Saturday, 31 May 2014
"Karakter Asli Prabowo" by @Fahrihamzah
Twit @Fahrihamzah
(30/5/2014)
Kalau bicara karakter Prabowo, lebih baik disimpulkan di awal bahwa ini orang terlalu mandiri sejak awal.
Itulah yang membuatnya nampak kuat dan matang. Karena apa yang dia capai bukan kebetulan-kebetulan.
Apa yang dicapai bukan hadiah orang. Dia adalah dirinya sendiri, dia bukan boneka orang.
Itulah satu-satunya alasan kekuatan siluman hitam pengendali negara tidak suka dengan dia. Prabowo terlalu mandiri.
Maka segala cara digunakan untuk menghadangnya. Tetapi dasar orang baik dan bekerja lurus.
Sulit mencari kesalahan Prabowo. Karena hidupnya disiplin. Dia orang tempur dan terbiasa dengan presisi.
Satu-satunya fitnah kepada Prabowo adalah peristiwa lebih 16 tahun lalu.
Kasus penculikan aktifis itu seolah menjadi dosa Prabowo. Padahal semua tahu bahwa proses hukum yang terbuka sudah selesai.
Secara ksatria Prabowo menerima sikap institusinya demi keutuhan TNI.
Saya bicara dengan Desmond, dkk. Orang2 yang dituduh diculik Prabowo.
Mereka berbalik menjadi pendukung setia Prabowo justru karena melihat karakter ksatria dan setia.
Prabowo itu asli, itu kesan saya dan kesan semua orang yang berani mendekati Prabowo.
Dari jauh orang menghasut kita bahwa orang ini berbahaya, dll. Tapi begitu kita dekat dan berbicara, kita makin dekat.
Tentu "kita" dalam pengertian mereka yang peduli dengan karakter, bukan mereka yang penuh kepalsuan.
Karena ada figur lain yg seolah dekat merakyat, tetapi justru jika kita semakin mendekat makin nampak bahwa dia palsu.
Sekali lagi, "kita" dalam definisi itu adalah kita yang jujur dan lurus, bukan penipu bertopeng.
Kalau kita sempat bertanya, kepada Megawati suatu pertanyaan yang harus dia jawab jujur. Tentu semua jadi jelas.
Pertanyaan itu adalah, "siapakah yang lebih mirip karakter Bung Karno di antara para calon Presiden?".
Kita bukan anak biologis Bung Karno! tetapi dia pahlawan kita semua.
Dan sejarah yang kita baca, membuat kita tahu bahwa Prabowo lebih dekat pada karakter proklamator kita itu.
Bung Karno dan Prabowo memiliki banyak kesamaan. Pertama, memiliki orang tua kombinasi Jawa luar Jawa.
Bung Karno, memiliki ibu dari Bali dan Prabowo memiliki ibu Manado. Keduanya memiliki bapak Jawa.
Memiliki darah sama-sama mendidih jika sudah menyangkut harga diri dan kehormatan bangsa Indonesia.
Berbicara keras apa adanya dan memiliki kepribadian terbuka, fair dan cuek.
Saya menonton sebuah video dokumenter yang menggambarkan suasana-suasana informal Bung Kano.
Karakter Bung Karno saya bisa katakan melalui observasi itu dimiliki oleh figur Prabowo Subianto sekarang.
Karena itu, menarik mendengar jawaban Prabowo kemarin, terkait pertanyaan wartawan Jawapos soal kudeta militer.
Prabowo bahkan mengajak untuk memantapkan keyakinan kepada demokrasi. Karena memang dia seorang Demokrat.
Kata Prabowo, kekuasaan yang tidak diberikan oleh rakyat adalah kekuasaan yang tak akan bertahan lama.
Karena itu, kudeta bukan hanya tidak sah atas pemerintahan demokrasi. Tetapi juga pengkhianatan atas suara takyat.
"Saudara harus baca sejarah TNI, karena TNI adalah tentara rakyat. TNI kita adalah militer yang mendengar rakyatnya".
"Tidak banyak militer di dunia ini yang mau keluar dari politik secara sukarela dan itu dilakukan oleh militer kita"
Demikian juga ketika ditanya tentang masa depan kebebasan pers jika Prabowo menjadi Presiden.
Saya kira wartawan banyak yang kaget, karena Prabowo bukan saja menggaransi tapi juga meyakini.
"Kebebasan pers adalah mutlak jika kita menghendaki adanya kemajuan"
"Mengekang kebebasan publik adalah sama dengan membunuh hak kita untuk maju dan mendapatkan yg terbaik"
"Biarlah ide beradu secara merdeka sehingga rakyat mendapatkan pilihan terbaik"
Penjelasan ini, ditutup oleh penjelasan tentang apakah Prabowo akan memimpin secara otoriter.
"Saya tidak bisa otoriter, karena ada saudara", menunjuk kepada wartawan.
Saya langsung menyambar dengan berteriak agak keras, "ada saya !".
"Ya, ada anggota dewan yang galak seperti saudara," tambah Prabowo.
"Inilah saya, kata Prabowo. Tapi saya kalau disuruh merubah gaya saya tidak bisa".
"Saya ini Jawa tapi Banyumas. Luar keras tapi hati lembut". Disambut tawa wartawan dan teriakan "Hidup Prabowo!"
Gaya orang Indonesia tidak bisa kita paksa dan adili. Karena kita kadung sdh jadi bangsa besar dan beragam.
Kita memerlukan karakter kuat pemimpin. Kita memerlukan karakter yang berguna bagi rakyat.
Kita tidak perlu orang yang sopan santun bagi citranya sendiri tapi berkhianat kepada rakyat.
*sumber: https://twitter.com/Fahrihamzah/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment