Sunday, 6 April 2014
"Mengetuk Pintu Kemenangan"
By Nastar Df Abdullah
"Ya Allah, inilah kaum Quraisy yang datang dengan segala kecongkakan dan kesombongannya untuk memerangi Engkau dan mendustakan RasulMu. Ya Allah, tunaikanlah janji kemenangan yang telah Engkau berikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari”
Manusia mulia itu berdiri sepanjang malam, memanjatkan do’a menjelang meletusnya perang Badar. Ia bukan tak yakin dengan kemenangan yang dijanjikan Allah padanya, karena bahkan ia sudah menunjuk ke beberapa tempat di tanah seraya berkata, “ini adalah tempat kematian si fulan..., ini tempat kematian si fulan...,” nama-nama yang disebutkan akhirnya roboh terbunuh tepat di tempat yang telah ditunjuknya.
Ia terus berdo’a dengan penuh khusyuk dan merendahkan diri dihadapan Allah sambil menengadahkan tangannya ke langit, memohon sepenuh hati agar pertolongan yang telah dijanjikanNya itu ditunaikan.
Sungguh bukan karena keraguan hingga Rasulullah memohon dengan sangat akan datangnya pertolongan Allah. Tapi kekhusyukan beliau memang sudah menjadi tugas Ubudiyah seorang hamba.
Ubudiyah merupakan penyerahan diri kepada Allah. Dan penyerahan diri secara total kepada Allah adalah harga kontan dari sebuah kemenangan. Bahwa kemenangan itu, betapa pun persiapan fisik dan senjata yang matang, hanya berasal dari Allah semata. Tak ada sesuatu pun yang akan terjadi tanpa persetujuanNya.
‘Ubudiyah yang terpancar dari kekhusyukan Rasulullah saat berdo’a merupakan “harga” yang pantas untuk mendapat dukungan dari Allah di medan pertempuran. Bandingkan sikap itu dengan kesombongan dan kecongkakan Abu Jahal yang berkata “Biarlah seluruh arab mendengar tentang perjalanan kita semua dan biarlah mereka tetap gentar kepada kita selama-lamanya”.
Kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allah secara total akan mendatangkan kemuliaan sedang kesombongan akan mengantarkan seseorang pada kehinaan. Ketahuilah, sesungguhnya Iblis pun dijebloskan kedalam neraka karena sikap angkuh dan sombongnya dihadapan Allah.
Saudaraku, selalu ada hikmah Ilahiyah yang terkandung dalam setiap lembar perjalanan hidup Rasulullah. Dan cukuplah peristiwa di Badar menjadi pelajaran bagi kita untuk menyadari bahwa kemenangan tak pernah datang karena kehebatan kita menyusun strategi perang, bukan karena ketangkasan kita menggunakan senjata, bukan pula karena kecerdasan kita mengatur tipu muslihat untuk mengelabui musuh. Kemenangan hanya datang karena pertolongan Allah. Dan pertolongan Allah hanya untuk mereka yang memiliki totalitas ‘ubudiyah padaNya.
Hikmah tersebut diabadikan Allah saat peristiwa Fathu Makkah dalam surah An Nashr. Ada kata ‘Nashrullah’ sebelum kata ‘Fath’, yang artinya memang tidak akan ada kemenangan tanpa pertolongan Allah.
Mata kita boleh menatap haru saat menyaksikan massa berbondong-bondong hadir memutihkan kampanye PKS di seluruh nusantara, tapi semoga hati kita tetap tunduk di hadapan Allah, sambil terus berharap Ia menghadirkan pertolongan dan keberkahanNya setiap saat.
Di ayat selanjutnya dalam surah An Nashr, Allah bahkan menekankan setelah kemenangan bukan kata ‘tasyakur’ yang muncul sebagaimana layaknya orang yang merayakan kebahagiaan. Kata yang harus sering kita ulangi Tasbih dan Istighfar. Kita diperintahkan bertasbih, mengagungkan kesucian Allah SWT sebagai Dzat pemberi kemenangan dan beristighfar karena bisa jadi dalam proses memperoleh kemenangan tersebut ada kita banyak melakukan kekhilafan yang sebenarnya bisa menggagalkan kemenangan.
Semoga pertolongan Allah selalu bersama kita..dan semoga Ia berkenan untuk memberikan berkah pada setiap tetes ikhtiar kita..Wallau’alam Bis Showab
*5 April 2014, Kampanye hari terakhir.
@nastarabdullah via pkspiyungan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment