SELAMAT HARI PAHLAWAN, #SEMOGA TERCATAT SEBAGAI SYUHADA'

Wednesday, 30 April 2014

[Video] Fahri Hamzah Dalam Acara ILC, Yang Tersingkir & Kembali Ke DPR


PKSBangilan, 
Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One pada hari selasa (29/04) menghadirkan politisi yang sangat vokal dari PKS, Fahri Hamzah. Dalam acara yang bertema "Yang Tersingkir & Kembali ke DPR" kemarin, anggota DPR yang juga caleg terpilih PKS dari daerah NTB ini memberikan pandangan yang sangat tajam terhadap fenomena korupsi di dunia politik yang diawali dari proses Pileg. "Sistem kita gagal mencegah dan melarang uang masuk ke ranah politik, contohnya tidak ada larangan terhadap penguasaan media. Padahal untuk mencegah korupsi harus dimulai dari Political Finance", katanya. Tidak lupa Fahri juga mengkritik kinerja KPK dan ICW yang tetap gagal menaikkan nilai IPK di Indonesia padahal anggaran yang digelontorkan untuk KPK sangat besar. Penilaian ini senada dengan pandangan dari penggagas pendirian KPK, Adnan Buyung Nasution, yang menyuarakan wacana pembubaran KPK (baca: Adnan).

Berikut video pandangan Fahri Hamzah pada acara ILC:



Menanti Harmoni Militer-Islamis Pimpin Indonesia | by @AryaSandhiyudha

Daya tarik Islam bukan karena ia Klub orang-orang sholeh scr biologis; tapi sebab ia sahabat cahaya bagi yang terluka & tersisih utk jd sehat & mulia.

Daya tarik Islam sebab ia mbentang peluang bg siapapun dengan latar "serendah, selemah, sekecil" apapun dalam standard duniawi untuk mulia ukhrowi.

Daya tarik Islam sebab ia mencakup ruang pilihan hidup yang lengkap, hingga apapun potensi diri bisa jadi kontribusi madani, tiket ke Surga nanti.

Tiada pemerintah tanpa militer; Tiada militer tanpa uang; Tiada uang tanpa sejahtera; Tiada sejahtera tanpa keadilan & adminstrasi yang baik- IbnQutayba. 

('There can be no government. without an army; No army without money; No money without prosperity; & no prosperity without justice & good administration") -IbnQutayba

*Qutayba merupakan intelektual muslim abad ke-9, pandangannya tsb dikutip dlm Comparative Politics karya WR. Clark, M. Golder, & SN. Golder

Bila di lihat dari DPR-RI 2009-2014, terlihat bahwa perhatian PKS ke militer & pertahanan bukan baru. Ketua Komisi I sejak awal dari PKS Mahfudz Siddiq.

5 Ketua/Presiden PKS yang pernah di DPR-RI semuanya pernah di Komisi I (pertahanan): Hidayat Nur Wahid, Al Muzzammil Yusuf, Tifatul Sembiring, Luthfi Hasan Ishaaq, juga Anis Matta.

Bersama dengan semua pimpinan & anggota komisi I DPR-RI, aleg PKS yang Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq, mendorong banyak terobosan militer & pertahanan.

Jadi bukan hal mendadak, apalagi mengherankan, kalau benar nantinya akan ada penguatan relasi PKS dengan aktor militer & pertahanan lebih jauh.

Komisi I DPR-RI 09-14 justru jadi titik tolak era baru transformasi pertahanan, karena berhasil tetapkan Renstra & UU tentang Industri Pertahanan. Selama ini dunia militer mengeluhkan alutsista yang lemah yang digunakan aktor pertahanan untuk menjaga NKRI. UU Industri Pertahanan sejarah baru.

Di dalamnya termasuk Renstra anggaran mengikat setidaknya hingga 2024. Tak hanya untuk mencapai MEF tapi juga memacu kemandirian industri pertahanan. Tidak hanya concern pada senjatanya, namun juga manusianya.

Komisi I selama 2009-2014 meningkatkan anggaran untuk personil militer (bawah) secara bertahap. Perjalanan Komisi I juga bukti bahwa kebijakan pertahanan kini lebih integral. Ada sinergi industri pertahanan dengan industri strategis lainnya.

Kalau hari ini & ke depan di Indonesia ada kombinasi kepemimpinan Militer-Islamis. Itu adalah capaian termahal dan terunik dalam demokrasi dunia.

Bila di Barat seperti AS yang unik itu adalah memiliki pemimpin dari ras minor. Maka untuk negara-negara muslim yang unik itu adalah harmoni Militer-Islamis.

Militer Indonesia akan menjadi korps terunggul yang berhasil lepaskan dwifungsi, bisnis politik, jaga relasi dengan sipil, tapi juga relasi dengan Islamis. Juga bukti bahwa watak Islamis Indonesia juga perlu dimaknai ulang, sebab nyatanya ia amat berbeda secara praksis dengan yang ada di Timur Tengah.

Mungkin budaya kita jawabannya. Kekuatan karakter Ke-Indonesiaan yang membuat Militer dan Islamis bisa demikian lunak mengakomodasi demokrasi.

Kita insyaAllah tidak akan menapak tilas ketegangan militer-islamis seperti dalam perjalanan politik Mesir, Turki atau negara lainnya.

Negara Pancasila juga yang telah membuat NKRI ini memiliki potensi relasi kepemimpinan Militer-Islamis yg kian toleran; saling berkolaborasi. [pkssumut]
Tweet Senin, (28/04/14)
 
Arya Sandhiyudha AS 
@AryaSandhiyudha 

Fahri Hamzah: Sistem Pemilu Gagal Larang Uang Masuk Politik

PKSBangilan - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah mengatakan sistem pemilu telah gagal melarang uang masuk ke politik, tidak hanya di tingkat caleg tapi juga partai. Hal ini diungkapkan Fahri dalam Acara Indonesia Lawyer Club yang ditaja oleh Stasiun TV One dan disiarkan secara langsung, Selasa (29/4) malam.

"Secara sadar sistem pemilu telah gagal melarang uang masuk ke politik, tidak hanya di tingkat caleg tapi juga partai politik," ujarnya.

Menurut Fahri, jika kita juga bicara sistem, maka Pemilu 2014 ini telah melahirkan politisi-politisi yang minatnya terhadap uang sangat tinggi.

"Kalau kita bicara sistem pemilu 2014 telah melahirkan politisi-politisi yang melahirkan minat terhadap uang sangat tinggi," katanya.

Fahri mengatakan, kadang kita gagal berpikir secara sistemik. Pemilu kalau kita lihat bukan kompetisi antar partai tapi kompetisi antar orang yang ada didalam partai itu sendiri. "Dibawah perkelahian antar orang dengan orang sangat jelas. Makin ke atas memang ada sedikit peran partai," katanya.

Kalau kita lihat di website kpu, lanjut Fahri, semua partai menyampaikan bahwa caleg lah sebagai penyumbang. Dan, caleg lah yang bertempur dengan mengeluarkan biaya tempur yang sangat luar biasa. Biaya pertempuran ditanggung individu.

"Ada yang mengaku 77 Miliar untuk DPR," ungkap Fahri.

Dulu, ketika partai sudah diimingi-imingi bahwa biaya saksi ditanggung negara, PKS, PPP, adalah partai yang membela biaya saksi dari negara.

"Keberadaan saksi di TPS itu mutlak. Tapi kami digerilya, sampai KPK pun ikut-ikutan. Tugas kami adalah mengadakan saksi dan negara yang bayar," katanya.

Pengadaan saksi, lanjut Fahri, juga bukan pertarungan antar partai tapi juga pertarungan didalam partai.

"Ada yang sudah menyumbang genset tapi gagal jadi anggota dewan sehingga minta dikembalikan karena sudah banyak uang keluar," jelas Fahri.

Fahri juga mencurigai adanya perdagangan suara-suara golput diperdagangkan.

Dalam kesempatan itu, Fahri juga menyentil ICW dan KPK. Pria yang berhasil terpilih kembali sebagai anggota DPR RI dari Dapil NTB dengan suara tertinggi ini menilai baik ICW maupun KPK tidak paham bagaimana sistem penegakan hukum.

"Kita bayar KPK itu mahal dan jangan belagu. Gaji penyidik KPK it enam kali lebih besar dari gaji penyidik kepolisian," katanya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, politis Partai Golkar Nudirman Munir mengatakan Panwaslu-Panwaslu yang ada di daerah tidak mampu mengatasi money politic.

"Panwaslu-Panwaslu di daerah tidak mampu mengatasi money politik. Oleh karena itu mereka ini perlu ditatar. saya harapkan adanya penataran untuk Panwaslu," ujarnya.[dm/pksnongsa.org]

____
Foto: @tsariman 

"Jokowi dan Sapi" by @Fahrihamzah


Twit @Fahrihamzah
(29/4/2014)

Jokowi nyasar ke NTT nyari sapi padahal Bumi Sejuta Sapi itu di NTB.

Mungkin karena Gubernur NTB kader PD dan Gubernur NTT kader PDIP. Jadi nyebrang...

Tapi argumennya agak biasa...dia bilang, "kalau NTT kirim sapi ke Jakarta; NTT untung, Jakarta untung".

Ya teranglah...tapi kan sapi nya ada gak? Bagaimana kalau belum ada? Kalau ada punya siapa?

Nah menjawab pertanyaan itu, NTB sudah lebih Advance dari NTT. Tapi itu tidak mudah apalagi pencitraan doang.

Sebagai orang NTB saya anggap perjalanan ke NTT itu terpaksa karena jadwal politik jangka dekat.

Seandainya jokowi memang niat membereskan soal kekurangan daging? Harusnya dia ke NTB.

Road map swasembada daging di NTB harus dikembangkan supaya selanjutnya bisa dijual ke DKI.

Tapi kalau jokowi bukan pencitraan semoga ada konglomerat yang Sdh siap Invest di NTT.

Di tunggu follow UP oleh Pak ahok....hehe...

Caleg PKS Buruh Kelapa Sawit Terpilih Jadi Wakil Rakyat


Alhamdulillah berkat rahmat Allah swt saudara kami seorang buruh PT. SOCFINDO Mat Pasya terpilh sebagai ALEG dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk periode 2014 – 2019.

Kami sebabai saudaranya dan teman-temannya  mendoakan semoga beliau dapat menjadi orang yang istiqamah dalam menjalankan amanah yang diberikan. Selain itu selalulah Allah melimpahkan karunianya agar menjadi orang yang sehat kuat dan tegar dalam menghadapi godaan yang datang dan selalu mengintai, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. 

