Menurut Rofi, perlu usaha serius dari Pemerintah untuk melakukan efisiensi rantai distribusi dan memperhatikan kesejahteraan peternak ayam dengan menjaga stabilitas Harga Pokok Produksi (HPP) ayam dibawah harga jual ayam hidup, sehingga peternak masih bisa mendapatkan keuntungan dari usahanya.
“Kami mendesak Pemerintah untuk memotong rantai distribusi yang tidak efisien dan telah menyebakan mahalnya harga daging ayam," kata Rofi, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (28/8). Rofi mengatakan Pemerintah harus melakukan koordinasi berkala kepada asosiasi pedagang, asosiasi peternak, asosiasi rumah potong unggas, dan stakeholder lainnya.
Di Kota Bandung, lanjut Rofi, sehari setelah pemogokan pedagang daging ayam, sejak Kamis (20/8) lalu harga daging ayam di pasaran masih tinggi. Seperti harga daging ayam di Pasar Cihaurgeulis pada kisaran Rp39.000.
“Meskipun ada penurunan harga Rp1000 dari harga awal sebelum demo berlangsung, pedagang ayam mengaku masih sepi pembeli,” ujarnya.
Rofi menegaskan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pertanian (Kementan), harus berkoordinasi untuk menyinkronkan serta mengatur tata niaga daging ayam.
“DPR mendukung langkah Pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi, daging ayam, dan pangan pokok lainnya, serta menindak tegas importir atau pelaku usaha pangan yang melakukan penimbunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,” tegasnya.
Menurut legislator asal Jawa Timur itu, tingginya harga daging ayam di pasaran dinilai sebagai dampak pengurangan pasokan bibit ayam atau day old chicken (DOC) sejak awal 2015. Pemerintah mengurangi pasokan bibit ayam hingga 30 persen, belum lagi kenaikan harga pakan ayam yang disebabkan nilai tukar dollar terhadap rupiah.
"Mengingat selama ini pabrik pakan ayam dimiliki oleh perusahaan asing dengan sebagian besar bahan baku perlu diimpor,” ungkap Rofi.
Rofi menduga persoalan daging ayam disebabkan adanya perilaku spekulan atau penyalahgunaan kekuatan pasar oleh pedagang perantara (kartel) dalam satu supply chain (rantai distribusi). Hal ini terjadi karena struktur pasar sangat berpengaruh terhadap jumlah margin keuntungan yang ditetapkan oleh para pelaku usaha dalam satu rantai pemasaran.
“Secara umum pasar daging ayam terbentuk secara oligopoli, di mana perusahaan tunggal atau beberapa perusahaan dominan akan berperilaku sebagai pembentuk harga, yang memiliki keleluasaan dalam menetapkan harga dan menentukan margin seoptimal mungkin,” pungkas Rofi.
Keterangan Foto: Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Rofi Munawar.
Sumber : http://www.pks.or.id
0 comments:
Post a Comment