SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Sunday 13 April 2014

Dan Pileg 2014 Pun Diakhiri dengan Sandiwara Quick Count?














Oleh: Ferry Koto 
*Kompasianer

Mohon jangan membuat kesimpulan dahulu dari judul tulisan ini sebelum membaca keseluruhan tulisan yang saya buat. Memang judul nya provokatif, dan hak pembaca menilai seperti itu, tapi sebenarnya saya tidak hendak memprovokasi, cuma ingin berbagi rasa penasaran karena ketidak-tahuan atas apa yang sebenarnya terjadi.

Ketidak tahuan kenapa hampir semua partai politik sudah bertepuk tangan dan saling bersalaman sebagai tanda sudah berakhirnya Pemilihan Legislatif (pileg) 2014, dengan dikeluarkannya hasil QUICK COUNT (QC) oleh berbagai lembaga survei. Koq begitu hebat sekali lembaga yang mengadakan QC ini, bisa langsung keluarkan hasil dan dipercaya VALID oleh seluruh kontestan Pemilu 2014. Tidak tanggung-tanggung, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua Partai Demokrat sudah mengucapkan selamat pada PDI-P yang keluar sebagai juara QC dalam PILEG 2014 ini.
Sandiwara Quick Count dimulai?

Rabu malam seluruh lembaga survei QC mengeluarkan release nya dengan hampir 98% data sudah masuk ke system perhitungan mereka. Semua lembaga sepakat bahwa PDI-P pemenang dari pileg ini, diikuti Golkar, Gerindra dan Demokrat. Grafis di bawah hasil salah satu lembaga survei Cyrus-CSIS.



Ada beberapa kejanggalan terjadi, mulai dari cepatnya hasil QC di-publish, sampai pada serentaknya semuaparpol menerima hasil QC ini, walau dengan catatan manis “kita tetap menunggu hasil real count resmi KPU“

Sejak mulai hasil QC dikeluarkan, sandiwara satu per satu saling menguatkan bahwa hasil QC ini layak dan WAJIB dipercaya (izinkan sementara saya pakai kata sandiwara ya, di bawah saya jelaskan).

Pertama Presiden SBY (atau ketua Demokrat?) melakukan press conference, dengan jantan mengakui kekalahan Demokrat dari PDI-P. SBY mengucapkan selamat pada PDI-P sang juara, serta pada Golkar sang runner-up dan Gerindra juru kunci di nomor 3, dan ditutup dengan kata manis “kita tetap menungu hasil real count resmi KPU“.

Kedua, setelah SBY mengumumkan hasil QC yang bisa diterimanya ini, berlomba-lombalah seluruh partai mengakui kebenaran hasil QC ini. Golkar dengan bangga menyambut hasil ini karena bisa duduk di peringkat dua, dan ada kesan mereka sudah nyaman dengan nomor 2 tersebut walau targetnya adalah nomor uno. Gerindra dengan semboyannya yang terkenal, Gerindra menang Prabowo Presiden, nampaknya juga sudah terpuaskan dengan diberi posisi nomor 3, lupa sudah bahwa dengan posisi ini Prabowo belum bisa diantar jadi Presiden bahkan calon pun tidak.

Ketiga, partai-partai yang tidak terduga bisa memperoleh suara besar seperti PKB, PAN, dan PPP bergembira dan terpuaskan dengan posisi 5, 6, dan 7. Dan notabene ketiga partai ini adalah partai kesayangan SBY dalam pemerintahan Koalisi sebelumnya. (ssssttt dengan posisi ini tentu ndak akan protes ya hasil QC)

Keempat, nyaris dengan seluruh posisi yang diumumkan dalam hasil QC ini tidak ada yang bisa kecewa dan bisa memprotes hasil QC ini. PKS yang tadinya mentarget bisa 3 besar juga hanya bisa diam, karena dengan kondisi selalu dihajar habis-habisan sejak 2013, menantang hasil QC, memberi perlawanan hasil QC, sama saja menyerahkan diri untuk di-bully habis-habisan. Dan PKS pun, mau tidak mau, menerima hasil QC ini walau terkesan sangat terpaksa (kenapa?).

Kalimo (Pancasila), seluruh media, seluruh pengamat, ikut-ikutan menerima dan mem-buzz hasil QC ini, bahkan bisa terlihat mengamini secara serentak, inilah hasil PILEG 2014 yang bisa diterima. Dan selesailah PILEG 2014 … dan…. semua sepekat hasil Real Count tidak mungkin jauh berbeda dari QC ini (artinya real count ngikut QC ?)

Dengan diterimanya hasil QC ini maka per hari ini (10/4) semua parpol sudah mulai saling menjajaki. Ya, saling menjajaki untuk koalisi, karena dengan hasil QC yang mereka amini bersama, tidak ada satu pun parpol bisa mengajukan Capresnya tanpa berkoalisi. Semakin lengkap sudah sandiwara, bahwa QC ini adalah final dari pertarungan PILEG 2014. Dan transaksi pun sudah dimulai (?)
Apa itu QC? Yakin sudah benar?

Di bagian ini saya tidak hendak menuduh para ahli di lembaga-lembaga yang mengadakan QC tidak kompeten, tidak layak dipercaya hasil QC-nya. Oh tidak, sama sekali tidak. Saya justru ingin bertanya dan mempertanyakan bukan kepada lembaga tersebut, tapi kepada Parpol yang sudah menerima hasil QC ini.

Dari manakah keyakinan Parpol-Parpol peserta Pemilu bahwa QC ini sudah benar dan layak dipercaya? Apa yang jadi alasan mereka bahwa QC ini bisa jadi tolok ukur akan hasil sebenarnya nanti dari perhitungan manual KPU?

Saya ingin memperbandingkan QC di Indonesia ini dengan Parallel Vote Tabulation (PVT) Through Quick Count (QC) yang pernah dilakukan di Kamboja pada tahun 2008 (silahkan lihat laporan dokumennya disini ) dan ini merujuk pada metode yang dikembangkan NDI (National Democratic Institute) baca handbooknya disini.

Pada PVT QC di Kamboja hal yang paling mudah dilihat adalah pertanggungjawaban lembaga yang mengadakan QC. Di mana mereka tidak hanya mengumumkan hasil QC dari pemilu yang sudah berlangsung tapi juga mengumumkan metodologi yang digunakan, sampai mengumumkan juga apa-apa yang mereka lakukan dalam Quick Count.

Mari kita lihat satu per satu.

Di PVT QC kamboja tersebut, metode yang digunakan gamblang disebutkan, apakah QC indonesia juga? apakah parpol tahu metode yang digunakan sehingga bisa percaya dengan hasil QC ini?

Yang namanya sampling tentu perlu pertanggung jawaban, seperti apa dan dimana sampling itu diambi? di PVT QC Kamboja lagi-lagi disebutkan dimana saja sampling diambil, di TPS mana, di dapil (district) mana dan di Propinsi mana. Gunanya kita tahu lokasi sampling adalah untuk membuktikan betulkah data yang diambil oleh lembaga QC. Kalau tidak tahu lokasi TPS dan sebaran lokasinya, bagaimana kita memvalidasi hasil QC? apakah parpol itu semua tahu? atau sama dengan kita semua, juga tidak tahu?

Nach, yang lebih asyik lagi ditanyakan, di Kamboja waktu di QC mereka butuh 1.500 TPS sebagai sampling dari keseluruhan 15.000 TPS yang ada. Di Indonesia pada Pileg ini, dengan hasil yang katanya error-nya hanya 1% dan sudah diyakini benar, sampling yang digunakan hanya 2.000 TPS mewakili 516.000 TPS seluruh Indonesia. Juga di Kamboja ada 600 ribu-an pemilih yang disampling dari hanya 8 juta pemilih terdaftar, di Indonesia berapa pemilih disampling dari 180 juta pemilih terdaftar? Menurut ilmu statistik dasar yang pernah saya pelajari, makin kecil sampling maka kemungkinan error makin besar. Nach apa semua Parpol sudah tahu seperti apa sich 2.000 TPS yang disampling, seberapa banyak pemilih yang diwakili,  sehingga layak diakui sebagai representasi hasil PILEG 2014?
Tahun 2019 kita pemilu di TPS sampling saja

Nach, kalau semua pertanyaan di atas bisa dijawab oleh parpol dengan meyakinkan, semeyakinkan mereka menerima hasil Quick Count, maka kata-kata sandiwara di atas layak saya cabut. Karena tidak pantas saya sebut penerimaan hasil QC ini sebuah sandiwara. Karena yang namanya sandiwara semua sudah ditata, semua jalan cerita sudah diatur dan hasil akhir dari cerita semua pemain sudah tahu. Dan tentunya dalam sandiwara pasti ada dalangnya yang mengatur semua lakon dari para pemain.

Jika pertanyaan di atas sudah terjawab, maka saya ingin menghimbau sekarang. Menghimbau demi kebaikan 240 juta rakyat Indonesia, yang harus dihabiskan energinya untuk PILEG, yang ternyata bisa ditentukan hasilnya cukup lewat beberapa TPS sampling saja. Dengan dana ratusan milyar, bahkan puluhan trilyun jika digabungkan dengan dana para caleg dan parpol yang terbuang sia-sia, karena ingin mengadakan pemilu di seluruh wilayah Indonesia. Padahal hasilnya ternyata dengan kecanggihan ilmu pengetahuan dapat dilakukan melalui sampling sederhana yang tidak butuh biaya trilyunan.

Jadi ada baiknya parpol (atau KPU?) meminta saja metode dan data TPS yang disampling oleh para lembaga survei, di mana saja itu TPS-nya, kemudian dari data tersebut, tahun 2019, kita cukup PEMILU di TPS sampling itu saja. Setuju kan? ini pasti menghemat banyak sekali, serta saya yakin semua parpol pasti menerima sebagaimana mereka hari ini menerima hasil QC.

Finaly, untuk rakyat (atau saya?) mari minta pada lembaga survei, data lokasi TPS yang mereka survei untuk disampling, apakah itu TPS saya? TPS anda? atau TPS siapa? … kan asyik juga jika kita tahu bahwa TPS kita menentukan nasib 240 juta rakyat Indonesia. hehehe

Ada lembaga survei yang mau memulai membagi datanya?

*pkssumut

0 comments:

Post a Comment