Sebagaimana diketahui, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Aceh Tamiang, NAD, telah menyelesaikan rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pemilu legislatif 2014, yang digelar di aula utama Gedung DPRK Aceh Tamiang Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang, 20-21 April kemarin.

Alhamdulillah, satu diantara yang lolos jadi wakil rakyat di DPRK Aceh Tamiang periode 2014-2019 adalah Mat Pasya caleg PKS dari Dapil 3 yang meliputi Kecamatan Kejuruan Muda, Kecamatan Tenggulun, Kecamatan Tamiang Hulu dan Kecamatan Bandar Pusaka.

*by : amakruf/pkspiyungan

Dipimpin Gufron, PKS Lampung Sukses Naikkan Jumlah Kursi DPRD Se Lampung


BANDAR LAMPUNG - Ditengah situasi yang dinamis bahkan sering disebut sebagai pemilu paling keras dibanding sebelumnya, pemilu 2014 ini PKS Lampung justru mengalami peningkatan-peningkatan, baik disisi jumlah suara maupun jumlah kursi.

Berdasarkan pleno KPU, dibandingkan pemilu 2009 lalu, jumlah suara PKS Lampung di tingkat DPRD Provinsi tahun 2014 ini meningkat 22,6 persen atau sebesar 88.431 suara dari sebelumnya 302.835 suara menjadi 391.266 suara. Dengan peningkatan tersebut, PKS juga bertambah kursi dari sebelumnya 7 (tujuh) di tahun 2009 menjadi 8 (delapan) kursi di tingkat DPRD Provinsi Lampung  pada tahun ini.  

Sementara untuk tingkat DPRD Kota/Kabupaten se Lampung, PKS juga mengalami peningkatan suara. Dari sebelumnya 260.895 di tahun 2009 menjadi 306.776 pada tahun 2014, atau terjadi kenaikan sebesar 14,95 persen. Dengan peningkatan tersebut diprediksi PKS Lampung akan mengalami peningkatan jumlah kursi di tingkat DPRD Kota/Kabupaten se Lampung, dari sebelumnya 47 kursi menjadi 49 kursi. Penambahan kursi ini, diluar upaya penambahan 3 kursi dari 3 Kota/kabupaten di Mahkamah Konstitusi.

Begitupula di tingkat DPR RI, secara keseluruhan meskipun jumlah kursi tetap, PKS mengalami peningkatan suara sebesar 14,06 persen dari sebelumnya 303.326 suara pada tahun 2009 menjadi 352.971 suara.

Menurut Ketua PKS Lampung, Gufron Azis Fuadi, kenaikan-kenaikan tersebut patut kita syukuri. “Atas rahmat Allah SWT, prestasi-prestasi ini membuktikan bahwa kesolidan dan kerja keras seluruh elemen dalam pemenangan pemilu membuahkan hasil yang signifikan dan membuktikan pula bahwa masyarakat Lampung masih percaya dengan PKS” kata Gufron.

Gufron juga menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh kader, caleg, dan simpatisan yang telah bekerja keras memenangkan PKS. “Mudah-mudahan kerja keras dan segala yang telah di keluarkan baik tenaga, waktu bahkan biaya di balas Allah dengan kebaikan-kebaikan yang berlipat ganda”  ujar Gufron.

Sementara itu, menanggapi kenaikan suara PKS di tingkat DPRD Kota/Kabupaten, Provinsi dan DPR RI  Analis Kebijakan Publik, FISIP Unila, Dedi Hermawan yang di hubungi melalui telefon seluler menyampaikan bahwa kenaikan suara PKS khususnya di Provinsi Lampung menunjukkan bahwa ditengah badai yang satu tahun belakangan menghantam partai tersebut, soliditas kader, caleg dan struktur  terlihat solid dan efektif bekerja dalam pemenangan pemilu. “Dugaan saya, pemilu tahun ini adalah puncak soliditas kader-kader PKS dibanding pemilu-pemilu sebelumnya” kata Dedi.

Disamping sisi soliditas kader, caleg dan struktur PKS, kepemimpinan Anis Matta sebagai Presiden PKS juga tampak efektif mensolidkan dan menggerakkan seluruh resource (sumber daya) yang di miliki oleh PKS.

“Menurut saya, ini entry point, bahwa disamping sebagai pemimpin, Anis Matta juga mampu mensolidkan dan kemudian memotivasi seluruh kader dan  resource yang dimiliki PKS untuk bergerak memenangkan partai tersebut” ungkap Dedi.

Satu hal lagi yang tak kalah penting menurut Akademisi FISIP Unila tersebut bahwa kepemimpinan PKS di daerah juga menjadi variabel yang tidak bisa di kesampingkan. “Karena bagaimanapun juga pemimpin PKS di daerah langsung bersentuhan dengan kader-kader dan simpatisan partai” ujar Dedi. “Sehingga kemudian pemimpin PKS di daerah, Lampung misalnya, dinilai berhasil memompa semangat kader untuk bergerak memenangkan PKS, dan mampu membedakan persoalan pribadi dengan persoalan institusi’ pungkas Dedi. [Humas PKS Lampung/pkspiyungan]

Maria Elizabeth: Ustaz Luthfi Tidak Pernah Terima Uang


JAKARTA - Terdakwa Kasus dugaan suap penambahan kuota impor daging sapi, Direktur Utama PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman, mengaku tidak pernah berniat meminta Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) untuk mempengaruhi Menteri Pertanian Suswono terkait penambahan kuota impor daging sapi.

"Saya tidak mempunyai niat sedikit pun juga dan tidak punya keberanian untuk meminta LHI untuk mempengaruhi Menteri Suswono terkait penambahan kuota impor," ungkap Maria dalam kesimpulan pledoinya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Maria menegaskan dalam pledoinya, pertemuannya dengan LHI tidak membahas sama sekali terkait penambahan kuota impor. Malah pertemuan tersebut murni membahas kelangkaan daging sapi dan maraknya beredar daging celeng dan daging tikus. "Benar pada saat itu, tidak dibahas sedikitpun mengenai kuota impor," katanya.

"Sejak awal perhatian saya adalah untul solve kelangkaan daging bahwa beredarnya daging celeng dan tikus," tambahnya.

Maria juga menambahkan, sejumlah uang yang dituduhkan Jaksa Penuntut Umum terkait penambahan kuota impor sapi yang diterima LHI melalui Ahmad Fathanah adalah keliru. "Benar, LHI tidak ada menerima uang sebanyak Rp300 juta dari Ahmad Fathanah," katanya, "LHI tidak pernah diberitahu oleh Ahmad Fathanah mengenai uang Rp1 miliar," sambungnya.

Maria pun menegaskan uang senilai Rp300 juta dipergunakan untuk membayar jasa Elda terkait pengurusan impor, dan uang Rp1 miliar yang diberikannya kepada Ahmad Fathanah, untuk membantu sumbangan kemanusiaan di Papua dan Nusa Tenggara Timur. "Untuk sumbangan Papua dan NTT, tidak ada kaitan sama sekali dengan impor," ujarnya.

Maria menyesalkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum, yang menyalahkan niat baiknya, dan menilai LHI sebagai penyelenggara negara untuk memengaruhi Menteri Pertanian Suswono terkait penambahan kuota impor daging.

"Dimana dan atas alat bukti apa saya memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada Ustaz LHI sebagai penyelenggara negara dan Presiden PKS? Tidak ada," tandasnya mengakhiri pledoi pribadinya. [rms/metro/pkspiyungan]

Caleg PKS Mantan Ketua KAMMI Lampung Taklukkan Kandang Banteng


Tanpa banyak publikasi selama kampanye, Ketua Badan Pemenangan Pilkada dan Pemilu (Bappilu) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lampung Ade Utami Ibnu akhirnya melenggang ke gedung DPRD Provinsi Lampung.

Perolehan suara mantan Ketua KAMMI Lampung ini sebesar 16.701 cukup digdaya "mendudukkannya" di kursi ke-3 dari 10 kursi DPRD Lampung yang tersedia dari Dapil 6 Tulangbawang, Tulangbawang Barat, dan Mesuji.

Ade memang sudah diperkirakan akan menjadi salah satu rising star PKS dari dapil "merah" dan minim kader PKS tersebut. Kepiawaiannya melakukan pendekatan di kantong-kantong non tradisional PKS diakui oleh kawan maupun lawan. Pendukungnya tersebar di sejumlah lumbung suara PDI-P dan Golkar, di antaranya bahkan adalah Ketua Parisadha Hindu Dharma Tulangbawang.

Oleh massa pendukungnya, Ade juga dihadiahi slogan "Gak Bakal Lali, Tetap Sehati" yang kemudian digunakannya sebagai slogan kampanye. Slogan tersebut setidaknya dibuktikan melalui pendataan konstituen berbasis kepala keluarga.

"Jadi bila nanti ada anggaran yang harus disampaikan ke masyarakat, saya bisa langsung mendapat data siapa saja konstituen saya yang layak menerima, nama, jumlah anggota keluarga sampai domisilinya," terang Ade.

Hal lain yang menarik, Vitryah, istri Ade, sejak jauh hari minta agar tidak sepeserpun uang dewan yang masuk dapur rumah. "Ya, begitu memang janji saya ke istri. Biar itu jadi hak konstituen dan masyarakat," ujarnya. [pkspiyungan]

Muhammad Badie: Digantung 1000 Kalipun, Aku Tak Akan Berpaling dari Kebenaran


Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin, Muhammad Badi’, mengomentari pelimpahan berkasnya ke mufti sebagai persiapan hukuman mati. Beliau mengatakan, “Kalau mereka menggantungku seribu kali, aku takkan berubah dan berpaling dari kebenaran.”

Today’s Opinion menyebutkan bahwa pernyataan itu disampaikannya saat persidangan kasus “spionase dengan Hamas” bersama Presiden Mursi, hari ini Senin (28/4/2014). Pernyataan itu disampaikannya kepada Usamah putra Presiden Mursi yang sempat berbincang dari balik jeruji.

Salah seorang menantu Badi’, Ahmad, juga menyebutkan bahwa mertuanya sempat berkata, “Kami tidak ngelindur saat mengatakan bahwa mati di jalan Allah Ta’ala adalah cita kami yang tertinggi. Ya Allah, terimalah pengorbananku.. Ya Allah, terimalah pengorbananku.”

Pengadilan Almenya, hari ini, memutuskan untuk melimpahkan berkas 683 orang penentang kudeta, termasuk Muhammad Badi’, ke mufti Mesir untuk para disahkan sebelum dieksekusi mati. Sedangkan para tervonis yang berkasnya telah lebih dulu dilimpahkan ke mufti, 37 orang di antaranya telah sah untuk dieksekusi, dan 491 orang hanya divonis penjara seumur hidup.

Ahmad, menantu Muhammad Badi’, juga menceritakan tentang kondisi mertuanya, “Mertuaku tidak pernah gusar atau mengeluh. Beliau selalu mengatakan bahwa apa yang menimpanya adalah ketetapan dari Allah yang pasti mengandung kebaikan.”

Sedangkan putranya, Bilal, menulis status di akun facebooknya, “Hati tentu bersedih. Mata tentu meneteskan air mata. Sedangkan Nabi saja sedih dengan kematian Hamzah, dan sedih saat umatnya memusuhi.”

Putrinya, Dhuha, menulis status yang tak jauh berbeda, “Perasaanku tak jauh berbeda dengan perasan saudaraku, Bilal. Aku bisa merasakan kata-katanya, bahkan merasa beratnya sejuta kali lipat. Semoga Allah memberi kami kesabaran dan jalan keluar. Amin”

Sumber: www.dakwatuna.com

Pesan Singkat Muhammad Badie Dari Balik Penjara


KAIRO - Sayap politik Ikhwanul Muslimin (IM), Freedom and Justice Party (FJP), mempublikasikan pesan singkat dari Pemimpin (Mursyid ‘Am) IM, Prof. Dr. Muhammad Badie, dari balik terali terdakwa di pengadilan yang direkam diam-diam pada saat sidang.

Pesan singkat tersebut mengapresiasi perjuangan rakyat Mesir menentang kudeta militer di Mesir, dan mendoakan keteguhan dan kekokohan dalam perjuangan mereka.

Berikut transkrip dan terjemahan dari pesan yang direkam tersebut:

"Bismillahirrahmaanirrahiim, nahnu shabiruuna muhafizhuun…wa nuqaddiru waqfah al-sya’bil mashril ‘azhim, wa ishraru wa tsabatuhu, hadza in dalla fainnama yadullu ‘alal wa’yil ladzi washala ilaihi sya’buna al-hurr. Hadza al-sya’bu alladzi adraka tamaman annahu lan ya’uud ilal wara’…"

Bismilahirrahmaanirrahiim, kami (disini, di balik penjara) dalam keadaan sabar dan saling menjaga (perjuangan ini)…dan kita sangat mengapresiasi sikap (dukungan) yang ditunjukkan oleh bangsa (Mesir) yang mulia, keteguhan dan kekokohannya, yang menunjukkan tumbuhnya kesadaran di tengah bangsa kita yang merdeka. Bangsa yang sangat memahami bahwa mereka tidak akan kembali (mundur) ke belakang (dibawah pembodohan dan penipuan rezim yang rusak)…”
Rekaman suara Dr. Badie tersebut dapat didengar di youtube berikut ini:http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=AxXDS-MxbH4.



Dr.Badie dijatuhi hukuman mati bersama 528 pendukung IM lainnya atas tuduhan pembunuhan dan penyerangan aparat kepolisian. Saat ini, eksekusi hukuman mati tersebut menunggu pengesahan dari Mufti Agung Mesir yang akan memberikan pertimbangan berdasarkan hukum Islam.

Sementara itu, para aktivis HAM dan pendukung demokrasi di Mesir dan luar negeri terus memperjuangkan agar pemerintah kudeta membatalkan hukuman tersebut. Beberapa waktu lalu, sejumlah negara anggota PBB mengusulkan pertemuan khusus untuk membahas tuntutan pembekuan keanggotaan Mesir di PBB akibat dugaan pelanggaran HAM serius dalam proses hukum selama ini. (islammemo/rem/dakwatuna/pkspiyungan)

Aleg PKS yang Biasa Naik Angkot dan KRL ini Kembali Terpilih ke Senayan


Diantara 11 caleg PKS Jawa Barat yang lolos ke Senayan ada sosok yang sangat bersahaja. Beliau adalah ustadz TB Soenmandjaja Roekmandis.

Sosok bersahaja dan bergaya hidup sederhana ini kembali dipilih masyarakat Jawa Barat mewakilinya di Gedung DPR Senayan Jakarta. Beliau merupakan anggota DPR RI periode 2009-2014 yang kembali terpilih pada pemilu leglislatif 9 April 2014 mewakili daerah pemilihan Jawa Barat V (Kabupaten Bogor).

Berikut kisah diantara kesederhanaan seorang Soenmandjaja yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PKS di MPR RI periode 2009-2014:

***

Tak semua anggota DPR hidup glamor. Salah satu anggota DPR yang dikenal hidup sederhana dan bersaja adalah TB Soenmandjaja. Anggota Komisi II dari Fraksi PKS ini tidak canggung menggunakan angkutan saat pulang dan pergi kerja ke gedung DPR di Senayan. Bukan Bentley seharga 7 Miliyar, tapi angkot.

