Oleh Aminatuz Zahra Kasuba
Ayah pernah bercerita ketika beliau masih menjadi penceramah dan sama sekali belum menyentuh dunia politik, beliau membonceng ibu dengan motor dan tanpa sengaja melewati kantor gubernur yang masih dalam tahap pembangunan. Beliau bercanda untuk menghangatkan suasana dan bilang ke ibu, "Suatu saat nanti saya yang menduduki kantor itu". Ibu hanya tertawa geli karena percaya bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.
Ayah adalah sosok pekerja keras dan tidak kenal lelah. Memang sangat sulit mendapatkan waktu bersama beliau tapi kami tidak pernah merasa kurang perhatian atau kasih sayang. Bagi kami senyumannya, sikap tenang dan sikap hangat ketika menyapa kami itu sudah lebih dari cukup.
Beliau tidak pernah mengeluh atau menunjukan beban beliau kepada kami. Mungkin bukan hanya kepada kami, beliau tidak pernah menunjukan rasa lelah beliau kepada orang sekitarnya. Terkadang kami khawatir ketika beliau dengan lelahnya bekerja berjam jam, pergi ke pulau pulau namun di depan rumah masih banyak tamu yang menanti. Ya, walaupun tidak setiap hari namun seringkali diatas jam dua malam beliau tetap melayani tamu.
Adik saya, Nurul Izzah Kasuba pernah bercerita suatu saat dia melihat Ayah sangat lelah walaupun berusaha tersenyum. Kemudian, Izzah memintanya untuk istirahat karena tidak ingin melihat ayah sakit. Namun,beliau hanya bilang “iya nak” dan melanjutkan aktifitasnya. Kami tahu betul betapa besar mimpi mimpi dan cinta beliau terhadap rakyat Maluku Utara.
Beliau contoh leader bagi kami, pemimpin yang tidak pernah melihat dan membeda bedakan orang lain, yang mampu mencairkan suasana, tidak pendendam, tidak penuh dengan ambisi ambisi dunia, pemimpin yang bisa menempatkan posisi sebagai ayah, politikus dan seorang dai. Pemimpin yang senang bertemu dengan rakyatnya, memiliki bahasa yang dipahami rakyatnya dan memiliki kasih sayang yang mampu dirasakan keluarganya. Kami adalah saksi bahwa ayah adalah seorang yang tidak pernah membenci orang yang menyakitinya, memfitnahnya apalagi hanya lawan politiknya.
Ayah adalah panutan kami setelah baginda Rosulullah dan para sahabatnya. Beliau adalah sosok yang kuat, karismatik dan penyayang. Ditengah kesibukan politik dan dakwahnya, beliau adalah orang yang mudah mengatakan perasaan sayang kepada anak anaknya.
Beliau mengajarkan kami agar peduli orang lain dan peka terhadap lingkungan sekitar. Beliau selalu mengingatkan kami agar tidak sombong dan selalu bersyukur. Ayah selalu mengingatkan, semua yang kami nikmati adalah rezeki dari Allah yang akan ditambah ketika kami bersyukur dan akan hilang dengan sekejap mata ketika kami terlalu rakus, sombong atau mungkin sudah jauh dari jalan Allah. Beliau selalu mengingatkan kami bahwa ketika harta, jabatan dan pujian pujian orang lain menjadi tujuan utama kita dalam hidup, maka hidup ini akan susah, suram dan berat.
Papa selalu mudah membuat kami jatuh hati terhadap sifat santai, pemaaf, adil, dan penyayangnya. Canda dan tawa beliau mengajarkan kami agar tidak melihat masalah dan ujian sebagai beban melainkan cinta Allah terhadap kami, karna dengan masalah kami akan duduk dan berdo’a kepadaNya, maka semakin eratlah hubungan kita dengan Allah.
Ayah selalu membuat kami gembira menghadapi apapun yang terjadi. Beliau sosok yang sangat tenang namun periang dan suka bercanda dengan anak-anaknya. Kadang kami sering bertanya tanya karena setiap kali bersama kami beliau selalu tertawa dan bercanda, “Apakah ayah tidak pernah merasa sedih? Atau apakah ayah tidak pernah stress dengan semua hal yang dihadapi?”.
Saat ditanya seperti itu, ayah selalu memotivasi kami dengan pengalaman pengalaman beliau. Ayah menekankan pentingnya rasa optimis dan berprasangka baik terhadap taqdir taqdir Allah. Ayah berharap agar kami tidak menjadi orang yang mudah putus asa, beliau tidak pernah menuntut apapun dari kami, yang beliau inginkan usaha kami dalam mengejar apa yang kami cita citakan.
Beliau selau membuat kami tertawa namun belajar dari pengalaman beliau. Beliau sering bercerita ketika beliau masih muda dan tinggal di kampung, waktu merantau di Madinah, waktu berdakwah ke pulau-pulau dan lain sebagainya.
Sebagian besar dari cerita beliau memiliki pesan bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat, jangan pernah merasa kecil dan bukan siapa siapa dimata manusia karna kita punya Allah yang Maha Besar dan Maha Kaya.
Ayah pernah bercerita ketika beliau masih menjadi penceramah dan sama sekali belum menyentuh dunia politik, beliau membonceng ibu dengan motor dan tanpa sengaja melewati kantor gubernur yang masih dalam tahap pembangunan. Beliau bercanda untuk menghangatkan suasana dan bilang ke ibu, "Suatu saat nanti saya yang menduduki kantor itu". Ibu hanya tertawa geli karena percaya bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.
Dan hari ini, canda beliau saat berboncengan dengan istrinya menjadi nyata. Hari ini ayah dilantik menjadi Gubernur Maluku Utara.
Semoga amanah ini dimudahkan dengan orang orang jujur yang bekerja dengan ayah. Semoga dengan berdakwah sebagai gubernur menaikan derajat beliau dimata Allah dan harapan terakhir kami adalah semoga jabatan ayah yang resmi beliau pegang hari ini mampu menjadi jalan beliau dan orang sekitarnya menuju surga agar bisa beliau bangun rumah atau kota kecil yang dipenuhi dengan orang orang Maluku Utara di surga nanti.
Kami sadar bahwa akan ada ujian ujian yang lebih besar dan fitnah adalah ancaman yang terus siap berdiri didepan pintu rumah kami. Politik bukan hal yang menyenangkan namun kami akan terus mendukunng, percaya dan terus mendoakan beliau.
Sofifi, 5 Mei 2014
@AminahZhrh on twitter
0 comments:
Post a Comment