Duet Prabowo Subianto - Hatta Rajasa sebagai capres-cawapres 2014 mendapat dukungan Gerindra , PAN , PKS, PPP, Golkar dan PBB. Sementara pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla diusung PDIP, PKB, Nasdem, dan Hanura.
Pengamat politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Erwan Agus Purwanto menilai upaya partai politik untuk saling berkoalisi menuju Pemilu Presiden 2014 belum tentu mutlak diikuti oleh suara akar rumput.
"Koalisi yang terbentuk saat ini lebih condong pada hasil kedekatan elit partainya sehingga memiliki kemungkinan tidak diikuti oleh simpatisan partai di akar rumput untuk diarahkan memilih capres-cawapres yang diusung," kata Erwan di Yogyakarta, Senin (19/5).
Erwan menilai, koalisi yang terbentuk saat ini memiliki model 'koalisi realistis', yakni model koalisi yang mengesampingkan unsur kedekatan ideologi partai. Koalisi saat ini lebih memprioritaskan kalkulasi untung rugi partai dalam pesta Pilpres mendatang.
Ia mengatakan, belajar pada Pemilu Presiden (pilpres) 2009, pilpres saat ini juga kemungkinan besar masih akan ditentukan pada sosok calon presiden (capres). Sehingga bentuk peranan parpol dalam berkoalisi tidak mutlak menentukan arah suara masyarakat.
"Bisa kita lihat saat Partai Demokrat hanya mendapatkan suara dukungan 7 persen, namun dalam pemilihan langsung Pilpres 2009, SBY tetap bisa memenangkan kompetisi terebut," katanya.
Sementara itu, untuk sosok cawapres, meskipun patut dipertimbangkan, namun menurut dia, tidak terlalu signifikan berpengaruh.
Lebih dari itu, lanjut Erwan, secara umum parpol di Indonesia masih belum memiliki mekanisme yang baik dalam menyatukan suara di kalangan akar rumput.
"Kecuali PKS yang memiliki mesin politik yang baik dan disiplin, partai lainnya masih belum memiliki mesin politik yang bagus untuk menyatukan suara ke bawah," kata Erwan yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM ini. [Merdeka.com/pkspadangpanjang]
0 comments:
Post a Comment