Soenmandjaja sudah jadi anggota DPR sejak 1999. Dengan gaji yang diterima tiap bulannya, dia mengaku sudah sangat cukup. Saat ini sebenarnya dua punya dua mobil, Toyota Rush dan Suzuki APV. Namun untuk pergi kerja, dia lebih senang angkutan umum.

"Rumah saya di sebuah kampung di Kabupaten Bogor. Setiap berangkat, saya jalan kaki dulu ke tempat angkot ngetem, kemudian disambung naik kereta ke stasiun Karet. Dari Karet, saya naik Kopaja 608 lalu turun di depan gedung DPR," tuturnya kepada wartawan.

Kenapa memilih naik angkutan umum? Soenmandjaja mengatakan, anggota DPR beda dengan pengusaha. Dia jadi anggota DPR karena ada orang yang mau memilihnya. Karena itu, sebisa mungkin dia menghargai para pemilihnya dengan hidup sederhana.

Soenmandjaja mengaku sesekali dirinya juga memang pakai kendaraan pribadi ke DPR. Tapi, itu dilakukan hanya saat dia harus membawa berkas banyak atau saat kerjaan di DPR sangat padat. "Kalau dihitung, tidak satu bulan sekali saya pakai kendaraan pribadi," katanya.

Baginya, naik kendaraan umum lebih enak. Sebab, di dalam kendaraan umum semacam kereta, dia bisa ketemu dengan banyak orang. Bisa diskusi dan bisa menyerap aspirasi. Karena itu, dia mengajak koleganya di DPR untuk sesekali mencoba menggunakan kendaraan umum. "Anggota DPR memang sepantasnya membatasi diri. Walau mampu, ya sebisa mungkin agar tetap sederhana. Sebab, jabatan DPR beda dengan pengusaha. DPR itu dipilih rakyat," tuturnya. (islamedia)

***

Tampil Sederhana ke Senayan, Ketua FPKS Ikut Digeledah Pamdal  

Tak semua anggota DPR/MPR/DPD tampil perlente. Sialnya, bagi yang tampil bersahaja biasanya "kurang dianggap" ketimbang mereka yang tampil glamor.

Pengalaman tak mengenakkan ini dialami oleh Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di MPR, TB Soenmandjaja Roekmandis. Karena penampilannya yang sederhana—ke mana-mana lebih suka jalan kaki atau naik commuter line dari rumahnya di Bogor menuju kantornya di gedung DPR—Soenmandjaja pun memiliki banyak kejadian tak mengenakkan ketika berhubungan dengan pengamanan dalam (Pamdal) DPR.

Saat berjalan kaki menuju pintu depan gedung DPR, ia sempat digeledah oleh Pamdal. Saat itu, Pamdal langsung menggeledah tas ransel yang dibawanya. Padahal, ia telah menyerahkan kartu identitas anggota DPR. "Saat Pamdal membaca bahwa saya anggota DPR, ia langsung memberi hormat," tutur Kang Soenman, panggilan akrabnya.

Saat ia akan keluar dari gedung DPR melalui pintu belakang, ia dikejar Pamdal karena curiga. Saat ia memberikan kartu identitas, Pamdal tidak percaya. Bahkan, Soenman dibawa ke kantor Pamdal. "Saya langsung bilang siapa komandan kamu, baca dulu kartu identitas saya, akhirnya mereka minta maaf," tuturnya.

[Bagi Kang Soenman, naik kereta api dan jalan kaki itu pilihan. (Foto: web)] Di lain waktu, ia juga ditanya Pamdal ingin bertemu siapa. Ketika mengetahui, Soenman anggota DPR, Pamdal tersebut malah bertanya mengapa ia memilih jalan kaki ke DPR. "Saya bilang itu pilihan," katanya.

Mengenai gaya hidup glamour politisi Senayan, ia tidak berpikiran negatif. Soenman mengatakan, banyak anggota DPR yang berpenghasilan di atas rata-rata sebelum terpilih. Sehingga untuk menaiki angkutan umum itu hanya pilihan. "Rumah saya juga tidak pakai AC dan anak-anak saya pakai angkutan umum kalau ke sekolah," tuturnya.

Ia menyarankan kepada pemerintah mengenai kereta api agar sepadan rel kereta api terbebas dari tempat tinggal dan tempat bisnis. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan. Sementara untuk moda transportasi umum perlu dilakukan pengendalian jumlah kendaraan. Lalu transportasi umum yang nyaman serta bersinergi antarjenis angkutan massal. "Ketepatan waktu angkutan umum yang harus diperhatikan," katanya. [tri/nonblok.com/pkspiyungan]


*follow ustadz @sunmandis on twitter

Tuesday, 29 April 2014

Hasil Pileg 2014 PKS Papua Barat Catat Sejarah


Manokwari - Melihat peta perolehan kursi sementara untuk DPR Papua Barat (DPRD Propinsi Papua Barat/DPR PB -red) periode 2014-2019 khusus untuk Dapil Papua Barat 1 berdasarkan hasil Pleno Rakpitulasi Suara KPU Papua Barat kemungkinan hanya Partai Demokrat yang mampu menempatkan dua calegnya di DPR PB. Sementara sisa Sembilan kursi tersisa terbagi pada Sembilan parpol lain.

