PKS JAKARTA – Sepulang dari tempat pemungutan suara dekat rumah, sore menjelang maghrib, rabu (09/4). Segera dan penuh antusias istri dan anak bertanya tentang perolehan suara PKS di tps dekat rumah.
“Ayah-ayah…ayah, PKS kalah ya?” tanya putriku yang pertama kelas 4 SD. “Nak..itu hanya soal angka dan urutan saja, PKS disebut kalah, kalo gara-gara hasil pemilu PKS berhenti melayani, berhenti peduli, berhenti berbagi, berhenti bersama dan dekat dengan rakyat dalam suka dan duka. Tak usah menunggu pemilu, maka PKS bisa disebut kalah bahkan mati” jawab saya pada Wafa.
Wafa terdiam dan pergi meninggalkan saya, kembali dengan rutinitas
bermain dengan adik-adiknya. Saya pun tidak berharap agar Wafa memahami
jawaban saya seketika itu juga. Saya hanya memberikan sketsa pemikiran
pada putriku, sebagaimana kakek dan nenek saya memberikan sketsa saat
masih SD dan manfaatnya baru saya rasakan saat seperti ini.
Saya dan istri melanjutkan obrolan. Selesai saya dan istri diskusi. Datang Wafa memberikan hadiah selembar gambar tentang PKS. Nih untuk ayah! sambil melepaskan senyum. Terima kasih nak, ujarku semangat.
Wafa memberikan pencerahan pada saya, walau tanpa kata-kata apa pun yang keluar dari lisannya.
Tentang kalah dan menang, itu soal biasa. Namun memberikan apresiasi pada seseorang itu sangat penting, Wafa menghargai proses yang tengah dijalani ayahnya, dalam menyikapi hasil pemilu. Menjadi anak biologis adalah sesuatu yang otomatis didapat seorang anak dari orang tuanya, namun untuk menjadi anak ideologis, kau mesti berjuang untuk meraihnya nak!
Kalah bukan berarti lesu dan tertunduk tanpa asa, menang pun tak serta merta menepuk dada penuh kesombongan.
Apapun yang terjadi kami tetap melayani, ini kredo yang sudah menjadi harga mati.
Sambil melangkah menuju mushola, lembaran hadiah itu masih tersimpan kuat dibenakku.
Terima kasih nak.
*foto terlampir adalah hadiah dari Wafa
- Trijoyo Adi
**pksjakarta
Saya dan istri melanjutkan obrolan. Selesai saya dan istri diskusi. Datang Wafa memberikan hadiah selembar gambar tentang PKS. Nih untuk ayah! sambil melepaskan senyum. Terima kasih nak, ujarku semangat.
Wafa memberikan pencerahan pada saya, walau tanpa kata-kata apa pun yang keluar dari lisannya.
Tentang kalah dan menang, itu soal biasa. Namun memberikan apresiasi pada seseorang itu sangat penting, Wafa menghargai proses yang tengah dijalani ayahnya, dalam menyikapi hasil pemilu. Menjadi anak biologis adalah sesuatu yang otomatis didapat seorang anak dari orang tuanya, namun untuk menjadi anak ideologis, kau mesti berjuang untuk meraihnya nak!
Kalah bukan berarti lesu dan tertunduk tanpa asa, menang pun tak serta merta menepuk dada penuh kesombongan.
Apapun yang terjadi kami tetap melayani, ini kredo yang sudah menjadi harga mati.
Sambil melangkah menuju mushola, lembaran hadiah itu masih tersimpan kuat dibenakku.
Terima kasih nak.
*foto terlampir adalah hadiah dari Wafa
- Trijoyo Adi
**pksjakarta
0 comments:
Post a Comment