Suasana Masjid Sunda Kelapa selepas Shalat Jumat (ms.doc) |
Oleh Abdul Munir Sara*
Seperti biasa, aktivitas Mingguan saya, shalat jumat di Masjid Sunda Kelapa. Kesukaan saya di Masjid samping istana wapres itu, karena khatibnya berkualitas, dan imamnya rata-rata masih muda dan penghafal Al quran.
Selain itu, menikmati kuliner di plaza masjid selepas jumat, juga fardhu ‘ain sejak menginjakkan kaki di Jakarta. Tentu karena sate Padang-nya pedas menggoda dan soto Lamongan yang gurihnya menyengat lidah.
Hari ini, Jumat, (30/5/14) begitu panas. Melewati kawasan Matraman seperti dipanggang saja. Sedikit terburu-buru, akhirnya sampai juga di masjid Sunda Kelapa.
Jamaah di masjid padat merayap. Penuh hingga lapangan tenis. Taman masjid pun dipadati jamaah. Saya nyaris tak ada tempat duduk. Terpaksa selonjor saja di pojok pintu ruang bawah. Duduk berdesak-desakan dintara ribuan jamaah. Untungnya masjid Sunda Kelapa punya AC sentral, jadi panas dari luar tadi ditepis menjadi adem.
Seperti biasa, sebelum khatib ke mimbar, ada beberapa pengumuman yang disampaikan pengurus (ta’mir) masjid. Dan spesialnya dalam pengumuman itu, Jokowi hendak bersilaturahim dengan jamaah masjid ba’da shalat Jumat.
Ketika nama Jokowi disebut, tak ada yang gubris, semua orang khusyuk shalat sunnah dan membaca Al quran atau wirit. Saya bahkan penasaran memandang wajah setiap jamaah yang ada, kok tak seheboh yang dikira. Biasanya tempat yang dikunjungi, sorak suara menggemuruh, tak peduli itu masjid. Atau ada teriakan shalawat dan takbir mengiringi Jokowi.
Bahkan seorang pegawai Bappenas (terlihat dari ID Card) di samping saya celetuk ketika nama Jokowi disebut pengurus masjid; “Jokowi ga ngaruh”. Mungkin jamaah ini orang jawa. Ujung katanya medok. Jamaah lainnya juga sama, bahkan ada pak Haji di samping juga berseloroh “emang Jokowi hebat apa?”. Beginilah. Yang jelas saya tak tahu haluan politik dua jamaah yang ketus itu.
Jokowi duduk di baris shaf pertama. Persis dekat mihrab. Ketika khatib naik mimbar, ia memegang dagu, dua bola matanya bergerak ke arah khatib. Di samping Jokowi ada Aksa Mahmud (adik Ipar Jusuf Kalla; Cawapres Jokowi). Aksa ketua ta’mir masjid Sunda Kelapa. Tak mengerti apa kahidaran Jokowi itu atas undangan Aksa.
Tema khutbah jumat ini menimpuk Jokowi. Khatib menyampaikan dengan tajam soal “amanah”. Contohnya pun diintrodusir dengan seorang pejabat yang tak amanah atau meninggalkan jabatannya, demi jabatan lain yang lebih tinggi atau; meminjam istilah khatib serakah.
Kata khatib, pemimpin dengan model ini, hanya menghasilkan kehancuran. Ceramah khatib itu bertemali dengan pernyataan JK waktu lalu, bahwa kalau Jokowi jadi presiden “Bisa rusak negara ini”. Mungkin ada hubungannya.
Dari layar LCD, kening Jokowi kerut memerah. Ceramah itu menghujam batinya. Ia terkoyak dengan soal amanah memimpin Jakarta. Bukan cuma saya yang mengira, disaat menuju tempat titipan sandal, bisik-bisik suara mengemuka, salah satu jamaah bilang, “cerama tadi kena Jokowi…sudah betul ceramah tadi.”
Selepas jumat Jokowi hendak turun menghampiri jamaah. Hanya 10 hingga 20 orang yang mendatanginya dan bersalaman.
Ia menuruni anak tangga dengan gesture tubuh tak cerah. Senyumnya pudar. Pesonanya tak nampak. Rupanya ceramah khatib tadi memanggang batinnya. Mungkin juga kecewa dengan Aksa Mahmud yang mengerjainya.
Karena sepi dan ditinggal pergi Jamaah, Jokowi terpaksa masuk ke ruang sekretariat Masjid. Akibat jamaah yang sepi, pengurus masjid berulang-ulang menyampaikan pengumuman. Tapi tak ada yang peduli.
Jamaah Jumat sibuk dengan diskusi-diskusi kecil di pojok masjid, dan lebih tertarik dengan tawaran aneka makanan yang ada di plaza masjid. Saya yang dari tadi penasaran menunggu acara itu, pun jenuh dan pergi karena kelamaan.
Tak berapa lama, Jokowi pun kabur dari Masjid Sunda Kelapa. Tak ada yang peduli. Hanya beberapa wartawan yang memotretnya dari luar masjid. Mungkin untuk pencitraan. []
*sumber: http://polhukam.kompasiana.com/polhukam/1970/01/01/jumat-di-sunda-kelapa-jokowi-dusuguhi-kahtib-pentingnya-amanah-655689.html
0 comments:
Post a Comment