Kita lupa (atau sengaja melupakan) bahwa kunci penyelesaian masalah kita ada pada konsepsi besar yang diwariskan oleh pendiri bangsa ini, yang pada intinya itulah cermin karakter dan kepribadian kita. Maka itu, dalam rangka Refleksi 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia ini, penulis mengajak kita semua untuk merevitalisasi kebanggaan, pemahaman, dan praktik kita atas platform kebangsaan kita agar terwujud Indonesia yang berkarakter, bermartabat, adil, dan sejahtera.
Indonesia berkarakter dan bermartabat adalah Indonesia yang punya jati diri atau kepribadian khas sebagai bangsa dalam berbagai bidang: ideologi, sosial budaya, ekonomi, politik, dan hankam. Kita kembalikan karakter asal kita sebagai bangsa yang religius, beradab, jujur, sopan santun, bertanggung jawab, penuh hikmat/ kebijaksanaan, kekeluargaan, gotong-royong.
Kita kembalikan karakter bangsa yang mandiri secara ekonomi, berdaulat secara politik, berkarakter dalam sosial budaya, bukan bangsa yang membebek/mengekor bangsa lain, atau dalam bangsa yang pasrah dalam pengaruh kultur bangsa lain yang menghegemoni, sebagaimana pernah disitir oleh Bung Karno dulu. Sementara Indonesia adil sejahtera adalah manifestasi tujuan kita bernegara sebagaimana termaktub dalam konstitusi.
Berlomba
Hari ini, jujur harus kita akui, betapa pun sebagai bangsa kita merayakan 70 tahun kemerdekaan, tapi realitasnya kita masih terkapling-kapling dan terkotak- kotak dalam kepentingan pribadi, kelompok, golongan, partai, dan seterusnya. Kadangkala kita terlalu bersemangat mengedepankan ego sehingga lupa bahwa kita berjuang untuk Indonesia yang sama. Sebagai bangsa yang mewarisi konsepsi kebangsaan yang demikian hebat sudah seharusnya kita kembali menapaki apa yang seharusnya untuk bangsa ini, dan jika ada seruan yang mewakili itu semua, ialah : mari kita berlomba merawat Indonesia.
Tentu seruan itu haruslah berangkat dari kecintaan kita kepada negeri ini, berangkat dari ketulusan hati untuk mengabdikan diri pada Indonesia yang kita cinta. Tanpa motif itu, ia akan kehilangan makna dan elan vital-nya. Ketika kita berangkat dari cara pandang yang sama, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mengklaim republik ini, mengklaim kelompoknya paling berjasa, mengklaim partainya paling nasionalis, sambil memandang rendah dan sebelah mata pihak/kelompok lainnya. Dengan semangat yang sama, tentu tidak akan ada saling tuduh, saling tuding, dan saling menyalahkan di antara anak bangsa. Sebaliknya, yang muncul adalah saling memuji, saling mendukung, dan saling menguatkan satu sama lain. Tentu bukan berarti tidak kritik sama sekali, tapi kritik disampaikan secara santun dan beradab.
Penulis merasakan inilah yang selama ini hilang dari bangsa kita, terutama setelah keran kebebasan (demokrasi) terbuka lebar pascareformasi. Pilihan di tangan kita, akankah kita bisa menjadi bangsa yang berkarakter dan bermartabat untuk Indonesia adil dan sejahtera? Jawabnya: harus!
Sebelumnya: Berlomba Merawat Indonesia -1
Sumber : http://www.pks.or.id
0 comments:
Post a Comment