SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Monday, 17 November 2014

Antara Ekonomi Kapitalis, Komunis dan Islam


Oleh Indah Wulandari

Berbicara mengenai ekonomi berarti berbicara mengenai kelangsungan hidup, karena pada dasarnya ekonomi merupakan Sunatullah yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia sebagai mahluk, mengingat pentingnya ekonomi maka muncullah berbagai teori tentang ekonomi yang dijadikan landasan masyarakat untuk melakukan kegiatan perekonomian sehari-hari. Adapun teori-teori yang hingga saat ini masih dikenal oleh masyarakat adalah teori ekonomi Liberalis/kapitalis dan Komunis/sosialis.

Kedua teori ini sempat menjadi teori ekonomi yang menguasai dunia, bahkan hingga saat inipun teori ini masih dipelajari oleh lembaga pendidikan di hampir seluruh dunia, hal ini karena teori ini dianggap mampu mengatasi permasalahan di dunia hingga akhirnya hampir semua negara di dunia menjadikan teori ini menjadi kiblat perekonomian di negaranya, baik itu secara tertulis dalam konstitusi suatu negara ataupun hanya dipraktekan oleh pemerintah dan masyarakatnya, seperti kasus di Indonesia, dalam UUD pasal 33 disebutkan bahwa perekonomian Indonesia berdasarkan demokrasi pancasila, namun pada implementasinya justru negara ini mengamalkan teori liberalis.

Seiring dengan berkembangnya jaman ternyata kedua teori yang masyhur ini mulai terlihat keburukannya, bahkan dianggap tidak mampu lagi membawa dunia ini pada kesejahteraan. Keburukan ekonomi kapitalis/sosialis telah lama tumbang yang ditandai dengan keruntuhan tembok Berlin pada tahun 1989, peristiwa ini dianggap sebagai kemenangan kapitalis terhadap sosialis, adapun penyebab keruntuhan komunis ini di awali oleh kegagalan eksperimen yang dilakukan oleh Mikail Gorbachev yang pada saat itu menjabat sebagai presiden Uni Soviyet menerapkan ekperimen glasnot (keterbukaan) dan perestroika (demokrasi) bahkan Francis Fukuyama mengatakan bahwa pristiwa itu pula menjadi tanda bahwa kapitalisme adalah sistem terunggul yang menjadi pemenang akhir dari pergulatan seluruh sistem yang mengatur hidup manusia dan itulah akhir dari sejarah, seperti yang diungkapkan dalam bukunya yang berjudul “The last man and the End of History”.

Tapi pada perkembangan selanjutnya mulailah dirasakan bahwa sistem kapitalis yang dianggap sistem terunggul memperlihatkan kelemahan-kelemahan yang tidak bisa dibantah, bahkan jika Fukuyama mengatakan bahwa sistem kapitalis adalah sistem yang mengatur hidup manusia maka pada kenyataanya hanya segelintir orang dapat merasakan keunggulan ini, hal ini dapat dilihat dari data-data yang sangat mencengangkan, adapaun data-data tersebut diantaranya adalah :

-Setengah dari penduduk dunia (sekitar 3 miliyar orang) hidupnya dengan uang dibawah $3 atau sekitar Rp.18000 sehari.

-GDP (Gross Domestic Product) atau pendapatan domestik Bruto di 48 negara termiskin di dunia tidak lebih dari 3 negara terkaya di dunia.

-Sekitar 790 juta orang di negara berkembang masih dalam kekurangan makanan yang layak dan hampir 2/3 tinggal di Asia dan Pasifik

Dari data-data tersebut dapat kita lihat bahwa ketimpangan yang sangat tinggi antara si kaya dan si miskin, apakah hal tersebut bisa dikatakan keunggulan dari sistem Kapitalis? Tentu jawabannya bukan karena kekayaan hanya dirasakan oleh segelintir orang sedangkan sisanya merasakan kesulitan dalam mengahadapi kehidupan yang semakin tidak memihak pada mereka yang tidak memiliki modal.

Lantas apa solusi untuk semua ini? Adakah sistem ekonomi yang bisa memecahkan persoalan ini sekaligus menjadi jawaban atas mereka yang merasa tidak diadili oleh sistem yang ada? Jawabannya ada, dan itu adalah sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi yang tidak hanya memihak pada mereka yang memiliki modal yang besar saja namun seluruh umat manusia, karena Islam memiliki sifat pertengahan yang berarti dapat memihak kepada semua lapisan masyarakat.

Bukti bahwa sistem Ekonomi Islam dapat mensejahterakan seluruh umat adalah pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang mana pada saat itu Khalifah umar harus pergi ke benua Afrika untuk menyalurkan Zakat, saking tidak ditemukannya orang yang berhak menerima Zakat di negaranya.

Subhanallah. Apakah kita masih ragu dengan sistem ekonomi Islam yang menjanjikan kesejahteraan bagi kita semua?
*piyunganonline

0 comments:

Post a Comment