Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, memperkirakan akan
ada reshuffle kabinet di tengah jalan. Dengan kata lain, 34 menteri yang
baru saja diangkat, tak semuanya akan bertahan.
Alasan kocok
ulang pertama, menurut Denny JA, karena Presiden Joko Widodo ternyata
mengabaikan warning Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengenai figur
yang bermasalah. Menteri-menteri yang masuk dalam daftar kuning dan
merah KPK akan diproses.
“Sudah luas disiarkan media, aneka nama
yang diberi warna merah dan kuning oleh KPK, namun tetap diangkat
sebagai menteri,” kata Denny JA.
“Publik bertanya keseriusan
Jokowi melibatkan KPK jika rekomendasi KPK itu diabaikan? KPK dipercayai
publik akurat dengan rekomendasinya,” sambung polster yang tahun lalu
bersama Jokowi mendapatkan Democracy Award dari Kantor Berita Politik
RMOL.
Menurut Denny, apabila peringatan KPK benar, lantas ada
menteri Jokowi yang menjadi tersangka kasus korupsi, pasti kocok ulang
kabinet terjadi. Di sisi lain, Kabinet Kerja akan pula cacat.
Kritik
lain datang dari Direktur PolcoMM Institute Heri Budianto, yang
mengatakan penyusunan kabinet ditengarai masih tak terlepas dari
pengaruh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati
Soekarnoputri.
"Terutama (untuk penunjukan) Puan (Maharani) dan
Rini (Soemarno), membuktikan bahwa Megawati Soekarnoputri masih sangat
berpengaruh dalam penyusunan kabinet. Saya melihat ini digaransi Bu
Mega," ujar Direktur PolcoMM Institute Heri Budianto, Minggu, 26 Oktober
2014.
Heri juga mengungkapkan kritik terkait penunjukkan Menkumham dari kalangan partai politik penguasa.
"Misalnya
penunjukkan Menkumham dari PDI Perjuangan ini kurang tepat, dan
sebaiknya profesional yang mengisi posisi ini," ujar Heri Budianto
Pengamat
politik UI, Ikhsan Darmawan menegaskan, bahwa nama Rini Marini Soemarno
yang selama ini diharap dicoret Jokowi, akan memberatkan langkah
Jokowi.
Namun Ikhsan mengungkap, Megawati sudah kadung memberi amanah pada Rini, dan sulit bagi Mega untuk mencabut hal itu.
"Mungkin posisi Rini sudah didorong oleh Megawati," tegas Ikhsan Darmawan, Minggu, 26 Oktober 2014.
Kritik
juga datang dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(KontraS) yang menyayangkan penunjukan mantan KSAD, Jenderal (Purn) TNI
Ryamizard Ryacudu sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Kerja Presiden
Joko Widodo (Jokowi).
Ryamizard dianggap sebagai salah satu pihak yang ditengarai menolak penghentian operasi militer di Aceh.
"Itu
(di kabinet Jokowi) yang bermasalah itu Ryamizard Ryacudu, karena dia
adalah KSAD ketika darurat militer diberlakukan di Aceh. Dia itu yang
harus dimintai pertanggungjawabannya," kata Koordinator KontraS, Haris
Azhar, Minggu malam, 26 Oktober 2014.
Belum lagi lanjut Haris,
kasus pembunuhan Dortheys Hiyo Eluay di Papua, Ryamizard merupakan orang
yang bertolak belakang dengan penegakan HAM karena menyebut pembunuhnya
adalah pahlawan.
Haris pun mengaku heran mengapa nama-nama bermasalah ini bisa masuk dalam susunan kabinet yang dibentuk Jokowi.
Dia menengarai semua itu karena ada campur tangan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
"Di sini karena Megawati, ini kabinet kan titipan orang saja," kata Haris.
Kritik keras juga datang dari Riza Damanik untuk Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti,
dan dari para jurnalis untuk Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang
diduga pernah melakukan pelecehan seksual kepada seorang jurnalis.
Nampaknya, benar seperti kata Uni Lubis di laman pribadinya, 25 Oktober 2014 lalu, Kabinet ini adalah kabinet kompromistis. (fs)
Monday, 27 October 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment