Antri
dong! Bebek aja bisa antri” sindiran yang sering ditemukan ini nyatanya
tak menohok. Kenyataannya negeri kita masih saja ribut soal antri.
Menumbuhkan budaya antri di Indonesia tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Masyarakat harus menyadari bahwa dengan membudayakan antri
Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju dan berkarakter.
Budaya antri kelihatannya mudah dipraktekkan. Tapi faktanya tidak semudah itu. Hanya sebagian orang yang masih bersedia menunggu gilirannya, selebihnya lebih memilih untuk menerobos antrian demi mendahulukan kepentingannya. Sehingga membuat budaya baru “terobos antrian”
Ditambah dengan kebiasaan orang Indonesia yang ‘engga enakan’ membuat sungkan untuk menegur padahal semua orang tau bahwa menerobos antrian adalah hal yang dapat merugikan orang lain.
Bahkan tulisan “Budayakan Antri” yang pada awalnya difungsikan untuk mengingatkan kini hanya menjadi pajangan. Bukannya orang tidak membaca tulisan tersebut hanya saja mereka merasa tidak guna jika hanya satu orang yang mematuhi dan sisanya melanggar.
Kini sangat sulit untuk membudayakan antri, semakin sedikit orang yang mau peduli. Misalnya saat menunggu Trans Jakarta. Orang masih harus berdesakkan untuk memasuki bus, padahal sudah disediakan kaca pembatas.
Sikap tidak tertib juga terlihat pada kendaraan yang ingin masuk dan keluar tol dengan cara memotong antrian, atau saat hendak mengisi BBM, mengantri sembako, dan pembagian daging kurban mereka seringkali memaksa untuk dilayani duluan hingga menimbulkan keributan hanya karena takut tidak kebagian jatah. Nomor kertas antrian yang dipercaya dapat menjadi solusi malah diabaikan.
Sistem Antrian
Sistem antrian dengan cara memanjang kebelakang sudah tidak efektif lagi untuk digunakan, salah satu alasannya karena memakan banyak tempat. Jika seperti ini, bukan hanya budaya antri saja yang harus dibenahi. Sistem antrian yang sudah banyak dilakukan pun sepertinya harus diperbaiki juga.
Sistem antrian dengan membentuk maze sepertinya cocok untuk menjadi sistem antrian baru. Bentuknya meliuk seperti ular sehingga tidak menghabiskan banyak tempat, berbeda jauh dengan sistem barisan ke belakang. Sistem ini sudah dijalankan beberapa tempat, seperti bioskop, bandara, bank, dan wahana hiburan.
Stasiun Kereta Tugu, Yogyakarta, juga telah menggunakan sistem antri yang dapat dicontoh. Mereka bekerja sama dengan perusahaan IT untuk pembuatan mesin antrian Micro Controller Base. Dengan mesin ini pembeli tiket tidak perlu lagi berdiri lama mengantri di depan loket, pembeli dapat duduk santai di bangku yang sudah disediakan hingga petugas memanggil gilirannya melalui pengeras suara.
Jika sistem telah dibenahi, sebaiknya kita juga mulai untuk mematuhi aturan yang telah ada. Memang untuk menumbuhkan budaya antri di Indonesia ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan proses dan strategi khusus serta sosialisasi dan pendidikan masyarakat tentang budaya antri. Awalnya untuk menerapkan budaya antri ini akan terasa berat untuk sebagian orang. Sehingga perlu terus ditumbuhkan kesadaran dan komitmen bersama seluruh masyarakat.
Kita harus menyadari bahwa budaya antri dapat membuat Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berkarakter. Cara paling mudah menanamkan budaya antri yaitu ditanamkannya pemahaman akan pentingnya mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri.
Mari menjadi bagian dari solusi bukan hanya menjadi tukang ngeluh, apalagi penimbul masalah. Akan sangat indah jika kita dapat mengawali perubahan-perubahan dari diri kita.
Sumber: Majalah Gogirl
Budaya antri kelihatannya mudah dipraktekkan. Tapi faktanya tidak semudah itu. Hanya sebagian orang yang masih bersedia menunggu gilirannya, selebihnya lebih memilih untuk menerobos antrian demi mendahulukan kepentingannya. Sehingga membuat budaya baru “terobos antrian”
Ditambah dengan kebiasaan orang Indonesia yang ‘engga enakan’ membuat sungkan untuk menegur padahal semua orang tau bahwa menerobos antrian adalah hal yang dapat merugikan orang lain.
Bahkan tulisan “Budayakan Antri” yang pada awalnya difungsikan untuk mengingatkan kini hanya menjadi pajangan. Bukannya orang tidak membaca tulisan tersebut hanya saja mereka merasa tidak guna jika hanya satu orang yang mematuhi dan sisanya melanggar.
Kini sangat sulit untuk membudayakan antri, semakin sedikit orang yang mau peduli. Misalnya saat menunggu Trans Jakarta. Orang masih harus berdesakkan untuk memasuki bus, padahal sudah disediakan kaca pembatas.
Sikap tidak tertib juga terlihat pada kendaraan yang ingin masuk dan keluar tol dengan cara memotong antrian, atau saat hendak mengisi BBM, mengantri sembako, dan pembagian daging kurban mereka seringkali memaksa untuk dilayani duluan hingga menimbulkan keributan hanya karena takut tidak kebagian jatah. Nomor kertas antrian yang dipercaya dapat menjadi solusi malah diabaikan.
Sistem Antrian
Sistem antrian dengan cara memanjang kebelakang sudah tidak efektif lagi untuk digunakan, salah satu alasannya karena memakan banyak tempat. Jika seperti ini, bukan hanya budaya antri saja yang harus dibenahi. Sistem antrian yang sudah banyak dilakukan pun sepertinya harus diperbaiki juga.
Sistem antrian dengan membentuk maze sepertinya cocok untuk menjadi sistem antrian baru. Bentuknya meliuk seperti ular sehingga tidak menghabiskan banyak tempat, berbeda jauh dengan sistem barisan ke belakang. Sistem ini sudah dijalankan beberapa tempat, seperti bioskop, bandara, bank, dan wahana hiburan.
Stasiun Kereta Tugu, Yogyakarta, juga telah menggunakan sistem antri yang dapat dicontoh. Mereka bekerja sama dengan perusahaan IT untuk pembuatan mesin antrian Micro Controller Base. Dengan mesin ini pembeli tiket tidak perlu lagi berdiri lama mengantri di depan loket, pembeli dapat duduk santai di bangku yang sudah disediakan hingga petugas memanggil gilirannya melalui pengeras suara.
Jika sistem telah dibenahi, sebaiknya kita juga mulai untuk mematuhi aturan yang telah ada. Memang untuk menumbuhkan budaya antri di Indonesia ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan proses dan strategi khusus serta sosialisasi dan pendidikan masyarakat tentang budaya antri. Awalnya untuk menerapkan budaya antri ini akan terasa berat untuk sebagian orang. Sehingga perlu terus ditumbuhkan kesadaran dan komitmen bersama seluruh masyarakat.
Kita harus menyadari bahwa budaya antri dapat membuat Indonesia menjadi bangsa yang maju dan berkarakter. Cara paling mudah menanamkan budaya antri yaitu ditanamkannya pemahaman akan pentingnya mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri.
Mari menjadi bagian dari solusi bukan hanya menjadi tukang ngeluh, apalagi penimbul masalah. Akan sangat indah jika kita dapat mengawali perubahan-perubahan dari diri kita.
Sumber: Majalah Gogirl
Sumber: http://www.dakwatuna.com
0 comments:
Post a Comment