Partai Demokrat dengan perolehan 29.807 suara dipastikan mengirim dua wakil ke DPR PB, selanjutnya Partai Gerindra dengan torehan 20.318 suara kemungkinan hanya mampu mengirim satu calegnya, karena sisa suara setelah dikurangi BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) ternyata tidak lebih besar dari perolehan suara parpol peraih suara terbanyak ke-10 yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). 

Secara berurutan parpol yang menempatkan wakilnya dari Dapil Papua Barat 1 setelah Partai Gerindra adalah Partai Golkar 18.965 suara, PDIP 17.184 suara, Partai Nasdem 14.207 suara, Partai Hanura 12.721 suara, PAN 12.051 suara, PKPI 11.158 suara, PKB 6.813 suara, dan PKS 6.375 suara. Sementara PPP dengan torehan 2.748 suara serta PBB yang megumpulkan 1.609 suara tidak berpeluang menempatkan wakilnya di DPR PB dari dapil ini.

Saat dikonfirmasi via telepon cellular, Mugiyono, S.Hut selaku Ketua DPW PKS Papua Barat yang juga caleg PKS untuk DPR PB dari Dapil PB 1 membenarkan bahwa partainya sesuai hasil Pleno Rekapitulasi Suara KPU PB untuk Dapil PB 1 berpeluang mendapatkan kursi terakhir.

“Sesuai perhitungan suara, PKS mengamankan kursi terakhir di Dapil PB 1, karena suara PKS masih lebih banyak dibandingkan suara parpol lain setelah dikurangi BPP. Hasil ini kami syukuri karena ternyata masyarakat memberi kepercayaan kepada PKS untuk mengemban tugas sebagai wakil rakyat,” ujarnya.

Bagi Mugiyono perolehan satu kursi ini juga merupakan catatan tersendiri bagi PKS, karena untuk pertama kali PKS mampu meraih kursi dari Dapil ini (Kabupaten Manokwari) sejak Pemilu 1999. 

“Ini semua adalah hasil kerja keras kader, para caleg dan simpatisan PKS dengan semua pengorbanan biaya, waktu, tenaga dan pikiran serta yang tidak kalah penting adalah para saksi yang secara militan mengawal suara rakyat yang dipercayakan pada kami,” katanya.

Akhirnya Mugiyono meminta semua pihak untuk mengawal seluruh proses yang sedang berlangsung di KPU sampai penetapannya nanti sehingga suara yang telah diberikan rakyat benar-benar menghasilkan DPR PB yang berkualitas 5 tahun kedepan.

(Sumber: Harian Pagi Media Papua, 29 April 2014)
*pkspiyungan

Kalau Harus Oposisi, Kami … Tidak Ada Masalah !


Sejarah Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga sekarang berisi kisah menyedihkan tentang gerakan oposisi. Prasyarat sistemik maupun kultural bagi gerakan oposisi sudah terbabat hampir habis oleh penguasa yang tak mau diganggu gugat. Membangun oposisi di Indonesia ternyata merupakan pekerjaan berat yang banyak menguras energi, dan tentu membutuhkan ketekunan serta keuletan.
Kalau melihat perkembangan masyarakat sekarang ini, rupanya kita masih dikuasai oleh kerangka berpikir ''priyayi absolut'', yang wujudnya antara lain kalah menang harus ikut siapapun yang berkuasa baik itu di kabinet, jabatan atau pangkat tertentu dan lain sebaginya.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan sekalipun ide tentang oposisi sudah ditanamkan sejak beberapa tahun lalu, tetapi ketika momennya tiba kemudian tidak mendapat respon yang wajar. Apalagi dalam keadaan di mana ada kesejajaran antara jabatan dan kekayaan yang sangat mengkhawatirkan di negeri kita ini. Menjabat berarti menjadi kaya. Godaan menjabat itu menjadi gabungan antara godaan tahta dan harta.
Intinya, oposisi ada karena dalam kenyataan politik ada yang berkuasa dan ada yang di luar kekuasaan. Nah, yang di luar kekuasaan bertugas mengontrol, atau memberikan alternatif kebijakan kepada mereka yang berkuasa, sehingga rakyat mempunyai pilihan-pilhan kebijakan. Dasar filosofisnya oposisi adalah karena yang berkuasa adalah manusia bukan malaikat, maka manusia harus dikontrol oleh manusia lainnya (ketika berkuasa).
Kenapa pula penguasa harus dikontrol?  Sebab sebuah kekuasaan, sesuai pendapat Lord Acton, akan cenderung merusak; cenderung untuk korup. Kalau kekuasaan itu terlalu absolut, dia akan cenderung korup absolut juga. Karena itu, dia harus dikontrol melalui parlemen. Makanya harus ada yang menjadi oposisi di parlemen. Tapi parlemen pun harus dikontrol juga. Makanya beberapa negara menganut model bikameral (dua kamar) dalam sebuah parleman; ada kamar atas dan ada kamar bawah. Antara kamar atas dan kamar bawah saling mengontrol. Jadi tidak mesti kedua belah pihak harus saling setuju.
Tidak ada pilihan lain bagi bangsa agar selamat menuju demokrasi, kecuali harus mentradisikan oposisi, baik dalam pemerintahan, parlemen maupun gerakan ekstraparlementer. Sejarah awalnya berjalan di jalur yang tepat menuju pembentukan oposisi. Indonesia, tak lama setelah proklamasi kemerdekaan, memasuki demokrasi liberal. Sistem multipartai dan eksperimentasi demokrasi parlementer menghasilkan kultur politik yang demokratis. Kedua sistem itu, sekalipun diinterupsi oleh heroisme revolusi fisik 1945-1949, tetap memberi peluang adanya kompetisi politik dan sirkulasi kekuasaan.
Kehidupan politik ketika awal-awal Republik ini memang ditandai perbedaan tajam antarkelompok. Namun, tidak ada tendensi peniadaan oposisi maupun penindasan terhadap kaum oposan. Oposisi dirasa sebagai hal yang wajar saja, bukan barang aneh atau istimewa, serta tidak dianggap sebagai pengganjal bagi penguasa.
Ketika itu berbagai kekuatan politik siap mental menjadi pemenang tetapi juga sekaligus pecundang yang baik. Toleransi lintas kelompok, ideologi dan kepentingan merupakan perangkat kultural yang dibangun demokrasi liberal. Sistem inilah yang membuat Pemilu 1955 berlangsung bersih, elegan.
Gerhana politik baru muncul tahun 1957. Presiden Soekarno dan Angkatan Darat (AD) mulai agresif menjalankan strategi antipartai. Mereka bersekutu untuk menyudahi eksperimen demokrasi liberal berbasis partai politik. Periode 1957-1959 ditandai sistem kekuasaan berlanggam sentralistik. Soekarno, dengan dalih 'revolusi belum usai', memberangus semua kekuatan yang dianggap 'kontra revolusi'. Perangkat kultural sistemik kaum oposan dihancurkan. Fase ini, menurut Eep Saefullah Fatah menyitir Herbert Feith, ini adalah "The decline of constitutional democracy".
Demokrasi Terpimpin merupakan periode musim kering kehidupan oposisi. Karakter kekuasaannya yang eksklusif dan antipublik menyebabkan setiap potensi oposisi mengalami kebinasaan. Tahun 1966 Bung Karno jatuh. Tidak ada diskontinuitas ketika Angkatan Darat di bawah Soeharto mulai berkuasa pada 1966. Yang terjadi hanyalah musim semi kebebasan amat pendek (1966-1974). Indonesia lalu terperangkap rezimentasi Orde Baru yang mematikan demokrasi dengan wacana oposisi loyal. Soeharto hanya memperbolehkan oposisi yang loyal!
Kekuasaan Orde Baru yang sentralistik dan personal-sebagaimana hukum besi otoritarianisme di mana pun- mengalami sakralisasi. Dalam konteks operasi kekuasaan yang tidak bisa disalahkan itulah, gerakan oposisi pada zaman Orde Baru yang telah 'meninggal dengan tenang'.
Dalam empat dekade terakhir Indonesia mengalami pelumpuhan tradisi beroposisi. Memulai sesuatu yang lama absen tentu saja menimbulkan kegamangan. Namun, membangun visi dan aksi oposisi yang solid tetap merupakan kebutuhan mendesak.
Oposisi tidak perlu dipahami sebagai sikap menentang (to oppose memang berarti menentang), sebab dalam oposisi kita ada pula segi to support-nya, sehingga dalam konteks politik, oposisi lebih merupakan kekuatan penyeimbang, suatu check and balance, yang bisa membuat perasaan-perasaan tersumbat tersalurkan.
Beroposisi berarti melakukan pengawasan atas praktik kekuasaan. Ketika kekuasaan melenceng, oposisi mengabarkan kekeliruan itu, seraya membangun perlawanan. Ketika kekuasaan menjalankan fungsinya secara benar, oposisi menggarisbawahinya, seraya membangun kesadaran publik untuk meminta kelanjutan dan konsistensi.
Oposisi membangun model partisipasi politik bertumpu pada keadilan. Oposisi adalah kegiatan menyerukan kebenaran dan melawan kemunkaran (amar ma'ruf nahi munkar). Beroposisi itu penting dan harus dilakukan demi lurusnya jalannya penyelenggaraan negara.
Dengan demikian tepat sekali, yang kita maksudkan dengan oposisi bukanlah oposisi seperti dalam masyarakat atau negara yang menganut sistem parlementer, yang agaknya obsesi partai oposisi di situ adalah menjatuhkan pemerintah.
Lalu apa peran oposisi itu dalam kaitan dengan kemungkinan menyudahi suatu pemerintahan? Yang paling dramatis adalah jika sampai terjadi impeachment, tetapi yang normal adalah memastikan bahwa dalam periode yang akan datang suatu pemerintahan yang tidak kredibel tidaklah perlu dipilih lagi.
Dengan adanya kelembagaan oposisi, akan ada pendewasaan politik dan percepatan proses demokratisasi. Bisa saja kita secara optimistis membiarkan proses itu berlangsung secara alami. Tetapi, sesuatu yang dibiarkan menurut proses alam, biasanya tidak terkontrol, karena itulah harus adadeliberation, kesengajaan, tidak boleh by accident, atau secara kebetulan. Dan melihat visi perkembangan politik Indonesia di masa depan, menjadi oposisi adalah suatu pekerjaan yang sangat terhormat.
Terilhami dari Judul Buku: Membangun Oposisi: Agenda-agenda Perubahan Politik Masa Depan; Penulis: Eep Saefulloh Fatah; Penerbit: Rosda Bandung, 1999.
*pks-dpcpancoran