PKS Selepas Anis (3 - Habis)

Dengan demikian, kalau toh ada perubahan, sifatnya akan aksentuasi saja. Ini akan terkait erat dengan karakter orangorang yang ada dalam DPTP. Baik Ketua MS maupun Presiden PKS yang tampak lebih kalem lebih dekat dengan gaya kepemimpinan yang disebut Herbert Feith sebagai administrator ketimbang solidarity maker.
Banyak yang melihat “pasangan” ini cocok dengan kebutuhan pascaturbulensi. Fokus kerja bisa jadi diarahkan pada soal-soal seperti regenerasi kepengurusan, pembagian tugas elite untuk pemantapan kembali akar rumput, dan hubungan lobi eksternal yang lebih kuat, ataupun pemeliharaan kemandirian partai atas usahausaha kolektif yang independen.
Perubahan yang juga mungkin terjadi sebagai efek dari post -Anis yakni kembalinya mereka yang selama ini menahan diri dan menjaga jarak ke pangkuan partai. PKS saat ini mungkin akan tampak menarik (lagi) bagi mereka karena terbebas dari bayang-bayang Anis. Hal yang mungkin juga akan bergeser adalah justru pandangan masyarakat terhadap partai ini sendiri.
Sosok Presiden Partai baru yang tidak kontroversi dalam makna sesuai dengan “standar persepsi dan kehendak” publik tampaknya cenderung akan membawa persepsi yang lebih positif terhadap partai ini. Lepas dari itu, berakhirnya era kepemimpinan Anis, yang bahkan cukup mengejutkan bagi beberapa kader, menunjukkan bahwa pengultusan adalah sesuatu yang dihindari dari partai ini. PKS (sekali lagi) telah membuktikan didahulukannya sistem.
Sekaligus membuktikan bahwa kekuatan Anis Matta dalam partai ini tidaklah tak terbatas, sebagaimana yang dibayangkan orang, yang berpadu dengan kebesaran jiwanya untuk bersedia undur diri sembari menyatakan bahwa dirinya tak lain adalah prajurit yang siap ditempatkan di mana pun untuk kebesaran partai.

              http://www.kabarpks.com
     
Grafis: PKS Art

Baca sebelumnya PKS Selepas Anis (1)

PKS Selepas Anis (2)

Dengan posisinya yang baru saat ini, untuk pertama kalinya tidak dalam lingkar Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP), praktis Anis bukanlah lagi orang yang mampu pegang peranan dengan cukup leluasa. Posisinya yang akan berurusan dengan masalah luar negeri akan membuatnya akan disibukkan pada ihwal yang lebih terbatas meski tidak berarti remeh.
Namun, apakah hal ini akan menyebabkan sebuah perubahan besar bagi PKS? Secara umum perubahan yang mendasar tidak akan banyak terjadi. PKS akan tetap mewujud sebagai sebuah partai Islam yang terbuka, moderat, sekaligus rigid dalam beberapa hal dengan orientasi dakwah dan pengaderan. Ada beberapa hal yang menyebabkan perubahan drastis akan sulit terjadi.

Pertama, eksistensi ideologi yang cukup kokoh tertanam, terutama pada kader-kader di level elite yang saat ini memainkan peran menentukan. Sejauh ini kader-kader PKS masih satu keyakinan hingga dapat dipastikan bahwa posisi dan sikap partai tidak akan banyak bergeser.
Perubahan drastis hanya akan muncul jika ada virus kepentingan pragmatis atau pertentangan ideologis yang akut di antara sesama kader. Hal ini menunjukkan pula bahwa apa yang dilakukan oleh Anis selama ini sejatinya masih dalam koridor ideologi yang dianut oleh PKS. Kedua, keberadaan dan peran- peran tokoh-tokoh yang dihormati.
Masih eksisnya para senior yang terutama adalah KH Hilmi Aminuddin jelas mampu meredam langkah-langkah drastis yang dapat melumpuhkan soliditas dan akselerasi pergerakan partai. Dalam prosesi pemilihan Ketua Majelis Syura misalnya ada kekuatan karisma generasi awal (dan kepercayaan generasi berikutnya) itulah yang menyebabkan keputusan musyawarah terbatas antara Hilmi Aminuddin, Salim Segaf Al-Jufri, dan HNW diterima dengan mulus.

Ketiga, budaya untuk mencari titik temu dan kebersamaan. Tempaan pengaderan menyebabkan ada semangat persaudaraan yang mudah terpicu manakala dibutuhkan. Tradisi mencari titik temu ini tidak menghilang, bahkan saat ini menurut beberapa tokoh partai menjadi lebih baik. Musyawarah pun tetap berjalan secara normal, MS tahun ini adalah produk terakhirnya.
Dalam atmosfer ini partai akan tetap menjadi saluran kepentingan bersama. Karena cenderung mengarah pada upaya mencari titik temu, berbagai perubahan akan terjadi secara gradual dan penuh pertimbangan. Keempat, ada saringan historis yang menyebabkan mereka yang tetap berada dalam PKS saat ini relatif memiliki kesamaan pandangan.

Mereka yang telah merasa berbeda kebanyakan telah berada di luar pagar partai. Komunitas yang ada dalam PKS mewakili satu pandangan besar meski di sana-sini tetap ada perbedaan. Dalam makna satu kesatuan besar yang terpurifikasi inilah perubahan- perubahan drastis tidak mudah mewujud. 
 
Sumber : http://www.kabarpks.com

PKS Selepas Anis (1)

Penulis : DR FIRMAN NOOR MA (HONS) - Honorary Research Fellow, University of Exeter
Anis Matta adalah sosok unik dalam PKS. Sosok yang dalam hal gelar akademis biasa-biasa saja, namun memiliki peran yang tidak sedikit untuk partai yang mayoritas pengurusnya sarjana ini.
Sebagai figur pimpinan, Anis tampak tidak sepi dari penolakan maupun penerimaan. Bagi yang tidak menyukainya, Anis Matta adalah sebuah duri dalam daging yang menghadirkan kebingungan dan ketidakjelasan jati diri. Pandangannya yang terlalu maju, untuk sebuah 
gerakan yang percaya pada mihwar (tahapan), memaksa sebagian kader untuk memahaminya secara tertatih-tatih, dan meninggalkannya yang akhirnya menyerah dalam marah.
Anis bagi mereka tak lain adalah ikon kepasrahan atas pragmatisme politik dan duniawi. Sementara bagi yang bersimpati melihatnya sebagai seorang sosok yang inspiratif. Gaya bicaranya yang retorik, berisikan logika politik modern dan sikap yang tidak “distingtif pendakwah” memberi warna tersendiri. Hasil paksa diri untuk mau belajar dan bersikap inklusif itu membuka wawasan banyak kader.
Bermodalkan kemampuan retorisnya pula, dia mampu meyakinkan komunitas kader senior di level pembuat keputusan partai (AHWA) untuk dapat memahami apa yang dia maksudkan. Tidak itu saja, dia juga mampu memberikan kepercayaan diri bagi para kader, terutama mereka yang paham akan makna kontekstualisasi perjuangan dalam politik.
Lepas dari itu, meski bukanlah bagian dari generasi pertama gerakan tarbiyah, Anis telah turut meletakkan fondasi arah pergerakan partai dakwah ini. Terutama untuk lebih cepat melakukan penyesuaian demi penyesuaian dalam rimba raya politik yang jauh lebih ganas dari sekadar urusan menasihati orang menuju jalan yang di ridai Tuhan.
Cekatan dalam menangkap kesempatan dan beradaptasi, meski tidak sepenuhnya berakhir gemilang, adalah salah satu dari sekian karakternya. Karya Anis yang akan tebal tercatat dalam sejarah PKS adalah saat memimpin partai selamat dari turbulensi hebat menjelang Pemilu 2014. Di bawah alur strategi dan intuisinya, PKS tidak jadi menghilang dari peredaran politik nasional, sebagaimana yang diprediksi berbagai survei pascakasus LHI. Suara partai ini bertambah meski jumlah kursi lumayan menyusut.

