Saturday, 19 April 2014
Tanggapan atas tulisan "Harusnya PKS Tidak Seperti Itu"
Oleh Fendi Yuda Atmaja
Mohon maaf sebelumnya, saya harus menuliskan ini karena kegelisahan pribadi. Terutama ketika membaca tulisan/artikel saudara Fahrizal Aziz yang berjudul“Harusnya PKS Tidak seperti itu” (kompasiana -red). Saya gelisah karena beberapa sahabat saya “meng-aminkan” kebenaran tulisan ini. Bagi saya ada beberapa kesalahan pemahaman sejarah dan konteks oleh Bung Fahrizal yang perlu diluruskan dalam tulisan itu.
Baru saya membaca judulnya saja kok rasanya sudah memberi kesan negatif untuk PKS. Padahal dalam artikel bung Fahrizal Aziz membahas tentang PKS dan PDIP yang sering disebut. Kenapa judulnya hanya dimunculkan PKS? Bagi saya sebuah judul yang baik harus mencerminkan sesuai dengan isinya. Semoga judul tsb tidak sengaja untuk menyudutkan pihak tertentu atau sekedar mencari sensasi. Wallahua’lam.
PERTAMA, rakyat Jakarta sudah hampir putus asa dengan masalah banjir & kemacetan yang tak kunjung terselesaikan. Maka terpilihnya Jokowi sebagai Gubernur DKI dianggap dapat memberikan harapan baru . Saya saja bangga dengan gebrakan-gebrakan Jokowi dalam aksi membenahi Jakarta. Namun rakyat Jakarta lah yang menilai semua itu. Mereka yang merasakan langsung dampaknya. Jika pada kenyataannya rakyat Jakarta tidak puas dengan kinerja Gubernur DKI maka sejarah akan terulang, yaitu rakyat akan mencari sosok lain yang dianggap dapat memberi harapan baru bagi Jakarta. Sebagaimana dulu citra Fauzi Bowo dijatuhkan dan mengangkat sosok baru Jokowi. Jadi dimunculkannya sosok Aher masih dalam kategori wajar.
KEDUA, seandainya Bung Fahrizal bilang kalo Fahri Hamzah itu banyak omong, maka saya akan bersepakat. Terkait kultwit Fahri Hamzah, saya tidak sepakat jika itu disebut aib. Itu adalah rekam jejak kepemimpinan Megawati , dianggap baik atau buruk yang jelas its based on fact. Toh Megawati sudah menjelaskan bahwa kebijakan saat itu adalah legal dilakukan, bahkan telah direstui oleh MPR kala itu.
Saya heran pada Bung Fahrizal yang mempermasalahkan hal ini. Ingat ketika video iklan politik PKS yang mencantumkan Soeharto sebagai salah satu pahlawan bangsa. Lihat betapa banyak Media & Parpol lain termasuk PDIP yang mengkritik habis-habisan dengan mengungkit dosa Orde Baru. Artinya adalah banyak yang menganggap masa Orde Baru Soeharto sarat dengan aib/dosa/kegagalan. Nah,,apakah itu juga etis?
Kemudian Bung Fahrizal menyimpulkan bahwa “semakin susah membedakan mana Partai Islam dan yang tidak”. Terlalu dangkal bagi saya untuk menyimpulkan citra sebuah Parpol hanya dengan ulah segelintir kadernya. Jika tidak suka dengan ulah Fahri Hamzah maka kritik saja pribadinya, bukan dengan men-judge Partainya. Saya berharap Bung Fahrizal tidak ikut “menggarami lautan”. Bung bilang tidak suka antar Parpol saling menjatuhkan dengan merusak citra, lantas apa maksud tulisan Bung yang menyudutkan PKS itu?
Maaf jika saya terlalu jujur mengatakan bahwa tulisan Bung Fahrizal adalah provokatif dan berpotensi menjatuhkan citra Partai Islam.
KETIGA, Saya sepakat bahwa upaya membanggakan diri agar terlihat lebih baik dari yang lain adalah perbuatan yang buruk. Namun menyebarkan kebaikan suatu partai agar diketahui dan memperoleh simpati masyarakat adalah sah dalam kampanye. Wajar jika dalam kampanye simpatisan membagus-baguskan partainya. Yang aneh jika simpatisan menjelek-jelekan partainya sendiri.
Media massa bukan pihak ketiga Bung. Tidak logis jika PKS hanya diam dengan kebaikannya dan mengharapkan media seperti yang bung sebutkan (Metro tv, Tv one, kompas, jawa pos dll) mau memberitakan kebaikan PKS, terlebih dalam masa kampanye.
- Metro tv itu milik Surya Paloh (Nasdem) ,
- TV One milik Bakrie (Golkar),
- kompas (afiliasi masih misterius),
- Jawa pos milik Dahlan Iskan (Demokrat).
Tak ada pihak ketiga bung. Media massa sekarang adalah milik Parpol.
Ingat ketika Ardi Bakrie marah besar gara2 Vivanews memposting iklan tentang Jokowi.
PKS ?? hanya punya PKS Piyungan yang gencar. Itupun cuma media online.
Saya hargai betul kepedulian Bung Fahrizal untuk menasehati PKS, namun alangkah baiknya tulisan langsung disampaikan kepada yang berkaitan (PKS ataupun Fahri Hamzah). Bukan diposting di media massa seperti ini. Apalagi dengan judul yang menyudutkan seperti itu.
Sungguh saya tidak rela karena tulisan bung itu telah membuat sahabat saya (simpatisan PKS) menjadi goyah kepercayaannya kepada PKS lantaran membaca tulisan yang tidak didasari pemahaman sejarah dan konteks yang lebih mendalam.
Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Wallahua’lam.
Yuda
*pkspiyungan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment