Doha.
Ketua persatuan ulama Muslim sedunia (IUMS), Syaikh Yusuf Qaradhawi,
Sabtu (29/11/2014) hari ini, mengatakan bahwa dibebaskannya Husni
Mubarak adalah hari kesedihan dalam sejarah keadilan di dunia, dan aib
besar dalam peradilan Mesir.
Melalui akun twitternya, ulama Mesir yang saat ini berdomisili di Qatar ini, mengatakan, “Ini adalah hari kelam dalam sejarah keadilan manusia, dan aib besar dalam peradilan Mesir. Kita hanya bisa berharap kepada hakim di Hari Pembalasan. Saat itulah orang yang berselisih akan kembali dikembalikan.”
Syaikh Qaradhawi juga mengatakan bahwa pemerintah kudeta di Mesir telah menggulingkan sebuah hak konstitusional rakyat Mesir. Kudeta juga telah membuang semua hasil pilihan rakyat dalam beberapa pemungutan suara.
Menurut ulama besar Universitas Al-Azhar ini, militer pengudeta ini telah mengubah wajah peradaban di Mesir menjadi wajah yang hancur. Tidak ada kebebasan; tidak ada peradilan independen; tidak ada perlindungan hak; tidak ada keadilan sosial; tidak ada kekuatan ekonomi; dan sebagainya.
Yang dipikirkan penguasa, menurut beliau, hanyalah bagaimana mempertahankan kekuasaannya, menjamin ketundukan seluruh perangkat pemerintahannya. Untuk mencapai tujuan itu, mereka siap mengorbankan tanah air dan rakyatnya.
Hari ini, pengadilan kudeta Mesir menentukan putusan bebas Husni Mubarak, anaknya (Ala Mubarak), menteri dalam negeri (Habib Al-adli), dan beberapa asistennya, dari segala tuduhan terkait meninggalnya ratusan demonstran menjelang gulingnya Husni Mubarak tahun 2011 yang lalu. (msa/dakwatuna)
Melalui akun twitternya, ulama Mesir yang saat ini berdomisili di Qatar ini, mengatakan, “Ini adalah hari kelam dalam sejarah keadilan manusia, dan aib besar dalam peradilan Mesir. Kita hanya bisa berharap kepada hakim di Hari Pembalasan. Saat itulah orang yang berselisih akan kembali dikembalikan.”
Syaikh Qaradhawi juga mengatakan bahwa pemerintah kudeta di Mesir telah menggulingkan sebuah hak konstitusional rakyat Mesir. Kudeta juga telah membuang semua hasil pilihan rakyat dalam beberapa pemungutan suara.
Menurut ulama besar Universitas Al-Azhar ini, militer pengudeta ini telah mengubah wajah peradaban di Mesir menjadi wajah yang hancur. Tidak ada kebebasan; tidak ada peradilan independen; tidak ada perlindungan hak; tidak ada keadilan sosial; tidak ada kekuatan ekonomi; dan sebagainya.
Yang dipikirkan penguasa, menurut beliau, hanyalah bagaimana mempertahankan kekuasaannya, menjamin ketundukan seluruh perangkat pemerintahannya. Untuk mencapai tujuan itu, mereka siap mengorbankan tanah air dan rakyatnya.
Hari ini, pengadilan kudeta Mesir menentukan putusan bebas Husni Mubarak, anaknya (Ala Mubarak), menteri dalam negeri (Habib Al-adli), dan beberapa asistennya, dari segala tuduhan terkait meninggalnya ratusan demonstran menjelang gulingnya Husni Mubarak tahun 2011 yang lalu. (msa/dakwatuna)
0 comments:
Post a Comment