Bersambung ke PKS Selepas Anis (2)
 
Sumber : http://www.kabarpks.com

Ini Pandangan PKS Atas Nota Keuangan Pemerintah dan RAPBN 2016 - 2 Habis



Keenam, alokasi belanja infrastruktur sebesar Rp313 triliun meningkat Rp23 triliun harus konsekuen dalam eksekusinya, jangan lagi ada serapan rendah karena berpengaruh pada pergerakan roda ekonomi.
"Pemerintah juga jangan hanya fokus pada pendanaan proyek-proyek besar tapi termasuk proyek bersifat masif dan padat karya agar lebih langsung dirasakan rakyat dampaknya," ujar Jazuli.
Ketujuh, anggaran kesehatan Rp106 triliun (5% dari belanja negara) telah memenuhi amanat Undang-Undang (UU) No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Untuk itu pemerintah harus tingkatkan layanan dan infrastruktur Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang masih buruk saat ini.
Kedelapan, transfer daerah naik menjadi Rp782 triliun, bahkan lebih tinggi dari belanja K/L. Pemerintah harus awasi dan dampingi agar efektif serapannya untuk percepatan pembangunan daerah, jangan hanya diparkir di bank-bank daerah.
Kesembilan, dana desa juga alami peningkatan menjadi Rp46,98 triliun (6% dari target 10 persen). Ke depan perlu ditingkatkan sesuai amanat UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa (10%) seiring dengan kesiapan dan kehandalan aparatur desa untuk mengelolanya bagi percepatan pembangunan desa.
"Dana desa harus jadi berkah bagi desa jangan sampai jadi petaka dan sumber korupsi/penyelewengan baru," tambah Jazuli.
Kesepuluh, alokasi subsidi nonenergi melalui bantuan-bantuan sosial nilainya Rp80,4 triliun harus didukung basis data yang valid dan sistem yang akuntabel, jangan sampai melenceng dari sasaran apalagi diselewengkan.
"Fraksi PKS akan serius mengawal RAPBN 2016 hingga disahkan nanti agar optimal berpihak pada rakyat yakni dalam meringankan kesulitan ekonomi dan (pada saat yang sama) meningkatkan kesejahteraan rakyat," pungkas politisi PKS asal Banten itu.
Sebelumnya: Ini Pandangan PKS Atas Nota Keuangan Pemerintah dan RAPBN 2016 - 1
Sumber:
 humas Fraksi PKS DPR RI
 http://www.pks.or.id

Ini Pandangan PKS Atas Nota Keuangan Pemerintah dan RAPBN 2016 - 1


JAKARTA (20/8) – Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI telah menyampaikan pandangannya atas Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) yang disampaikan Presiden Jokowi pada 14 Agustus 2015 yang lalu, pada Sidang Paripurna DPR, Kamis (20/8).
Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwaini menilai, ada sejumlah materi dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2016 yang harus dikritisi maupun diapresiasi secara objektif dan proporsional oleh FPKS.
Pertama, papar Jazuli, angka pertumbuhan yang ditetapkan 5,5% sesungguhnya menyelisihi target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2016-2019 yang sebesar 6-7%. Meski lebih kecil angka tersebut sulit dicapai tanpa kerja keras pemerintah.
Kedua, Fraksi PKS menilai potensi ekonomi masih mungkin tumbuh lebih tinggi dan berkualitas. Sayangnya pemerintah belum memberikan arah yang jelas terkait dengan transformasi struktural ekonomi.
Ketiga, jargon trisakti terkait kemandirian ekonomi harus diakui masih sebatas retorika. Bagaimana roadmap-nya, apa basis industri yang kuat untuk dikembangkan belum nampak jelas. Tanpa industrialisasi yang kokoh kita sulit menjadi bangsa produsen.
"Usul Fraksi PKS, hasil pertanian dan kelautan menjadi basis industri yang kita perkokoh, dan untuk itu perlu dukungan infrastruktur, regulasi, serta kebijakan yang berpihak," ujar Jazuli.
Keempat, lanjut Jazuli, pemerintah dan otoritas keuangan harus sinergis antisipasi dampak pelemahan rupiah yang sekarang sudah bertengger di angka Rp13.400 per dollar. Sebagai nahkoda pemerintah harus jelaskan paket kebijakan yang efektif dan eksesif untuk mengatasi dampaknya bagi pelemahan daya beli rakyat.
Kelima, pemerintah menetapkan target pendapatan negara Rp1.848 triliun dimana dari sumber perpajakan sebesar Rp1.565 triliun (naik 5,1%). Pemerintah perlu efektifkan pencapaiannya karena selama ini selalu tidak tercapai meski nilai target itu sesungguhnya juga jauh dari optimal.
"Tax ratio selama beberapa tahun yang stagnan dan cenderung menurun harus ditingkatkan. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga masih sangat mungkin ditingkatkan," imbuh Jazuli.
Selanjutnya: Ini Pandangan PKS Atas Nota Keuangan Pemerintah dan RAPBN 2016 - 2 Habis

Pengamat Apresiasi Gaya Pemilihan Pimpinan PKS





JAKARTA (13/8) – Gaya politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam memilih pimpinan pantas diapresiasi. Tidak seperti partai pada umumnya yang gembar-gembor bahkan bermasalah hingga berlarut-larut.
"PKS yang memilih cara sunyi, tidak gembar-gembor dan publikasi ini menarik. Mereka taat pada aturan yang sudah ada sehingga justru solid, beda dengan partai lain yang sampai berkonflik hingga bisa diintervensi pihak luar," kata Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran, Idil Akbar, Rabu (12/8).
Idil yakin, PKS yang memilih cara sunyi bukan karena takut diintervensi tetapi justru karena ketaatan terhadap aturan yang sudah dibuat mereka sendiri. Dan terbukti hampir tidak pernah ada gejolak di internal PKS.
Seperti diketahui, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah menyelenggarakan Musyawarah Majelis Syuro di Hotel Mason Pine, Kabupaten Bandung Barat, Senin (10/8/2015).
Keputusannya menetapkan kepengurusan PKS Periode 2015-2020. Salim Segaf Aljurfi terpilih sebagai Ketua Majelis Syuro menggantikan Hilmi Aminuddin. Salim didampingi oleh Hidayat Nurwahid sebagai Wakil Ketua Majelis Syuro PKS.
Presiden PKS dijabat oleh Sohibul Iman, menggantikan posisi yang sebelumnya diisi oleh Anis Matta. Sedangkan untuk Sekjen PKS tetap dijabat oleh Taufik Ridlo dan Bendahara Umum dijabat Mahfudz Abdurrahman.
Sumber:
http://www.indopos.co.id/
http://www.pks.or.id

Irwan Prayitno: Antar Anak Sekolah, Bantu Istri di Rumah


Pagi baru menyingsing. Sesosok laki-laki sudah bersiap-siap di belakang stir yang parkir di teras rumah. Ia sedang menunggu dua perempuan belia. Setelah yang ditunggu duduk manis, mobil melaju dengan kecepatan sedang. Dari sebuah rumah di Lubuk Kilangan, Padang, mobil itu menuju pusat kota. Perjalanan laki-laki itu berhenti di sebuah sekolah negeri.

Dua hari lalu, ia masih Gubernur Sumatera Barat. Selasa pagi (18/8), Irwan Prayitno seperti warga biasa lainnya. Sebagai seorang ayah, itulah pekerjaannya pagi itu. Irwan mengantar sendiri putrinya ke sekolah. “Setelah kesibukan sebagai gubernur berakhir, saya akan kembali melakukan itu,” ujar Irwan  suatu kesempatan ketika masih menjadi Gubernur Sumbar bercerita tentang kecintaannya kepada keluarga.

Kesibukkan yang sangat padat memaksa Irwan menyerahkan urusan anak-anak kepada sang istri, Nevi Zuairina. Dengan 10 orang anak, tentu bukan pekerjaan yang gampang. Tapi syukurnya, anak-anak Irwan sekarang sudah besar-besar. Di antaranya sudah berkeluarga. Dari pernikahan anak-anaknya itu, ia dikaruniai tiga cucu. Anak-anaknya itu sudah jadi orang berhasil, memiliki penghidupan yang mapan dari kerja kerasnya sendiri.

Keberhasilan anak-anak Irwan terlihat dari pencapaian pendidikan mereka. Semua anak-anaknya yang sudah dewasa, kuliah di universitas negeri ternama di Indonesia. Ada juga yang menamatkan sarjana di luar negeri dan mendapatkan pekerjaan yang baik di Jakarta. Enam anak Irwan kini berada di ibukota, empat lainnya di Padang. Keberhasilan anak-anaknya itu tak terlepas dari komitmen Irwan yang kuat sebagai kepala keluarga. Di tengah kesibukkannya, mengurus anak-anak tetap menjadi yang utama.

Irwan biasa mengantar anak-anak ke sekolah. Bahkan, untuk urusan menjemput rapor, ia sendiri yang melakukan. Bagi Irwan, kesempatan itu digunakan untuk lebih mengetahui bagaimana perkembangan anak-anaknya di sekolah. “Saya selalu bertanya kepada guru anak-anak di sekolah, bagaimana perkembangan pendidikan mereka. Sesibuk apa pun, saya selalu berkomunikasi dengan anak-anak, menanyakan kabar mereka, apakah sudah shalat dan sebagainya,” terang Irwan.

Ketika menjadi gubernur, Irwan tak punya banyak waktu untuk mengantar anak-anak ke sekolah. Paling, yang bisa dilakukan adalah melepas anak-anak di rumah untuk berangkat ke sekolah sendiri. Irwan memang sejak dini mengajarkan kemandirian kepada anak-anaknya.

Kebiasaan mengantar anak ke sekolah bukan untuk memanjakan, tapi itulah caranya agar bisa lebih dekat dan berkomunikasi dengan anak. Sambil berada di dalam mobil, anak-anak terasa semakin dekat. Dengan demikian, Irwan bisa leluasa menyelami isi hati anak-anaknya. “Kadang, kalau di telpon, anak-anak itu tak tahu mesti ngomong apa. Tapi, kalau sedang bersama-sama, mereka akan cerita apa saja. Dari sana, saya jadi tahu bagaimana kondisi anak-anak,” ungkap Irwan yang memang seorang pendidik ini.

Kini, Irwan bisa kembali mengantar anak-anak sekolah. Untuk urusan itu, ia tak menyuruh sopir. Irwan sendiri yang menyetir mobil. Ketika bertemu dengan para orang tua lainnya yang mengantar anaknya ke sekolah, Irwan mengaku tak ada rasa yang berbeda ketika ia tak lagi menjadi Gubernur Sumbar. Sebagian orang masih menyapanya sebagai Pak Gubernur. Seperti ketika sedang mengantar sang putri ke sekolah, di jalan yang macet memasuki gerbang SMAN 1 Padang, Irwan diteriaki oleh para orang tua siswa. “Saya diteriaki Pak Gub, Pak Gub! Eh, ternyata satpam sekolah juga mengenal saya…” ujar Irwan menceritakan kejadian unik yang dialaminya.

Sehari setelah tak lagi menjadi gubernur, aktivitas Irwan sebenarnya tak banyak berkurang. Misalnya kemarin, pas Hari Kemerdekaan, Irwan punya seambrek kegiatan bersama masyarakat. Mulai dari menghadiri perayaan 17 Agustusan bersama warga Padang Timur, Irwan juga menyempatkan diri melayat ke rumah warga yang tertimpa musibah. Sepanjang hari, Irwan juga melayani dialog dan memberikan tausiah di sejumlah stasiun radio, seperti di Radio Pronews dan Arbes FM. Silaturrahim dan bertemu dengan masyarakat juga tetap padat. Bahkan, agendanya tak berhenti hingga malam menjelang. Aktivitas Irwan untuk masyarakat memang tak pernah berhenti.

Walau kegiatannya tetap banyak, tapi sekarang waktu Irwan sedikit lebih longgar. Hal itu dimanfaatkannya untuk keluarga. “Biasa, kalau di rumah, beres-beres bantu istri,” celutuk Irwan.

Pekerjaan rumah tangga tak tabu bagi Irwan. Lihat saja, ketika meninggalkan rumah dinas di gubernuran, Irwan tak sungkan mengepak barang-barang pribadinya. Kardus-kardus di angkat sendiri ke mobil box yang sengaja disewa. Apalagi kalau sedang bersama sang cucu, Irwan tak segan membelikan susu.

Kepada anak-anaknya yang sudah berkeluarga, Irwan tetaplah sebagai ayah yang tak luput perhatiannya. Tapi, perhatian itu sedikit terbagi untuk sang cucu. “Anak-anak sering juga nelpon minta dibelikan susu. Ya, dikasih. Namanya juga untuk cucu,” ujar Irwan tersenyum lebar.

*Harian Singgalang, 19 Agustus 2015/piyunganonline