REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jendral Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah mengkritik wacana kontestasi partai Islam dengan nasionalis yang sering disampaikan para pengamat politik. Menurutnya wacana itu mengesankan partai Islam tidak memiliki visi nasionalis.
"Islam bukan versus nasionalis. Kalau ada partai Islam dibilang tidak nasionalis itu ngawur," kata Fahri dalam diskusi "Persaingan Menuju Istana Poros Nasionalis Vs Islam" di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (23/4).
Fahri mengatakan partai-partai berbasis massa Islam sering diperlakukan tidak adil oleh para pengamat. Dia mencontohkan apabila ada oknum kader partai Islam yang korupsi, maka para pengamat langsung menuding bahwa hal itu merupakan tanda kebangkrutan ideologi partai Islam. Sementar di sisi lain, apabila ada oknum partai beraliran nasional korupsi, tidak ada pengamat politik yang mengaitkannya dengan ideologi.
"Kalau partai Islam bermasalah dihukum dengan istilah kebangrutan ideologi dan agama. Tapi kalau partai nasionalis tidak begitu," ujar anggota Komisi III DPRRI ini.
Pertarungan wacana pemilu presiden (pilpres) 2014 harus dilepaskan dari label-label agama dan nasional. Fahri mengatakan sudah saatnya pertarungan pilpres 2014 dikayakan dengan pertarungan ide dari masing-masing capres. Dengan begitu menurut Fahri, pemerintahan yang terbentuk bisa berjalan efektif.
"Di Indonesia ini tidak pernah ada perdebatan ide. Makanya kita kebingungan menentukan platform. Kita tidak bisa membedakan ide Jokowi dengan ide Prabowo dan Ical," kata Fahri.
0 comments:
Post a Comment