SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Wednesday 22 October 2014

Catatan Kecil Dari Pesta Syukuran Rakyat

Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla (Jokowi-JK) telah dilantik Senin, 20 Oktober 2014.

Para relawan, yang mengatasnamakan rakyat agar sumber dana-nya tak diaudit, menggelar pesta hingga larut malam.

Sayangnya, sejumlah hal negatif mewarnai pesta pendukung Jokowi, bahkan sebelum pesta dimulai.

Inilah beberapa catatan kecil yang berhasil dihimpun Tim Piyungan Online.

1. Massa Pendukung Jokowi Mencemooh SBY

Ketika Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) keluar dari istana negara, usai mengikuti upacara serah terima jabatan, ia dicemooh oleh pendukung Jokowi. Tidak main-main, cemoohan itu diinstruksikan langsung oleh seorang relawan melalui pengeras suara.

“Nanti kalau SBY lewat, kita balik badan,” demikian instruksi orator dengan pengeras suara di depan Istana Negara, Jakarta, Senin, 20 Oktober 2014.

"SBY, kau ditunggu KPK!” kata relawan lain.

Selain itu, sejumlah cemoohan lain juga terdengar dilontarkan oleh pendukung Jokowi. Misalnya menyebut SBY sebagai aktor terbaik Century dan aktor terbaik Pilkada oleh DPRD.

SBY yang telah berkuasa selama dua periode tampak tenang menghadapi massa pendukung Jokowi. Ia tidak membalas cemoohan dan langsung naik mobil sembari melambaikan tangan.

2. Tak Ada Fasilitas Untuk Shalat

Pesta yang berlangsung sejak siang hingga malam tak menyediakan tempat untuk shalat.

Yang lebih parah, Jokowi mengaku sudah menunaikan ibadah shalat maghrib sebelum tiba di Monas. Padahal ketika tiba di Monas, Adzan Maghrib pun belum berkumandang. Oh, Pak Presiden Jokowi.. Bapak berbohong lagi..

3. Pesta Rakyat jadi Pesta Dugem


Konser tiga jari yang merupakan rangkaian pesta rakyat dalam rangka merayakan pelantikan Jokowi berubah menjadi mirip acara dugem.

Terutama saat musisi asal Inggris Arkana tampil sekitar pukul 10 malam. Peserta konser berjoget ria diiringi DJ dan gemerlap lampu kedap-kedip.

4. Banyak Remaja Beli Alkohol

Seusai Konser Salam 3 Jari, banyak peserta meneruskan pestanya. Banyak di antara mereka yang menghabiskan malam di sekitar stasiun Gambir dan membeli minuman beralkohol dari gerai waralaba. Yang lebih parah, para remaja tanggung juga turut membeli minuman beralkohol, sementara petugas yang berjaga tidak memeriksa identitas untuk memastikan usia pembeli.

Selain para remaja laki-laki, tampak pula para remaja perempuan yang berkeliaran hingga dini hari.

Banyak pula remaja perempuan yang ikut minum minuman keras sambil menghisap rokok.

5. Pohon dan Rumput Rusak

Selain lebih mirip pesta dugem daripada pesta rakyat, konser tersebut juga mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sejumlah area hijau monas pun rusak.

Menurut seorang warga, banyak pohon palm yang rusak dan rumput diinjak-injak akibat acara tersebut.

“Banyak pohon palm yang rusak, sampah di buang dimana aja, trus rumput diinjak-injak”, kata Wawan, pemuda berusia 24 tahun yang juga mengunjungi Konser tersebut.

6. Lautan Sampah

Paginya, lautan sampah memenuhi monas. Mulai dari lapangan IRTI Monas menuju ke panggung di silang Monas.

Ribuan bekas makan, botol minum, kertas, bungkus rokok, plastik, hingga kondom  dibuang begitu saja di atas rumput, di pot bunga maupun di dekat batang pohon.

Pemandangan serupa juga terlihat di sepanjang Silang Barat Daya Monas. Mulai dari panggung utama hingga menuju kawasan air mancur patung Kuda Indosat juga banyak terlihat sampah berserakan.

Menanggapi menumpuknya sampah dan rusaknya rumput, Ahok terlihat santai.

"Ya udahlah. Nanti kita perbaiki. Mau gimana lagi? Gak ada jalan lain kan? Namanya juga pesta muda mudi. Sudah biasa," ujar Ahok, santai.

Reaksi yang berbanding terbalik ketika menanggapi massa Prabowo - Hatta yang mengawal proses gugatan Pilpres.

"Kami akan kirim surat untuk minta ganti rugi atas kerusakan ini!", demikian ungkap Ahok ketika itu.

Inikah yang disebut Revolusi Mental yang diagung-agukan Jokowi?

Catatan-catatan di atas menunjukkan, yang terjadi adalah revolusi menuju kehancuran mental anak bangsa.

Apakah mencemooh seorang Mantan presiden yang telah berjasa menjaga stabilitas negara adalah revolusi mental?

Mengapa acara syukuran harus menggunakan kata "rakyat", padahal didesain sedemikian rupa hingga menghamburkan banyak uang siluman dan memfasilitasi pemuda untuk berhura-hura?

Yang terjadi kemarin bukanlah pesta rakyat, melainkan awal sebuah drama 'Ini bangsaku, bangsa miskin yang ditawari makanan gratis saja langsung siap mengelu-elukan pemberi makannya'. (fs/PO)

0 comments:

Post a Comment