SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Thursday 17 September 2015

Demokrasi ala PKS

 
Beberapa bulan terakhir, isu pertikaian politik di tingkat elite KMP vs KIH mewarnai perjalanan bangsa ini. Bahkan pertikaian itu telah merambah masuk ke pertikaian elite parpol yang berdampak pada disharmonisasi, perpecahan, keretakan yang melahirkan parpol baru atau parpol dengan dua kubu.
Di tengah isu perpecahan, konflik dan perseteruan itu, PKS tampil dengan gaya demokrasinya. Berita tentang terpilihnya Presiden baru PKS membuat ‘geger; dunia politik Indonesia. Kader pun banyak yang hiruk pikuk melakukan tabayyun (konfirmasi) akan kebenaran berita yang mengalir dari berbagai media. Cukup terasa kegaduhannya. Inilah bagian pembelajaran politik di PKS.
Ini pula bagian dari hasil yang disebutkan Anis Matta bahwa untuk membangun basis ruhiyah yang kuat adalah perspektif keimanan terhadap semua peristiwa yang kita hadapi. Ketika memasuki wilayah penyikapan, maka peristiwa itu berhubungan dengan setiap kader dalam sisi spiritualnya. Sahabat-sahabat mediapun tak luput dari rasa penasaran. Mulai dari akademisi, mahasiswa sampai ibu rumah tangga ikut menanggapi proses suksesi di PKS.
Gemas bercampur kagum mereka komentar : "bagaimana PKS ini, masa' tiba-tiba Presiden barunya sudah terpilih?"
"Tidak seru nih PKS, tidak ada dinamika pemilihan Presidennya".
"Apa pemilihannya sudah sesuai AD/ART PKS ? Kenapa tidak ada ribut-ributnya ?"
Ada lagi yang lebih dramatis pertanyaannya. "Apa Ibu bisa menerima Presiden baru ini ?"
"Bagaimana dengan Pak Anis ? Apa kinerjanya buruk sehingga harus diganti ?"
Pertanyaan itu begitu bertubi-tubi dari berbagai kalangan. Sebagai kader yang merepresentasikan PKS di publik, penulis harus mampu menjawab dengan bijak, berusaha memuaskan hasrat demokrasi mereka. Penulis adalah kader PKS yang sudah membersamai 5 Presiden terdahulu. Nur Mahmudi Ismail, Hidayat Nurwahid, Tifatul Sembiring, Luthfi Hasan Ishaq, Anis Matta, mekanisme pemilihannya sejak presiden pertama hingga sekarang tidak ada perubahan.
Mekanisme pemilihan PKS punya lembaga tertinggi yang bernama Majelis Syuro (MS). Majelis Syuro ini beranggotakan 99 orang, perwakilan dari semua daerah di Indonesia yang dipilih secara demokratis melalui pemilihan raya yang diselenggarakan oleh masing-masing DPW. Sebanyak 60 orang anggota Majelis Syuro dipilih melalui pemilihan raya, 39 dipilih oleh anggota Majelis Syuro sendiri. Ini biasanya diisi oleh orang-orang yang professional, expert di bidang tertentu.
Ketua Majelis Syuro memimpin pelantikan anggota Majelis Syuro PKS yang baru, periode tahun 2015-2020. Lalu dilanjutkan dengan persetujuan agenda dan pembahasan tatatertib pemilihan Ketua Majelis Syuro PKS periode 2015-2020.
Acara sidang pemilihan ketua Majelis Syuro diawali dengan pembacaan pasal AD/ART PKS, syarat-syarat dan tata cara pemilihan ketua MS. Sidang pemilihan dipimpin oleh bukan calon ketua, anggota Majelis Syuro tertua dan termuda. Dari penjaringan calon ketua Majelis Syuro, masing-masing anggota menuliskan tiga nama calon. Dari proses ini maka diperoleh tiga nama dengan skor tertinggi yaitu Dr Salim Segaff Aldjufrie, Dr Hidayat Nurwahid dan Ustadz Hilmi Aminuddin.
Ada klausul untuk mengadakan musyawarah mufakat. Maka mereka bertiga bermufakat untuk mengangkat Dr Salim Segaf Al Djufri sebagai ketua MS, Dr. Hidayat Nur Wahid sebagai wakil ketua MS. Agenda berikutnya adalah pemilihan kelengkapan pimpinan pusat : 1. Presiden Partai (Ketua DPP). 2. Ketua MajelisPertimbangan Pusat (MPP) 3. Ketua Dewan Syariah Pusat(DSP). 4. Sekretaris Jenderal 5. Bendahara Umum dan 6.Sekretaris Majelis Syuro.
Menurut AD/ART, ketua Majelis Syuro adalah sebagai formatur tunggal mengajukan nama-nama untuk dibahas dan disetujui oleh sidang Majelis Syuro. Pemilihan dilakukan secara musyawarah. Ketua Majelis Syuro mengajukan nama calon presiden dengan muwashofat ( kriteria ) yang sudah disepakati.
Anggota Majelis Syuro memberikan opini, sampai semua merasa yakin bahwa inilah yang terbaik untuk PKS. Musyawarah dilakukan secara hikmad, tenang dan tawadhu. Suasananya tergambarkan dalam kultwit @tifsembiring
“Saya sudah tiga periode menghadiri sidang MS, namun sidang kali ini terasa sangat luar biasa, khudhu', khusyu' dan penuh ikatan ukhuwwah...”
Namun itulah yang saya rasakan, khidmat, kadang kami menangis bersama, kadang tertawa. Ada sedikit ketegangan-ketegangan, tapi tidak sampai gebrak meja dan akhirnya majelis tersebut memutuskan:
Presiden Partai: Dr. Muhammad Sohibul Iman, Ketua MPP: Suharna Surapranata Msc., Ketua DSP : Dr. Surahman Hidayat, Sekjen: Taufiq Ridho, Bendahara umum: Drs. Mahfudz Abdurrahman dan Sekretaris Majelis Syuro: Untung Wahono Msc.
Tentang Demokrasi
Dalam tulisan-tulisannya, Anis Matta dikenal sebagai penulis Islam yang moderat, dengan kosa kata yang bersahaja, kalimat yang sistematik, mampu menundukkan pikiran pembacanya.
Dalam sebuah tulisannya, Anis Matta menuliskan bahwa PKS pasti membutuhkan narrative intelligence yang lebih besar untuk membangun kemampuan persuasi yang mantap agar dapat memasuki ruang hati dan akal masyarakat Indonesia dan meyakinkan mereka bahwa di atas tanah Islam dan demokrasi, kita bisa bangun mesjid, gereja, klenteng, pura, wihara, dan istana serta pasar sekaligus.
"Demokrasi sebagai sistem nilai kita terapkan. Ada Majelis Syuro, ada tanfizhi dan ada dewan syariah. Proses rekruitmen kepemimpinan dalam sistem demokrasi ini melalui pemilihan umum dan peserta utama dalam pemilu. (*)
Oleh;
Sri Rahmi
Pengurus DPW PKS Sulsel

Sumber foto :  islamedia.co
Sumber tulisan : tribunnews.com

0 comments:

Post a Comment