Kenaikan harga BBM baru efektif 1 hari lalu, sejak 18 November 2014. Tetapi, efeknya sudah langsung dirasakan oleh rakyat.
Sektor transportasi langsung bergerak aktif mengimbangi kenaikan harga
BBM bersubsidi. Kenaikan tarif angkutan umum dan angkutan distribusi
barang sudah mulai menghantam rakyat, tanpa ampun.
Dari hasil pantauan Tim Piyungan Online di beberapa titik di daerah
Yogya-Klaten-Solo-Sukoharjo-Boyolali-Magelang, berhasil dicatat kenaikan
tarif angkutan umum (termasuk becak) yang bervariasi dari 10 hingga 35
persen.
Angkutan sayur mayur dari daerah Boyolali ke Solo yang sebelum kenaikan
harga BBM hanya Rp150ribu untuk ukuran pick up L 300 kini menjadi
Rp200ribu. Sementara dari sentra sayur mayur Ngablak, Magelang, tercatat
kenaikan lebih tinggi.
"Sebelum kenaikan (harga BBM), sekitar 300ribu. Sekarang 350ribuan,"
ujar Yoko, salah seorang petani di Gogik, Ngablak, Magelang.
Sementara itu, Didik Rahmadi, pemilik sebuah warung makan di Solo
mengungkapkan, kenaikan harga sayur mayur membuatnya harus mengecilkan
porsi lauk pauk sembari menaikkan harga jual.
"Kalau ndak gitu, ndak nutup belanjaan..", ujar Didik.
Didik yang memiliki 12 warung makan di Solo, Karanganyar, Sukoharjo,
Sragen dan Boyolali mengatakan, kebijakannya itu menyebabkan menurunnya
jumlah pelanggan.
"Ya turunlah..(pelanggan). Apalagi ini tanggal tua. Mau gimana lagi? Saya kan ndak bisa nombok," ujar Didik.
Senada dengan Didik, Ferdi, seorang pengusaha ayam goreng kremes juga mengeluhkan kenaikan harga BBM.
"Harga paket ayam goreng di warung saya 6ribu. Isinya nasi, ayam goreng
kremes, lalapan dan sambal. Di tengah harga cabe yang naik gini, saya
jadi bingung. Kalau naikin harga, pelanggan pasti kabur", tutur pria
berdarah Ambon ini.
Ferdi menambahkan, kenaikan harga tarif dasar listrik, BBM dan
menggilanya harga cabe menjadi keluhan rakyat. Sayangnya, menurut Ferdi,
Pemerintah enggan merespon keluhan itu.
"Gila kan? Listrik naik, BBM naik, cabe udah mahal dari minggu lalu.
Pepatah vox populi vox Dei rasanya gak berlaku untuk pemerintahan Jokowi
ini", tandasnya.
Kenaikan harga BBM bersubsidi yang belum disertai bukti nyata perbaikan
infrastruktur, memang membuat rakyat kecil menjerit panik. (fs/piyungaonline)
Wednesday, 19 November 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment