SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Saturday 25 October 2014

[Catatan] Pendukung Jokowi, Dulu dan Sekarang

Kinerja Jokowi mendapat kritik keras dari beberapa tokoh yang dulunya sempat berharap banyak pada kemampuan Jokowi.

Berikut catatan yang dikumpulkan Tim Piyungan Online :

1. Indra J Piliang

Politisi Partai Golkar Indra J Piliang yang saat kampanye Pilpres menyeberang dari Koalisi Merah Putih, dan berdiri di sisi Jokowi kini berteriak lantang pada kubu Jokowi.

Indra mengawali kritik kerasnya pada Jokowi dengan mengirimkan surat terbuka *kasih link*. Berikutnya, Indra tak segan menghajar balik mantan deputi Tim Transisi Andi Widjajanto yang dinilai Indra sebagai "orbais". *kasih link*.

Kini, soal kabinet, Indra pun menilai pembatalan pengumuman kabinet Jokowi tidak lepas dari jumlah calon menteri yang masuk dalam catatan merah dan kuning.

Jokowi pun hanya memberikan sedikit nama calon menteri ke KPK sehingga tak ada alternatif pengganti.

"Ya menurut saya itu (gandeng KPK dan PPATK) sudah bagus. Cuma cari informasi lewat KPK dan PPATK. Blundernya adalah jumlah yang diajukan ke KPK terbatas," kata Indra, Kamis (23/10).

Menurut Indra lebih baik calon menteri yang diserahkan ke KPK dan PPATK mencapai ratusan nama, dan pembagian tiap pos kementerian ada lima nama.

Dengan skema itu, jika ada salah satu calon masuk daftar kuning atau merah, Jokowi masih punya alternatif.

"Blunder di sana, jumlah nama yang diajukan ke KPK dan PPATK dikit, sehingga tanda yang diberikan banyak, artinya kosong," terang Indra.

2. Denny JA

Siapa tak kenal peran Denny JA saat kampanye dan penghitungan suara? Pria yang diduga berperan aktif turut membantu melambungkan nama Jokowi melalui surveynya, kini bersuara lantang menentang Jokowi.

Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, menyampaikan kritik kepada Presiden Jokowi, terkait pengumuman kabinet.

Denny menduga ada beberapa kemungkinan yang melatari Jokowi menunda pengumuman nama-nama menteri itu.

"Jika struktur kementerian dan calon menteri digodok secara paralel di malam hari setelah dilantik sebagai presiden, Jokowi bisa mengumumkan nama-nama menteri yang mengisi kabinetnya. Menteri barupun sudah bisa bekerja satu hari setelah presiden dilantik. Ini akan menjadi awal yang bagus dan meyakinkan," kata Denny, Kamis 23 Oktober 2014.

Denny menambahkan, memang benar bahwa secara hukum tak ada aturan yang dilanggar jika kabinet tak kunjung diumumkan oleh presiden terpilih sampai H+14 pelantikan.

Namun menurut Denny, tertundanya pengumuman kabinet akan menimbulkan kesan kurang baik bahwa pemerintahan baru ibarat mesin mobil yang "agak lambat" ON.

3. Relawan Jokowi

Militansi relawan Jokowi, tak perlu dikisahkan lagi. Berbayar atau tak berbayar, Relawan yang sudah mulai bergerak bahkan sejak Jokowi masih di Solo, kini mulai berani 'galak' kepada Jokowi.

Relawan menolak kehadiran Rini Mariani Soemarno di Tim Transisi dan diplotnya Rini menjadi menteri sesuai usulan Megawati.

Relawan Jokowi sekaligus Direktur Executive Energy Watch Ferdinand Hutahaean mengatakan, masuknya nama Ketua Tim Transisi Rini Mariani Soemarno sebagai kandidat kuat Menteri BUMN mengindikasikan bahwa Presiden Jokowi seperti takluk pada kekuatan pemodal dalam menyusun kabinetnya.

Menurut Ferdinand, sekitar 25 persen kabinet diperkirakan akan diisi oleh sosok yang memang menjadi pemain penting dan pemodal utama yang mendukung kampanye Jokowi dan Jusuf Kalla (JK).

"Saya melihat dan memperhatikan memang ada indikasi kuat bahwa Presiden RI Joko Widodo sepertinya takluk pada kekuatan pemodal dalam menyusun kabinetnya. Mungkin sekitar 25 persen kabinet akan diisi oleh sosok yang memang menjadi pemain penting dan pemodal utama selama kampanye," kata Ferdinand Hutahaean, Kamis 23 Oktober 2014.

4. Asosiasi Pengusaha Indonesia

Ketua Apindo yang dikenal sebagai pihak yang menggelontorkan donasi besar untuk kampanye pilpres Jokowi, Sofjan Wanandi menyentil Presiden Jokowi - JK.

Sofjan mengatakan jika Jokowi - JK terlalu lama mengumumkan struktur kabinetnya. Jokowi dinilai membiarkan pemerintahan mandek atau stagnan di tengah menumpuknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

"Kita merasa jangan terlalu lama karena pemerintahan terjadi stagnasi. Padahal banyak yang masih harus dikerjakan. Cepat sajalah, supaya bisa kerja,"ujar Sofjan. (fs)
*piyunganonline

0 comments:

Post a Comment